Share

Pacar Om Eugene

Hati-hati berganti dengan cepat. Tak terasa hari suci pernikahan Ayuna akan segera datang. Sepanjang hari, gadis itu tak henti-henti memikirkan cara untuk kabur dari rumah. Menghindari pernikahannya sendiri, tapi seluruh sisi rumahnya di jaga ketat oleh anak buah Ruth Smith. Membuat pergerakan Ayuna tak leluasa, bahkan untuk pergi bersama Wanda dan Toby saja sulit.

Ayuna berdiri di depan ranjang, melihat sebuah kalender  yang sudah di lingkarinya. “empat hari sebelum hari pernikahan, Yuna harus ngapain?” Ayuna mondar-mandir sambil menggigit ujung kukuk. Dengan wajah pucat dan berkeringat. Tiba-tiba bayangan video yang di perlihatkan Wanda terlintas. Ia tak bisa membayangkan adegan jorok seperti itu terjadi padanya. Baru pertama melihat, tapi mampu membuat bulu kuduk Ayuna berdiri. Gadis bermata besar dengan manik hanzel itu menggeleng-gelengkan kepala.

“Oh tidak! Yuna kau mikirin apa sih.” Ayuna memukul-mukul kepala.

Pintu kamar Ayuna terbuka, seorang wanita yang sudah di anggap orang tua sendiri oleh Ayuna muncul dari balik pintu. Wanita itu menarik nafas berat dan berjalan mendekat.  Lalu duduk di pinggir ranjang. “Yuna ada yang Tante ingin bicarain, kamu ke sini bentar!” Gadis bermata hanzel itu duduk di samping Emma.

Memegang erat punggung tangan Ayuna, “Kau sudah besar Ayuna, Tante bangga. Kamu menjadi gadis yang luar biasa hebat. Dan sebentar lagi, kau akan menikah dengan lelaki yang baik dan bertanggung jawab.”

“Tapi Ayuna enggak mau,  Yuna masih kecil. Belum cukup umur untuk menikah. Yuna masih ingin bermain atau menggapai cita-cita Ayuna.” Emma menggeleng kuat, lalu memegang punggung tangan lebih erat.

“Tante yakin, Eugene bisa menjaga mu Ayuna.” Ayuna menggeleng keras. Tak terima dengan perkataan Emma. “Setelah pernikahanmu, tante akan pergi dari sini!”

Alis tipis Ayuna terangkat, “Apa maksud tante?”

“Orang tua Tante sakit di kampung, mereka menyuruh tante pulang."

“Enggak, Tante Emma enggak boleh pulang. Yuna ikut!”

“Tidak sayang, sebentar lagi akan ada seorang lelaki yang menjaga mu dengan sepenuh hati. Dan akan menggantikan posisi Tante, Mama dan Papa Yuna.”

“Enggak Yuna enggak mau!” Gadis itu berlari keluar dari kamar. Deraian air mata keluar dari pelupuk mata. Bagaimana bisa semua orang yang Ayuna sayang meninggalkannya.

Ayuna berlari kecil sambil mengelap air mata yang deras keluar dari manik hanzel. Lalu sebuah mobil Lamborghini berhenti  di depan rumah. Ayuna langsung membuka pintu dan duduk di depan. Membuat lelaki yang berada di dalam terkejut, “Padahal aku ingin menjemputmu."

“Jalan Om!” Perintah Ayuna.

“Papa menyuruhku menjemputmu untuk melihat gaun pengantin.”

“Terserah apa kata Om, yang penting jalan.”

Eugene  mendengus kesal, “Baiklah.” Seragam polisi itu masih melekat di badan maskulin Eugene.  Lelaki itu memutar mobil untuk keluar dari rumah Ayuna.

Setengah perjalan berlalu, tapi gadis yang biasanya cerewet itu terlihat murung. Tak banyak kata yang keluar dari mulut mungilnya. Membuat Eugene heran, karena biasanya gadis itu akan mengoceh  seperti burung pipit. Namun, sekarang berbalik arah menjadi pendiam.

Eugene membelokkan mobil di bawah kolong jembatan dan mengerem mobil dengan mendadak. “Kamu kenapa, kenapa hanya diam?”

Gadis itu terus menggeleng sambil berpaling dari Sang polisi. Eugene memegang bahu Ayuna dan memaksa tubuh dan kepala Ayuna memandangnya. Kedua manik itu saling melempar pandang. Eugene melihat bola mata besar itu mengeluarkan butiran kristal, “Kenapa? Apa aku salah.” Gadis itu menggeleng. Suara tangis keluar dari mulut Ayuna semakin kencang. Reflek, Eugene memeluk Ayuna.

Eugene melepas pelukan pada Ayuna dan keluar dari mobil. Sedangkan Ayuna menunggu dari dalam mobil. Berberapa menit kemudian, Eugene kembali dengan membawa dua  es krim.

“Buat Yuna?” Lelaki itu mengangguk. Gadis itu menghapus butiran kristal yang masih membekas di bawah mata, lalu mengambil es krim dengan mata berbinar.

“Tapi habis ini, enggak boleh nangis.” Ayuna mengangguk. Sesaat, ia bisa melupakan ke kesedihannya.

“Dasar bocah, enak banget bikin dia berhenti nangis. Cuma di kasih es krim.” Batin Eugene.

***

Ayuna duduk di kursi yang berada di dekat kolam renang. Membuka majalah, lalu memangku boneka jerapah miliknya. Dari kecil gadis itu sangat menyukai boneka hewan tersebut, karena boneka jerapah adalah kado dari Papanya untuk pertama kali. Dan gadis itu langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

Emma membawa nampan berisi makanan ringan dan meletakan di meja samping Ayuna. “Nona Ayuna enggak marah kan sama Tante?” Gadis itu diam, semenjak kemarin gadis itu tak bergeming saat Emma berbicara.

“Boleh Tante duduk situ?” Gadis itu hanya mengangguk tanpa menatap Emma.

Emma duduk di samping Ayuna, “Maafin tante, tapi tante terpaksa berbohong padamu,” batin Emma.

“Jangan marah dong Sayang, Tante enggak suka di diemin loh.” Emma merampas boneka jerapah yang ada di pangkuan  Ayuna.

“Tante!”

“Makanya, jangan diamin  Tante dong.”

Mata Ayuna berkaca-kaca saat menatap manik Emma, “Yuna enggak bakalan ambek ke Tante, tapi Tante jangan tinggalin Yuna.”

“Tante enggak bisa sayang, Tante harus nempatin janji tante.”

“Tapi Tante bakal kembali kan buat Ayuna?” Emma mengangguk sambil tersenyum lebar. Gadis kecil itu langsung memeluk Emma. “Yuna ijinin, pokoknya tante enggak boleh lama-lama di kampung.”

Suara klakson mobil, memecah kesunyian. Membuat Ayuna tersadar bahwa ia ada janji dengan Eugene, ini juga menjadi kesempatan  baginya menjalankan misi rahasia. Jika ia bersama Eugene, tidak ada satu pun pengawal yang mengikutinya.

“Yuna pergi dulu, apapun yang terjadi. Jangan khawatir pada Yuna, Yuna akan kembali.” Gadis itu langsung berlari. Emma menggeleng kepala, tak mengerti apa yang di katakan gadis kecilnya. Gadis yang selalu di memakannya sekarang sudah dewasa.

“Maaf Om, nunggu lama ya?”

“Makanya jangan lelet, besok kalau kau telat lagi, bakal aku tinggal.” Gadis itu mengangguk. Ia memasang sabuk pengaman. Dua orang lelaki tinggi kekar memberi hormat pada Eugene. Ayuna bernafas lega, karena bisa pergi dari orang-orang suruhan Ruth smith.

“Kita mau ke mana?”

“Bioskop Om!”

“Jangan panggil Om!”

“Tapi Yuna suka,” ujar Ayuna sambil menunjukkan gigi geriginya. Eugene memutar musik dari mobilnya. Membuat Ayuna berjoget ringan gembira, entah kenapa. Melihat tingkah laku Ayuna membuat lelaki bermata ember itu menyungging senyum.

Mobil berwarna perak itu berhenti di depan gedung bioskop yang sangat besar. Ayuna segera keluar dari dalam mobil. Di susul Eugene, lelaki itu menyerahkan kunci mobil pada Sang petugas. Untuk memarkirkan mobilnya

“Tunggu!” teriak Eugene saat Ayuna sudah berlari ke dalam. Gadis itu sangat cepat jika menyangkut urusan berlari.  

Langkah kaki Eugene terhenti saat seorang gadis meneriakinya. “Eugene!” teriak Violet, langsung memeluk Eugene. Membuat lelaki itu melepas pelukannya dengan kasar, “Aku tak sudi di sentuh oleh wanita menjijikan seperti mu!”

“Maafkan aku, kau tahu. Saat itu aku sangat mabuk dan tak sadar melakukan itu. Cobalah mengerti Eugene, dan anggaplah semua itu tidak pernah terjadi. Kita kembali pada hubungan kita yang dulu.”

Ayuna keluar dari gedung bioskop kembali, mencari Eugene.

“Om, ngapain om di sini. Filmnya udah mau mulai!” Cerocos Ayuna, gadis itu tak melihat Violet ada di samping Eugene.

“Siapa gadis itu? Apa dia adik mu?” Eugene merangkul  Ayuna membuat gadis itu tak nyaman karena rangkulan Eugene saat erat.

“Perkenalkan dia calon istriku!”

“Enggak, enggak mungkin. Pasti kau bohong Kan?” teriak Violet.

“Aku serius dan sebentar lagi kami akan menikah. Maaf aku harus pergi, aku ingin mengajak calon istriku menonton.” Eugene menuntut Ayuna ke dalam. Sedangkan perempuan itu sangat marah melihat Eugene dan Ayuna.

“Apa dia pacar Om Eugene?”


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status