Share

Cepat Beri Mami Cucu

Manik Hazel itu menatap  keluar kaca mobil. Kedua jemari saling bertautan. Melirik seorang lelaki yang ada di sampingnya. Berkali-kali ia meneguk saliva, tenggorokan gadis itu terasa kering. Badan ramping itu  menegang. Bunyi  gawai membuatnya segera merogoh sakunya. Ia akan mencurahkan segala kegundahannya  pada kedua Sang Sahabat.

“Kenapa? “ suara bariton itu membuat Ayuna tersentak, hampir saja ia menjatuhkan smartphone miliknya.

“Ah enggak papa,” cicit Ayuna sambil memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku. Eugene semakin menancapkan gas, membuat wajah Ayuna semakin pucat. Jika lelaki itu berani menyentuh tubuhnya, ia akan menghajarnya habis-habisan. Tak berselang lama. Mobil berwarna perak itu sampai di depan hotel bintang lima. Seorang staff hotel membukakan  pintu mobil untuk Ayuna dan Eugene. Ayuna dengan ragu keluar dari dalam mobil. Mereka tersenyum ramah, membuat Ayuna semakin kiku.

“Selamat siang Tuan dan Nyonya, mari saya antar ke dalam.” Hati Ayuna seakan tak terima di panggil Nyonya, usianya masih 18 tahun. Terlalu tua jika di panggil Nyonya.

“Kenapa ngelamun, ayo masuk!” Eugene menggenggam tangan Ayuna. Menuntun Calon Istri  ke dalam hotel. Namun, gadis itu menarik pergelangannya  cepat dari genggaman Eugene.  Perwira polisi itu hanya tersenyum masam, lalu melangkah panjang meninggalkan Ayuna. Ia pun tertinggal  karena laju jalan Eugene sangat cepat, lalu ia berlari kecil demi mengimbangi Eugene.

“Om, kalau jalan jangan cepat-cepat lah.”

“Makanya kalau jalan jangan kayak siput,” sindir Eugene.

“Om sendiri kalau jalan kayak  kereta,” balas Ayuna sambil berkacak pinggang. Tubuh tegap Eugene tiba-tiba berhenti  mendadak. Membuat Ayuna menabrak calon suaminya lagi. “Om ini, hobi banget kalau jalan tiba-tiba berhenti,” runtuk Ayuna sambil memukul punggung Eugene keras. Gadis itu melotot  saat merasakan dada Eugene sangat keras dan juga merasakan benjolan otot Sang Polisi. Mereka sampai di sebuah restoran mewah di hotel tersebut, seorang staff membukakan pintu untuk Ayuna dan Eugene. Mereka berdua beriringan masuk.

Restoran tersebut sepi hanya ada tiga orang yang duduk di meja paling panjang, Eugene menarik Ayuna ke arah mereka bertiga.

“Maaf kalian pasti menunggu lama?”

“Iya sangat lama, membuang waktuku saja,” cerca perempuan yang terlihat tak asing untuk Ayuna.

“Sayang!” tegur Pria di sampingnya.

“Ah maaf,” ujar perempuan itu. Namun nada maaf itu terdengar tak ikhlas.

“Lama sekali paman tidak melihatmu Ayuna. Silahkan kalian berdua duduk!” Ayuna  hanya melempar senyum. Seorang lelaki seumuran dengan Eugene menatap Ayuna dari atas sampai bawah.

“Ayuna selamat datang di keluar Smith!”  Gadis itu menarik kursi dan duduk di samping Eugene, berhadapan dengan wanita cantik yang berlipstik  merah darah.

 Lelaki tampan dengan setelah tuksedo itu membenarkan posisi duduknya, “Selamat sekarang menjadi bagian dari keluarga kami, aku Kenan. Kau bisa memanggilku Ken, aku adalah kakak dari Eugene dan juga saudara kembarnya.”

 Ayuna menaikkan alis, gadis itu tak percaya bahwa lelaki di depannya adalah saudara kembar Eugene. Tapi mereka sama sekali tidak mirip. “Saudara kembar?” cicit Ayuna.

“Iya kami saudara kembar non identik. Jadi wajah kami tak sama.” Ayuna mengangguk, mencoba mencerna perkataan Kenan. “Sayang, perkenalkan dirimu!” Perintah Kenan pada wanita cantik dengan baju merah itu.

“Merepotkan,” cicit Wanita beranting besar tersebut, “Baiklah. Perkenalan aku, istrinya Ken. Panggil saja aku Nami.” Hanami menyimbahkan  rambut gelombang itu.

Mata Ayuna membulat, ia baru mengingat bahwa Hanami adalah artis dan model terkenal Ibu Kota, “Kak May Hanami, Ya Tuhan... kakak cantik deh kalau di lihat dari dekat.” Hanami membusungkan dada, sikap sombong nya kambuh lagi. Sedangkan Ruth dan Ken tertawa mendengar celotehan Ayuna. Eugene merasa malu, ia menginjak kaki Ayuna.

“Aw... sakit Om,” rintih Ayuna saat sepatu Eugene menginjak kakinya. Tiba-tiba seorang wanita paru baya berlenggak-lenggok memasuki restoran sambil menjunjung tas branded.

***

Acara makan Siang di hotel berantakan saat Istri Ruth Smith datang dari Jerman. Wanita berumur 50 itu menyuruh seluruh keluarga besar Ruth Smith pulang ke rumah. Di rumah itu, Nyonya Ananta pengusaha sesungguhnya. Tak  ada yang bisa menentang ucapannya. Bahkan Hanami, Sang menantu yang sombong itu langsung diam jika berhadapan dengan Ananta.

Semua tertunduk, hanya Ruth dan Ayuna yang menatap Nyonya Ananta. “Kenapa tidak ada yang bilang bahwa putraku  akan menikah?”

“Percuma papa bilang,  jika pada akhrinya Mami tak menyetujui.” Ruth menatap bola mata Sang Istri.

“Papa! Papa enggak bisa begitu ke Mami ” bentak Ananta, bola mata itu langsung melebarkan pandangan. Menatap calon istri putranya. “Kau menikah dengan wanita atau bocah TK Eugene?”

Hati Eugene berdesir, tak pernah sekalipun ia melawan orang yang sudah melahirkannya. Lelaki itu hanya menunduk di samping Ayuna. Gadis bermata hazel itu berdiri, “Maaf Nyonya yang terhormat. saya ini udah 18 tahun. Bukan anak Tk lagi.”  Semua orang terperanjat dengan keberanian Ayuna.  Mereka semua mendongak menatap Calon Istri Eugene. Sedangkan Nyonya Ananta semakin kalap, tak menyangka gadis tersebut berani melawannya.

“Beraninya kau denganku?” Ananta melotot sambil menunjuk Ayuna. Sedangkan gadis itu tanpa merasa bersalah duduk kembali di atas sofa berudu. Ruth memegang tangan Sang Istri. Memenangkannya dengan kata-kata manis. Menyuruh semua penghuni rumah selain Ananta  meninggalkan ruangan.

Eugene menarik kasar tangan Ayuna. Membuat gadis itu merintih sakit, tenaga lelaki itu sangat kuat. Eugene menarik Ayuna ke balkon atas, dan melepas dengan kasar sampai tubuh Ayuna hampir jatuh. “Apaan sih Om, tiba-tiba marah sama Yuna. Belum nikah aja udah kasar, apalagi kalau udah nikah.”

“Kamu!” Eugene menunjuk wajah Ayuna dengan menggertakkan gigi. Mata amber itu melotot, seperti akan keluar dari dalam kelopak.

“Kenapa Om?” Berkacak pinggang sambil membalas pelototan  Eugene.

“Jangan pernah bicara kasar pada Mami, Putri Ayuna Marisa.” Ancam Eugene dengan menekan setiap suku kata nama Ayuna.

“Kalau saja Mami Om tidak  mengolok Yuna. Mana berani Yuna omong gitu sama Mami Om. Jangan salah in Ayuna, tapi salahi Mami Om sendiri. Punya mulut kok enggak pernah di sekolahanin.” Gadis berpipi cuby itu menabrak lengan Eugene dan meninggalkan Pria itu.

“Mau ke mana kau? Aku belum selesai bicara Putri Ayuna Marisa!” teriak Eugene.

“Lapar Om, dari tadi banyak drama. Sampek Yuna lupa ngasih makan cacing di perut Yuna nih!”

Seorang pelayan berlari ke arah Yuna. “Nona, Anda dan Tuan Muda di panggil oleh Nyonya besar!” Wanita berseragam putih dengan rompi hitam itu menunduk.

Gadis itu cemberut mendengar ucapan Sang Pelayan, “Ish...kenapa Mau makan aja sulit amat sih. Lama-lama aku bisa mati kelaparan,” cicit Ayuna. Dengan menarik nafas berat, gadis berusia 18 tahun itu menuruni satu persatu anak tangga dan Eugene mengikuti Ayuna dari belakang. Sang Polisi itu menahan amarahnya pada Ayuna, sulit menasihatinya  dengan bahasa manusia. Mungkin ada bahasa lain yang di mengerti  Ayuna.

“Cepat kalian ke sini, Mami banyak urusan ni.”

Eugene menarik tangan Ayuna, agar gadis itu mempercepat laju kakinya. “Baik Mami!” Gadis itu hanya merutuk Sang Perwira itu menarik tangannya.

Hanami dan Kenan sudah duduk di sofa berada di depan Ayuna dan Eugene, hanya di pisahkan meja marmer.

“Baiklah, aku akan menyetujui pernikahan kalian. Tapi dengan satu Syarat!”

“Kalau enggak di setujuin juga enggak papa, malah Yuna senang,” ucap Ayuna dalam hati, kalau bukan karena Ruth adalah sahabat Papanya dan satu-satunya orang yang sangat baik pada Ayuna, mana mungkin gadis itu mau melanjutkan pernikahan tersebut.

“Apa  Syaratnya?”

“Cepat berikan Mami cucu!”

“Hah!” teriak ke dua calon suami istri tersebut kaget. Ayuna mengeleng-gelengkan kepala.

“Kau lihat, kakak iparmu. Walaupun Mami menyuruhnya punya anak. Tapi sampai sekarang mana, enggak ada hasilnya sama sekali.”

“Mami! Hanami ini bukan tidak mau hamil. Tapi kami memang belum di kasih keturunan  sama  yang di atas.”

“Memang Mami bodoh, Mami tahu dia tidak mau melahirkan karena badannya akan melebar seperti Mami dan karirnya bakal hancur. Mami juga tahu, tiap bulan ia bolak balik ke rumah sakit untuk pasang KB.” Kenan melirik Sang Istri dengan mata berapi-api, ia tak menyangka  gadis yang ia cintai melakukan hal tersebut di belakang.

Sedangkan Ayuna masih tak terima dengan persyaratan konyol Ananta. “Tante umur saya masih 18 tahun. Saya belum cukup umur untuk hamil!” tolak Ayuna sambil meremas dress yang ia pakai.

_ Jangan lupa Vote And Comment. Biar Autor rajin Up...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status