Share

TRAPPED

Mereka sudah tiba di Jakarta.

Milly tidak sendiri, dia berangkat bersama Lita dan Maya. Mereka sama-sama mengharapkan pekerjaan yang lebih baik.

Mereka sangat senang, begitu tiba di Bandara seseorang sudah menunggu dan menjemput mereka.

Rado duduk di seat depan, sedangkan Milly dan teman-temannya duduk di seat belakang. Karena lelah mereka sampai terlelap dalam mobil tapi tidak dengan Milly, dia masih kepikiran ibu.

"Bos pasti senang!" kata Dhani, orang yang sedang menyetir saat ini. Tak henti-hentinya dia pandangi tiga gadis manis yang duduk di belakangnya lewat kaca spion di atas kepalanya sampai Milly sendiri tidak sadar kalau dia tengah diperhatikan.

"Pasti! Kali ini gue gak bawa barang yang asal-asalan, semuanya barang super, gue jamin! Ha ha ha," tukas Rado sangat puas lalu tertawa.

Milly mendengarkan percakapan itu, entah kenapa dia jadi tak enak hati, dia punya firasat buruk.

'Barang? Barang super? Apa maksudnya?' batin Milly dan dia pasang lagi telinganya untuk menguping percakapan Rado dan Dhani.

"Kalau boleh, gue mau coba satu, tapi pasti gue harus bayar mahal sama bos Tora," kata Dhani lagi semakin membuat Milly ragu dan takut.

"Oh, gak bisa! Mereka ini pasti jadi barang mahal nanti,"

'Barang mahal? apa lagi ini maksudnya?' batin Milly, dia semakin skeptis saja.

"Biasanya, yang baru-baru begini, bos Tora akan simpan buat tamu Vvip, yang dompetnya tebal!"

Obrolan Dhani dan Rado semakin meyakinkan Milly kalau ada sesuatu yang tidak beres saat ini. Dia takut, sangat takut. Kemudian Milly pura-pura tidur seperti kedua temannya.

"Yang paling kiri itu siapa? Gue pikir dia yang bakal jadi barang mahal!" tanya Dhani, dan kebetulan yang duduk di sisi kiri adalah Milly, hatinya tentu saja semakin berdebar.

"Oh, Namanya Milly, dia memang manis, dia anak temen gue waktu dulu di club di Batam, ibunya mantan pekerja malam juga," jawab Rado.

"Oh ya? Berarti dia ...."

"Milly itu beda jauh sama ibunya, gue yakin dia masih baru. Sekarang aja dia gak tahu kalau dia mau gue pekerjakan di club bos Tora, dia tahu nya mau gue pekerjakan di cafe biasa."

" Lo nipu dia?"

"Ya kalo gue jujur, mana mau dia ikut gue sekarang?"

Deg, dugaan Milly benar! Ternyata Rado berbohong soal pekerjaan di cafe, nyatanya saat ini sudah jelas kalau Milly akan dipekerjaan di sebuah club malam. Dia takut dan marah tapi dia tak tahu harus berbuat apa, dia terlanjur mengikuti Rado.

"Heh, bisa aja lo!" cibir Dhani.

Tak lama mereka pun sampai.

Mereka menepi di sebuah bangunan dua lantai. Penampakannya memang seperti sebuah club hiburan malam, Milly sangat miris tapi dia tak bisa apa-apa.

Maya dan Lita sudah terbangun lalu turun dan mengikuti langkah Dhani. Sepertinya dari awal mereka sudah tahu akan bekerja di club itu.

Sedangkan Milly? Dia masih enggan untuk turun, dia sangat ketakutan. Rado membukakan pintu untuk Milly.

"Ayo turun! kamu istirahat dulu di dalam, di mess kamu," kata Rado dengan muka tanpa rasa bersalah.

"Ini bukan cafe yang seperti Abang bilang, kenapa Abang bohong sama saya?" tanya Milly agak emosi.

Rado menatap Milly lalu dia tersenyum licik.

"Ayolah sayang ... apa yang kamu takutkan? Kerja apa pun sama saja kok, yang penting gajinya besar, iya kan?" kata Rado membuat Milly sangat muak.

"Saya gak mau! Tolong pulangkan saya!" kata Milly tegas.

"Heh, mana bisa? Saya sudah bayar kamu sama ibu kamu, saya udah kasih dia bekal, lagipula saat ini kamu sudah terikat, kamu sudah tandatangani kesepakatan dengan saya."

"Maksudnya apa? Tadi sore Abang bilang saya kerja di cafe, bukan di tempat seperti ini!" Milly semakin marah.

"Sudah, sudah! Saya cape, kamu juga pasti pengen istirahat kan? Ayo kita masuk! Tenang saja ... saya gak akan kasih tau ibu kamu tentang ini semua! Dia hanya tahu kalau kamu bekerja di cafe, ayo masuk!"

kata Rado lalu menarik tangan Milly, tapi serta merta Milly menghempaskan tangannya, "gak mau!"

"Ayolah, jangan biarkan saya bertindak kasar!" ancam Rado, wajahnya yang garang begitu menyeringai dan sukses membuat Milly gentar. Akhirnya dia pun pasrah dan tak melakukan banyak perlawanan saat Rado menggusurnya ke dalam bangunan itu.

***

Milly benar-benar tak habis pikir, dia merasa dijebak oleh Rado. Tapi dia sangat tidak berdaya, dia tidak tahu harus pergi kemana atau berbuat apa. Pengamanan di depan kamar mess-nya sangat ketat tidak mungkin dia bisa kabur begitu saja.

Maya maupun Lita sudah terlelap kembali di ranjang-ranjang yang berjejer di sebuah ruang memanjang tempat para night club ladies beristirahat. Selain mereka, disana juga ada beberapa wanita lain yang berpakaian tidak senonoh.

Salah satunya menghampiri Milly yang hanya duduk ketakutan. dmDia Demy, salah satu senior disana.

"Demy." Wanita seksi itu mengulurkan tangannya, Milly masih ketakutan, tapi dia langsung sambut jabatan tangan Demy.

"Milly ...."

"Selamat datang!" sambut Demy.

Milly hanya mengangguk pelan lalu menunduk lugu. Saat ini yang terbesit dalam benaknya hanyalah sebuah penyesalan.

"Kenapa? Apa lo merasa dijebak?" tanya Demy, Milly angkat wajahnya, apa yang Demy tanyakan itu memang benar.

"Heun,well ... dulu gue juga begitu," kata Demy lagi, hal itu sangat mengejutkan Milly, lalu Demy duduk di samping Milly.

"Dulu gue gadis yang sangat lugu dan manis, gue gak tahu kalau ternyata gue harus bekerja jadi budak disini, pertama datang kesini ... ekspresi gue persis kayak ekspresi lo sekarang, jadi gak usah takut ya, nanti juga terbiasa!" kata Demy lagi mencoba membuat Milly merasa lebih baik, tapi itu malah membuat Milly makin takut.

"Saya ... saya gak mau kerja disini!" ucap Milly pelan.

"Terlambat! Kalau sudah masuk kesini, kita gak bisa keluar lagi, kita akan bekerja sampai kita tak terpakai lagi! Kamu sudah tanda tangan kontrak kan?" tanya Demy, Milly hanya mengangguk pelan. Mendengar kata-kata Demy, Milly semakin dan semakin ngeri.

"Udah, santai aja! Kita mulai kerja nanti malam, jadi sebaiknya lo istirahat, simpan energi buat para pelanggan nanti."

Demy benar-benar berhasil menakut-nakuti Milly. Demy kembali ke ranjangnya meninggalkan Milly sendiri.

'Gak bisa! pokonya aku harus pergi dari sini!' batin Milly bertekad.

***

Jam operasional club sudah dimulai, biasanya club dibuka setelah agak larut. Rado membawa Milly dan kedua temannya ke sebuah ruangan, ternyata itu ruangan Bang Tora, pemilik club ini.

Milly digiring seperti seorang tahanan yang dibelenggu, dia juga terpaksa memakai pakaian yang super mini. Dia sangat risih dengan minidress yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan jelas itu.

Tora perhatikan satu persatu dari ke tiga gadis manis di depannya saat ini.

"Perkenalkan diri kalian!" kata Tora.

"Malam bos, saya Maya, 22 tahun! Sebelumnya saya juga bekerja disebuah club di Batam!" kata Maya dengan penuh percaya diri, malam ini dia memakai hotpant merah dengan tank top warna putih yang membuatnya tampak begitu sensual.

"Next!" kata Tora.

"saya Lita, 21 tahun, saya pernah bekerja di tempat yang sama bersama Maya." lanjut Lita yang juga memakai pakaian super seksi malam ini.

Giliran Milly, Milly malah diam dan menunduk lugu, Bang Tora menunggu dan dia agak kesal karena Milly diam saja.

"Hey kamu! Angkat wajahmu!" kata Tora menggretak, Milly angkat sedikit wajahnya yang ketakutan.

Tora cukup terkesan, dia berjalan mendekat lalu dia angkat dagu Milly kasar dengan tangannya. Milly gemetar tak karuan.

"Nama ?" tanya Tora.

"Mil-Milly ...." jawabnya menggumam.

"Umur?"

"23 ...."

"Pernah bekerja di club seperti ini sebelumnya?"

Milly hanya menggelengkan kepala.

"Dia belum ada pengalaman sebelumnya bos, tapi saya jamin dia akan bekerja dengan baik disini," kata Rado menjelaskan dan mencoba meyakinkan Tora kalau Milly bisa jadi pekerja yang menarik minat para pengunjung nantinya.

Dan Tora semakin tertarik, dia belai rambut panjang Milly yang tergerai indah. Milly hanya berdiri mematung sementara sekujur tubuhnya masih gemetar.

"Bagus, saya akan simpan kamu untuk tamu Vvip," pungkas Tora.

Bang Tora adalah pria usia 50 tahunan, dia sudah cukup lama menjalankan Bisnis ini. Dia juga selalu mendapat pasokan dari beberapa mucikari seperti Rado. Dan gadis-gadis polos seperti Milly adalah yang selalu menjadi prioritas kriterianya.

"Ya sudah, sana kalian masuk! Berbaurlah dengan yang lain, dan kamu Milly, kamu perhatikan senior-seniormu ya!" perintah Tora.

Milly benar-benar menyesal sudah masuk dalam jebakan Rado, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dia alami setelah ini. Saat ini dia tidak mungkin memberontak karena dia merasa kecil, dia tidak punya cukup keberanian untuk melawan Tora dan para pegawainya.

Apakah Milly akan kehilangan keperawanannya di club malam itu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status