Share

Ayuna My Little Wife
Ayuna My Little Wife
Author: AyseaAkira

Prolog

Hujan deras mengguyur kota A yang berada di tengah-tengah perkotaan. Tanah berwarna merah masih basah atas guyuran hujan. Dari atas langit, terlihat gundukan yang masih baru di keliling payung-payung  berwarna hitam. Semua orang menatap dua pusaran suami istri tersebut. Seorang gadis berusia 18 tahun menangis di dalam dekapan Sang Pembantu  yang sudah di anggap seperti Orang tuan sendiri. Selendang berwarna hitam menutupi atas rambut yang tergerai. Perempuan berusia 38 tahun itu menepuk-nepuk punggung gadis berusia 18 tahun.

“Sudah Sayang! Tuan dan Nyonya akan tenang di atas. Yuna harus kuat!” Ayuna mengangguk dalam pelukan Emma.

Satu persatu payung mulai menjauh. Namun, hanya dua orang di area pemakaman dalam kondisi hujan tetap bertahan. Meratapi dua gundukan itu.

“Sayang, Ayo kita pulang!"

“Yuna enggak mau pulang, ingin tetap berada di sini bersama Mama Papa!” ujar Ayuna polos sambil menggeleng.

“Papa sama Mama bakalan sedih kalau Nona Ayuna enggak nurut sama Tante.” Ayuna mendongak, menatap wanita yang sudah di anggap seperti kakak sekaligus orang tua sendiri. Emma tersenyum lebar, mengisyaratkan Ayuna akan baik-baik saja jika meninggalkan makam kedua  orang tuanya.

“Beneran Tan?” Perempuan berkepala tiga itu mengangguk. Dengan berat hati, Ayuna mengangguk tanda permintaan Emma di setujui. Dengan langkah berat, mereka berjalan di atas tanah basah. Tangan kanan Emma merangkul tubuh ramping Ayuna dan tangan kiri memegang payung berwarna hitam lebar. Berjalan sedikit demi sedikit menjauh dari kuburan. Gadis bermata hazel itu berhenti sejenak dan menatap kembali dua pusaran ke dua orang tuanya. Lalu kembali menatap ke depan sembari menarik nafas berat.

Sandal gadis dan wanita itu menginjak tanah-tanah becek. Membuat Ayuna mendengus sebal karena ia tak suka dari dulu berjalan ketika hujan turun. Karena bajunya akan basah,  kotor dan penuh dengan tanah.

Mereka sampai di gapura pemakaman. Emma membimbing Ayuna keluar dari tempat pemakaman khusus masyarakat kolongmerat, alias tempat per istirahat terakhir orang-orang kaya.

Sebuah mobil besar berwarna hitam sudah menunggu. Emma menggeser pintu mobil dan mempersilahkan Ayuna masuk ke dalam mobil. Setelah Ayuna masuk, Emma menangkupkan payung berwarna hitam itu dan meletakkan payung ke dalam bagasi  mobil.

“Jalan Pak!”

Ayuna bersandar pada kursi mobil. Memandang nanar seluruh pemandangan di luar mobil. Emma menatap kasihan pada Ayuna yang sudah di saudara sendiri, pasti saat ini ia sangat terpukul. 

Ayuna menenggelamkan pikirannya dengan memejamkan mata. Bukannya terlelap, bayangan ke dua orang membuat Ayuna meneteskan air mata. Seperti ada kaset rusak yang sedang menayangkan kembali kisah mereka. Saat Johana mengantar Ayuna ke sekolah untuk untuk pertama kali. Mengajari sepedah, berkali-kali jatuh tapi Johana selalu menyemangatiya dan akhirnya berhasil.

Hampir satu jam perjalanan, mereka sampai di sebuah perumahan elit di kota A. Seorang satpam penjaga gerbang utama perumahan di Blok B, membuka gerbang besar itu. Lalu perlahan mobil itu masuk ke dalam perumahan. Jalanan sepi dan lengah. Pohon palem berjejer-jejer di tengah-tengah rerumputan yang berada di tengah jalan. Satu jalan besar itu di bagi menjadi dua, satu untuk masuk dan satu lagi untuk ke luar.

Mereka sampai di rumah paling elit dan paling besar di Blok B. Itu adalah rumah orang tua Ayuna, dan dia adalah pewaris utama.

Gerbang berwarna merah bata dan emas itu terbuka. Mobil yang di tumpangi Ayuna masuk ke dalam rumah. Mereka sampai di depan pintu, Emma membangunkan Ayuna.

“Sayang ayo bangun, kita sudah sampai!” Menggoyang-goyangkan tubuh Ayuna. Gadis itu sebenarnya tak tidur, ia hanya menutupi mata tapi belum tenggelam dalam mimpi. Ayuna membuka mata, turun dari mobil mengikuti Emma.  langsung berjalan ke kamar. Menjatuhkan diri di kasur, menatap sudut kamarnya. Di sana ada sebuah   laci. Ia ingat bahwa dulu pernah menyimpan album foto kenangan dengan ke dua orang tuanya.

Ayuna bangkit, mengambil album foto tersebut. Bersandar pada ranjang. Dan membuka setiap lembaran. Di lihat foto seorang wanita cantik sedang hamil besar lalu lelaki yang selama ini ia panggil Ayah memeluk dari belakang. Semua foto-foto ini meninggalkan kenangan membuat Ayuna tak kuasa menahan tangis. Air mata pun luluh dari kelopak mata.

                          ***

Waktu tidak pernah berhenti. Detik itu akan selalu berputar walaupun sebagian orang membencinya. Tak terasa, hampir satu bulan lebih berlalu. Rasa kesedihan itu mau tak mau terkikis sedikit demi sedikit. Ayuna menata hidupnya sedemikian rupa agar terus maju. Jika ia tetap larut dalam kesedihan banyak orang yang kecewa termasuk ke dua orang tuanya yang ada di surga. Sambil memakai seragam sekolah. Ayuna berlari menuju meja makan. Memeluk Emma dari samping dan mengecup pipi Emma.

“Tan, nanti Yuna mau jalan-jalan ke mall dulu ya. Mau beli boneka jerapah."

Ayuna adalah gadis unik yang suka mengoleksi semua yang berbau jerapah. Semua pernah pernik  berbau dengan jerapah, baik itu selimut, boneka-boneka lucu dan masih banyak lagi.

“Baiklah tapi jangan malam-malam loh!” Ayuna mengangguk lalu mengecup pipi Emma lagi, lalu gadis itu berlari meninggalkan Emma.

“Loh Sayang, makanannya?” Emma mengakat roti tawar yang sudah di lapisi selai coklat.

“Yuna  mau makan di kantin aja Tan!” teriak Ayuna dari jauh. Membuat Emma tersenyum senang. Akhirnya Ayuna bisa kembali seperti sedia kala. Melupakan kesedihan yang melanda berminggu-minggu lamanya.

“Ayo berangkat Pak!” teriak Ayuna langsung melompat. Gadis itu sangat lincah. Pak Toni Sang Sopir mengangguk. Rambut kepang yang di tekuk hingga menjadi lingkaran itu berayun-ayuna mengikuti gerakan tubuh Ayuna.

“Ngebut  Pak! Yuna terlambat ni,” runtuk Ayuna sambil melipat kaki lalu mengeluarkan majalah. Majalah Fashion. Gadis itu sangat suka melihat-melihat majalah Fashion karena cita-citanya menjadi model.  Mereka pun sampai di sebuah sekolah  menengah atas. Bangunan itu menjulang tinggi, terbuat dari kaca tebal dengan pinggiran coklat. Di depan sekolah sepi, hanya ada satpam. Tinggal Ayuna sendiri telat. Gadis itu menelan ludah. Gadis kecil itu keluar dari mobil sambil mengendap-ngendap. Ia mengirim pesan kepada dua temannya.

[Sista-sista, Yuna di luar. Kalian bantu Yuna dong]

[Oke Bu Boss!] Jawab Wanda

[Ayok beraksi  SistaLove] Timpal Toby.  Ayuna menunduk sambil menonton Pak Satpam sedang berjaga-jaga di luar. Mondar-mandir sambil memukul tongkat berwarna hitam ke tangan sendiri. Seperti Algojo yang menunggu tersangka untuk di siksa.

“Pak!” Wanda menghampiri Pak Satpam.

“Ada apa?”

“Ini loh Pak? Kok saya dengar ada  suara aneh dari gedung belakang. Gimana kalau ada murid yang bolos Pak?” ujar Wanda dengan wajah polos.

“Mana?”

“Di sana!” Pak Satpam lalu berjalan menuju belakang sekolah. Warda mengikuti dari belakang. Seorang lelaki membuka gerbang tersebut secara diam-diam.

“Sttu!” bisik Toby. Ayuna yang melihat rencana temannya itu berhasil akhirnya keluar dari tempat persembunyian berjalan dengan gagah menuju gerbang sekolah. Akhirnya ia bisa masuk ke dalam gedung. Tiba-tiba saat mereka berjalan bergandengan beriringan, ada seorang guru BK yang menyadari keberadaan Ayuna.

“Ayuna!” teriak Bu Eda. Ayuna dan Toby melotot, lalu berlari secepat mungkin. Dua murid dan guru itu saling kejar kejaran seperti kucing dan tikus.

Ayuna berhenti saat melihat dua cabang lorong, Gadis itu menyuruh Toby untuk berlari ke sebelah kanan dan Ayuna di sebelah kiri. Agar Bu Eda  terkecohkan. Ayuna berlari dengan langkah cepat, tak  seaja  ia melihat sebuah ruangan kosong.

“Kayaknya aku sembunyi di sini aja deh?” Ayuna pun masuk ke dalam ruangan gelap gulita itu. Gadis itu berjongkok, derup jantung itu berdegup sangat kencang. Nafasnya tak beraturan, keringat menetes dari pelipis. Suara derup jantung terpompa  sangat cepat, saat derup langkah mendekat.

“Tuhan tolong aku!” batin Ayuna. Tangan dan kakinya gemetar.

***

Suara derup musik dan lampu kelap-kelip saling bersahutan satu sama lain. Para pemuda-pemudi saling berjoget di bawah sinar lampu klab malam. Seorang Alpha masuk, dia adalah  anak dari perusahaan terbesar Negara C Eugene masuk ke dalam dengan mata merah menyala sambil mengepalkan tangan. Semua orang tak menghiraukan Eugene yang sedang sibuk mencari seorang gadis yang sangat ia cintai. Dia adalah Violet. Kekasihnya selama lima tahun. Eugene berjalan dengan tergesa-gesa. Menabrak satu dua orang yang berpapasan. Di lihat dari jauh, mata-mata yang ia suruh untuk memata-matai  sang kekasih mendekat.

Seorang Pria mendekatkan telinga ke Eugene, “Gadis itu di sini Tuan Muda.”

Eugene menarik nafas dan mendobrka pintu yang berada di lantai atas bar.

Bruk!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Semangat thoorr Ceritanya mantaapp
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status