Share

Perjanjian Baru

"Helwi!"

Geri yang langsung menendang pintu kamar mandi saat Helwi berhasil keluar dari tempat tersebut.

Sebuah rencana kabur yang tersusun cukup rapi hingga seorang Helwi akhirnya bisa keluar.

Helwi sontak langsung berhenti ditempat saat melihat pintu kamar yang ternyata tertutup rapat dengan anak kunci yang sudah tak lagi berada di tempatnya. Baiklah, ada banyak hal yang harus perempuan itu lakukan.

Pertama adalah mengendalikan monster gila yang sedang mengamuk tersebut. 

Membuktikan?

Helwi harus membuktikan. Akan tetapi tak harus dengan merelakan keperawatannya juga kan!?

Hanya saja..., adakah pilihan yang bisa perempuan itu punya?

Ada banyak orang yang tak punya kesempatan untuk memilih, salah satunya adalah Helwi, seorang gadis malang.

Hidup dan takdir benar-benar tak adil terhadap perempuan satu itu.

Baiklah, Helwi harus membuat sebuah keputusan yang tepat. Sekarang atau tidak sama sekali!

Hidup dengan orang seperti Geri, tidak akan pernah!

Apalagi dengan semua hal gila yang terdapat pada diri lelaki tersebut.

Saat berbalik mata Helwi pun langsung berhadapan langsung dengan wajah merah padam Geri yang sedang marah besar.

Benar-benar mirip seperti monster.

"Aku mau mengganti perjanjiannya, bagaimana kalau kita lakukan one night stand. Kamu butuh pembuktian, oke mari lakukan. Hanya saja kali ini perjanjiannya berubah. Jika kamu tidak tertarik dengan ku, maka ceraikan dan biarkan aku pergi dari tempat gila ini setelah satu Minggu kedepan. Aku butuh waktu untuk bicara dengan Tuan dan Nyonya besar. Akan tetapi jika tertarik, perlakuan aku sebagai istri yang sesungguhnya," ujar Helwi dengan satu tarikan napas tanpa jeda.

"Kamu pikir aku bodoh, aku lebih suka kamu menderita pada seluruh tarikan napas dengan semegenas mungkin, dan itu bukan hanya aku yang boleh melakukan itu. Orang lain pun juga harus membuat mu terpuruk sampai ke dasar bumi! Aku tetap ingin kamu menjual diri."

Tak jauh berbeda dengan Helwi, Geri pun juga menyelesaikan ucapannya dalam satu tarikan napas saja. Laki-laki itu sedang kesal setengah mati.

"Menjadi bayang-bayang orang yang berusaha mengendalikan dirimu juga sebuah penyiksaan telak bagiku tuan Fahrezi! Setiap saat rasanya aku ingin sekali pergi dari semua tanggung jawab gila ini. Aku ingin hidup normal seperti yang lain yang bisa melakukan apa yang ia pikirkan. Aku tahu aku tak akan hidup kalau bukan dari belas kasihan keluarga Fahrezi. Aku bukanlah apa-apa. Tapi aku punya pikiran sendiri, aku ingin mencari pekerjaan dan membayar semua kebaikan keluarga kalian. Sungguh, aku tak bisa terjebak dengan orang menyusahkan sepertimu. Tidak bisa!"

"Hahaha."

Suara tawa Geri terdengar seperti kilat yang menyambar dengan kuatnya. Jauh menembus hingga ke relung-relung hati dan menghanguskan. 

Jika memang itu hal yang harus Helwi terima, lantas apa yang bisa perempuan itu perbuat?

Memberontak terasa lebih menyedihkan dari apapun.

"Aku suka dengan kalimat mu, Helwi. Jadi baiklah, ayo buktikan bersama. Kau ingin ku perlakuan seperti istri, kalau begitu bersiaplah untuk memuaskan ku setiap kali aku membutuhkannya. Kita akan saling mutualan satu sama lain. Bukankah salah satu kewajiban seorang istri adalah melayani suaminya, bahkan itu untuk kebutuhan biologis sekalipun. Jadi apa kamu siap?"

Apa yang bisa Helwi lakukan hanyalah meneteskan air mata. Perkataan tersebut hanyalah sekadar kata-kata yang keluar dari mulut semata.

Geri tak pernah bisa dipercaya!

Apa yang terdengar belum tentu sesuai dan sama dengan yang ada dalam hati dan pikiran. 

Geri bisa saja menyebut bahwa ia tertarik, namun yang menjadi kenyataannya adalah orang itu akan tetap saja berhubungan dengan lelaki lain.

Sekedar kata-kata akan tetapi tak merasuk ke hati dan pikiran.

Kelainan orientasi seksual tak semudah itu untuk disembuhkan. Terlebih lagi dengan orang berkepribadian seperti Geri. Sebagai orang yang sudah hidup bertahun-tahun dengan orang tersebut, sedikit banyak perangai Geri diketahui oleh Helwi.

Laki-laki itu suka bermain dengan kata-kata. Apa yang yang keluar dari mulutnya belum berarti benar. Bahkan lebih tepat disebut asal keluar. 

Lalu mengenai posisi dan kedudukan Geri dalam keluarga, sang Papa, kepala keluarga Fahrezi belum percaya pada anaknya tersebut untuk mengurus perusahaan keluarga walaupun orang itu sudah lulus kuliah.

Padahal Geri adalah anak satu-satunya dalam keluarga. Namun tetap saja fakta tersebut tak memberikan pengaruh berarti. Bahkan jika tuan Fahrezi sudah tak sanggup lagi mengurus perusahaan karena faktor usia, maka ia lebih memilih untuk menyerahkan urusan perusahaan pada sang sekretaris kepercayaan.

Sementara itu keluarga Fahrezi punya riwayat keturunan yang hanya bisa punya sedikit anak. Paling banyak pun hanya bisa punya satu atau dua orang anak saja.

Walau begitu, akibat sikap dan perlakuan Geri, kepala keluarga Fahrezi tetap tak bisa memberikan kepercayaan. Lebih tepatnya belum.

Seakan sesuatu itu membutuhkan hal yang lebih menyakinkan lagi.

Mengenai Helwi, perempuan malang yang terikat oleh sesuatu yang bernama balas budi hanya bisa pasrah saat keluarga yang merawatnya menyuruh untuk menikah dengan anak semata wayang mereka.

Dibalik semua itu ada tujuan tersendiri, apalagi kalau bukan untuk menjaga sekaligus mengendalikan Geri.

Ada banyak harapan yang diemban oleh Helwi, semua dan seluruhnya.

"Jangan bertanya lagi, sudah jelas apa jawaban yang akan kau dapatkan. Sedari awal aku memang sudah ditakdirkan untuk begini," kata Helwi sambil menatap nanar dengan air mata yang terus menetes.

Setiap kata-kata yang keluar tersebut tak ada yang tahu, apakah hanya sekedar yang terlihat atau justru mengandung makna lain didalamnya.

Yang jelas semua itu akan menjadi lebih buruk dalam pandangan.

"Tolong jangan menangis pada malam pertama kita. Aku lebih suka menyebutnya begitu daripada one night stand. Dasar bodoh, kalau saja kamu langsung bicara dari dulu bahwa ingin bebas, aku mungkin bisa dan akan membantumu. Kehadiran mu yang sok menjadi penyelamat itu benar-benar menganggu privasiku," kata Geri yang perlahan mengusap air mata yang membahasi wajah Helwi.

Sementara itu Helwi hanya bisa menutup matanya.

Takut, itulah yang orang itu rasakan. Saking takutnya ia bahkan tak bisa melakukan apapun lagi selain tubuh yang bergetar hebat.

Menyedihkan, tak adakah sesuatu yang bernama keadilan?

"Bagaimana kamu bisa menang kalau malah bersikap begini."

"Ka-kalah ataupun me... nang, aku tetap saja kehilangan hal yang ku jaga selama ini," ujar Helwi yang walaupun dengan susah payah menyelesaikan kalimatnya.

Tak ada yang adil dalam dunia ini, semua hanya terjadi lebih buruk dan buruk saja.

"Yang tadi itu pasti first kiss mu, kan?" 

Walaupun menggunakan diksi yang ada kesan simpati dan lain sebagainya, tetap saja terdengar menusuk pada telinga Helwi. Seorang Geri memang tak bisa membicarakan sesuatu dengan secara baik-baik.

Mau bagaimanapun, akan tetap seperti ia yang sesungguhnya.

"Biasanya aku dengan partner ranjang melakukan secara kasar dan terburu-buru, nah kalau dengan perempuan apa harus lembut?"

Kalau saja ada kesempatan bagi Helwi untuk tertawa, sungguh ia sangat ingin melakukan hal itu saat ini juga. Hanya saja perempuan itu tak bisa melakukannya.

"Itu terserah padamu, aku kan juga tidak berpengalaman," cicit helwi akhirnya.

Benar, jujur ia tak tahu apapun mengenai hubungan seks. Berciuman saja tidak pernah apalagi ingin melakukan hubungan intim tersebut.

Lalu tanpa Helwi duga, tiba-tiba tenguknya kembali ditarik. Tak hanya itu, sebuah material lembut pun terasa pada bibirnya. Sejenak Helwi jadi melupakan cara bernapas dengan benar.

Sungguh, tak pernah tahu. 

Terlebih saat Geri, orang yang selalu bersikap kasar padanya malah melumat bibirnya lembut. Helwi rasa, Geri ingin mencoba cara berhubungan seks yang baru.

Tentu saja, ia punya pasangan yang berlainan jenis sekarang.

Entah berasal dari mana, tiba-tiba Helwi jadi mengeluarkan suara yang ia sendiri tak tahu itu apa.

Bagaimana bisa hal tersebut terjadi?

Helwi bahkan sama sekali tak tahu apakah itu benar suaranya atau bukan. Semua terjadi begitu saja tanpa bisa perempuan itu cegah.

"Manis, kamu memakai pelembab bibir rasa stroberi ya?"

Helwi sontak langsung mengerjapkan mata berulang kali. Manis, Helwi bahkan tak merasakan apapun selain detak jantung yang bekerja tak normal.

Hanya itu saja. 

Akan tetapi detik selanjutnya perempuan itu akhirnya menyadari sesuatu yang sangat penting.

Seperti apakah Geri bebas dari segala macam penyakit kelamin, kesehatan dan semuanya?

Setiap aktivitas Geri selalu saja berakhir diatas ranjang dengan orang sesama jenis!

Lalu penyakit kelamin tentu saja menular. Helwi harus berhati-hati.

"Geri..., maaf, tapi..., apa kamu sehat, maksudku alat vital dan sesuatu seperti Aids?" tanya Helwi dengan suara yang seakan tercekat di tenggorokan.

Namun pada akhirnya pertanyaan tersebut keluar juga.

Sementara itu wajah Geri pun kembali tanpa ekspresi. Setelah ia berusaha memperlakukan Helwi secara baik, lantas apa yang ia dapatkan adalah sebuah penghinaan!?

Jelas Geri tak akan pernah terima!!!

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status