Share

LAYANI SAYA!

Tak terbayangkan lagi betapa hancurnya perasaan Richie malam ini. Mati rasa sudah pasti, apa yang dia bangga-banggakan selama ini ternyata lebih memilih pergi mengejar karir dari pada memilihnya.

Rasa sakit hatinya mendorongnya untuk kembali mampir ke club milik Tora. Padahal ia sudah berjanji untuk memperbaiki kebiasaan buruk pada ayahnya. Tapi, Richie ingin melepaskan rasa sesaknya. Club ini memang satu-satunya tempat yang selalu Richie pilih untuk sekedar melepas stress.

Tora sangat senang dengan kedatangan Richie, dia memang salah satu tamu penting di club ini.

"Selamat datang Bos! Akhirnya mampir juga setelah sekian lama," sapa Tora, Richie hanya membalas dengan senyum malas. Terlalu berat untuk menjawab sambutan Tora.

"Mari duduk, Bos!"

Tora mempersilakan Richie untuk duduk di salah satu sudut club, lalu mereka duduk berdua.

"Tunggu sebentar ya, biar gue siapkan dulu meja buat lo, nanti sebentar lagi Bos Hario juga akan datang kemari!" kata Tora girang.

"Gak usah, gue cuma mau minum aja malam ini," tahan Richie.

"Oohh, oke! Oh iya sebentar ya ...."

Tora pergi dari sana meninggalkan Richie dengan rasa galauannya. Sikap Daniar tadi sungguh membuatnya sesak.

Tak lama kemudian Tora datang dengan Milly yang masih saja tampak ketakutan. Awalnya Richie biasa-biasa saja, dia memang tidak pernah tertarik dengan wanita malam.

"Biar ditemenin ya sama anak baru ini, dia masih sangat baru bos, tuh lihat! Maniskan?" kata Tora membujuk, Milly masih menunduk lugu.

Richie pandangi Milly dari ujung kaki ke ujung kepala, dia heran kenapa Milly terlihat lugu dan malu-malu tak seperti wanita-wanita lainnya yang selalu bersemangat untuk menawarkan jasa mereka pada Richie.

"Perkenalkan dirimu!" bisik Tora memaksa.

Milly masih saja menunduk, dan Richie masih menunggu.

"Cepet!" bisik Tora lagi.

"Hey kamu! Duduklah!" kata Richie to the point. Tora sampai terkejut, biasanya Richie selalu menolak tapi kali ini Richie malah meminta Milly untuk duduk bersamanya.

"Heum, ya udah, Bos tanya-tanya sendiri aja deh, kalau cocok, boleh bos bungkus! Dia ini masih sangat baru, sengaja gue simpan buat lo, Bos!" kata Tora.

"Suruh dia duduk!" perintah Richie dengan sikapnya yang masih dingin.

"Duduk sana, senyum! Awas kalau macam-macam ya!" perintah Tora lalu dia mengancam, Milly pun mau duduk di dekat Richie. Milly tidak berani mengangkat wajahnya bahkan dia belum sempat melihat sosok Richie sedikitpun.

Richie pun jadi penasaran ....

"Baru disini?" tanya Richie, Milly hanya mengangguk pelan, dia tidak mau menunjukan wajahnya, dia masih saja menunduk lugu.

"Tolong tuangkan minuman ke gelas saya!" pinta Richie, Milly kebingungan. Dia tidak tahu cara yang benar menuangkan wine ke sloki, dia masih saja bengong.

Tora memantau dari jauh, bahkan Demy yang penasaran pun ikut memantau.

"Bos Richie mau dilayani?" tanya Demy hampir-hampir tak percaya.

"Iya, kayaknya si Milly memang cukup manis buat menarik perhatiannya," sahut Tora.

Kembali pada Milly dan Richie ....

Perlahan Milly angkat botol wine itu lalu menuangkannya ke sloki di depan Richie. Tangannya bergetar dan itu dapat terlihat jelas sampai ada beberapa percikan yang menodai meja.

"Cukup!" kata Richie, Milly terkaget lalu dia simpan kembali botol itu.

"Nama?" tanya Richie selepas itu dia teguk wine-nya.

"Milly ...." jawab Milly pelan.

"Kenapa mau kerja di tempat seperti ini?" tanya Richie lagi, ingin sekali dia ceritakan semuanya pada Richie tapi dia tahu itu tidak mungkin.

"Coba angkat wajahmu!" titah Richie.

Milly perlahan mengangkat wajahnya lalu Richie pandangi seraut wajah yang manis itu, tapi dia juga bisa melihat ketakutan dan kekhawatiran yang sangat dalam di wajah Milly.

"Ikut saya, temani saya malam ini!" kata Richie, mungkin dia lumayan tertarik dengan Milly, Milly malah semakin ketakutan.

"Ke-kemana?" tanya Milly sampai gugup, Milly tak siap kalau harus menyerahkan harga dirinya pada orang yang bukan suaminya, sekali pun untuk Richie yang memiliki kesempurnaan ragawi yang diidam-idamkan oleh ratusan bahkan ribuan wanita di luar sana.

"Kita cari hotel yang nyaman!"

Perasaan Milly berkecamuk, ternyata malam yang dia takutkan datang juga.

Kali ini Richie kembali meneguk minumannya.

Milly berpikir sangat keras, tapi tiba-tiba dia jadi punya ide.

'Mungkin aku bisa pergi dari tempat ini kalau aku ikut dia keluar sekarang,' pikir Milly, dia sedang merencanakan strategi untuk bisa kabur dari club ini, walaupun itu terasa cukup mustahil.

"Gimana? Udah siap?" yakinkan Richie. Milly hanya mengangguk pelan.

"Kalau kamu bisa membuat saya senang malam ini, saya akan kasih apa pun yang kamu mau!" kata Richie, Milly tidak peduli dengan tawaran menarik dari Richie! Dia hanya memikirkan cara untuk bisa kabur dari club ini.

Richie heran kenapa Milly tidak bereaksi apa-apa, dan itu malah membuatnya semakin penasaran dengan sosok Milly.

"Ya udah, ayo pergi sekarang!" Richie bangkit, dan Milly juga ikut bangkit.

Bang Tora dan para pegawai lain sampai terkejut melihat Richie berjalan menggandeng Milly. Ini merupakan sejarah karena selama bertahun-tahun menjadi tamu disana, Richie sama sekali belum pernah tertarik untuk membooking seseorang.

"Gue bawa keluar sebentar ya," kata Richie pada Tora yang masih bengong terheran-heran.

"I-iya bos iya!" sahutnya.

"Ayo!"

Mereka berlalu begitu saja meninggalkan Tora yang masih terpaku, sampai Demy dan beberapa pegawai lain menghampiri.

"Itu ... si Milly ... kok pergi sama bos Richie?" tanya Demy tak kalah kaget.

Tora gak mampu menjawab apa-apa. Keinginan Richie untuk mendapat layanan dari Milly malam ini adalah sebuah fenomena.

Dalam perjalanan ....

Milly berusaha menarik ujung mini dressnya agar mau menutupi bagian pahanya. Dia sangat risih sekali berada dalam mobil berdua saja dengan seorang pria asing dengan pakaian super minim seperti sekarang.

Sesekali Richie memicingkan matanya pada Milly yang bertingkah canggung seperti itu.

"Kenapa?" tanya Richie, Milly diam.

"Dingin?" tanyanya lagi.

"Heum ... saya tahu, pasti kamu itu orang baik." Milly mulai buka suara walau pelan, Richie mencoba mendengarkan.

"Kamu ... gak mungkin akan melakukan hal yang tidak pantas! Heum ... hal memalukan seperti ...." Milly mulai berani mengungkapkan ketakutannya, Richie masih mendengarkan dan dia belum mengerti maksud Milly.

"Kenapa?" tanya Richie tegas, dan dia masih mencoba fokus mengemudi.

"Tolong biarkan saya pergi!" Kata Milly memohon, lalu dia menunduk lugu lagi, Richie semakin penasaran.

"Maksudnya?"

"Tolong biarkan saya turun dari mobil dan biarkan saya pergi!" perjelas Milly walau masih abu-abu.

"Kamu gak mau layani saya?" tanya Richie tajam membuat Milly ciut.

"Saya juga gak akan kembali ketempat itu, Tuan," gumamnya dengan sekujur tubuh yang semakin gemetar, karena selain karena kedinginan, Milly juga masih ketakutan.

Richie menghentikan laju mobilnya lalu menepi ke pinggir jalan. Dia tidak mengerti dengan apa Milly minta padanya.

"Saya tahu kamu itu orang baik! Yang gak mungkin mempertaruhkan kehormatan kamu dengan membeli layanan seperti ini! Tolong! biarkan saya pergi ...." Milly berhasil membuat Richie penasaran, bahkan saat ini Milly mulai menangis.

"Kamu dipaksa kerja disana?" tanya Richie, Milly hanya mengangguk.

"Terus bagaimana ceritanya sampai kamu ada di club itu?"

"Saya gak tahu, sebelumnya ... saya ditawari bekerja di sebuah cafe, bukan di tempat seperti itu."

Kini Richie mulai bisa menyimpulkan keadaan Milly yang sebenarnya. Lama-lama dia mulai simpati. Lagi pula dari awal tampil di depan mata Richie, Milly sudah menunjukkan gelagat yang aneh.

"Rumahmu dimana? Biar saya antar kamu pulang!" Akhirnya Richie mau sadar, dia berbalik ingin membantu Milly.

"Jauh, saya dari luar kota!"

"Terus sekarang kalau saya biarkan kamu pergi, kamu mau pergi kemana?"

"Kalau boleh, tolong antarkan saya ke kantor dinas sosial, mungkin orang-orang disana bisa bantu saya buat pulang ke Batam!"

"Batam? oh.. shit!" Richie sampai terkejut dan menggerutu saat tahu tempat asal Milly. Dia jadi ikut memikirkan nasib Milly, dia jadi kasihan dengan Milly.

"Ini udah lewat tengah malam, kantornya pasti tutup!" ucap Richie.

"Gak apa-apa, saya akan tunggu di depan gerbangnya," tukas Milly lagi dengan penuh keyakinan.

Richie pandangi sosok yang sedang ketakutan di depannya itu, dia benar-benar gak tega melihat Milly seperti ini.

"Kamu mau nunggu dengan pakaian seperti itu malam malam begini?"

Milly kebingungan ....

"Kamu tahu, di luar sana banyak orang yang lebih gila dan liar dari pada saya!" pungkas Richie.

Milly pikir apa yang Richie katakan benar, tapi dia ingin sekali pergi dari clubnya Tora. Dan saat ini adalah momen yang tepat untuk melarikan diri dari dunia prostitusi itu.

"Sekarang kamu ikut saya saja!" Richie kembali menghidupkan mesin mobilnya, Milly merasa paranoid lagi.

"kemana?"

"Ke tempat yang aman! Besok pagi kamu bisa pergi ke kantor dinas sosial!"

Milly belum tahu kemana Richie akan membawanya, dia masih saja merasa ragu dan paranoid. Milly malah berpikir kalau Richie akan membawanya lagi ke hotel dan kembali pada tujuan awalnya, yakni minta untuk dilayani.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status