Share

NEW JOB, NEW HOPE

Milly masih menunggu dengan sabar, dia yakin kalau Richie memang sudah ditakdirkan untuk menolongnya.

Kriiiiing, ponselnya tiba-tiba berbunyi ....

Milly terpaku, yang menelphone itu adalah ibunya. Kejadian tadi malam membuatnya lupa pada ibu, Milly tak tahu harus menjelaskan apa pada ibunya saat ini.

Dia mulai berpikir kalau dia jujur dan pulang begitu saja pada ibu pasti ibu akan sangat kecewa.

Kriiiing, ponselnya terus berdering, dia pun mengangkatnya.

"Halo Bu ...." sapanya mencoba terdengar baik-baik saja.

"Milly, bagaimana kabarmu? Ibu ingin sekali menelphonemu sejak kemarin, tapi takut kamu sibuk," Terdengar suara ibu yang begitu antusias di sebrang sana, Milly jadi merasa bersalah.

"Heum ... aku baik Bu, Ibu gimana?"

"Ya begini lah, tapi kemarin bu Marta antar ibu chek up ke rumah sakit, Rado memberikan Ibu uang cukup untuk beli obat selama sebulan, katanya itu sebagai tunjangan awal, ya begitulah ... Ibu senang sekali, akhirnya kita bisa mendapatkan awal untuk kehidupan yang lebih baik."

Milly tak kuasa menahan air matanya mendengar semangat ibu, dia jadi dilema. Ibu pasti akan sangat kecewa kalau tahu yang sebenarnya. Apalagi kalau Ibu tahu Milly kabur dan akan segera pulang.

"Milly ...." panggil Ibu.

"Iya," sahut Milly lalu perlahan menyeka air matanya itu.

"Apa cafe sedang ramai? Kamu sibuk? Ya sudah, sana lanjutkan pekerjaanmu! Jangan buat bos mu marah, ya ...."

Milly semakin sedih mendengar kata-kata Ibu, pada kenyataannya saat ini dia sedang menunggu Julian untuk membawakan barang-barangnya. Entah lah, entah bagaimana Milly bisa menjelaskan pada ibunya saat nanti dia kembali ke Batam, Milly sudah menghancurkan ekspektasi ibunya.

Dia sampai tak sadar kalau Richie sudah pulang dan menyaksikan kesedihannya itu. Milly berjalan mendekat.

"Siapa?" tanya Richie sangat mengejutkan, Milly segera mengusap air matanya lagi.

"Siapa yang menelphone?" tanya Richie lagi, dia penasaran, lalu dia duduk di hadapan Milly yang hanya menunduk malu.

"Ibu, ibu saya," jawabnya pelan sekali.

"Oh, dia sudah tahu kamu akan pulang?"

Milly bingung, dia tak mungkin pulang begitu saja, dia tidak mau ibunya kecewa. Kini dia menjadi sangat gamang.

"Ya sudah, ayo sekarang kita pergi! barang-barang kamu sudah ada di mobil," ajak Richie.

Milly benar-benar dilema, dia masih diam untuk beberapa saat. Dan Milly harus segeta memutuskan.

"Ayo, sebentar lagi kantor Dinas Sosial akan segera tutup," ajak Richie lagi.

"Terima kasih banyak ya ... tapi, kamu gak perlu antar saya," kata Milly pelan.

"Memangnya kamu tahu dimana kantor itu berada?"

"Terima kasih banyak untuk semua yang sudah kamu lakukan untuk saya, saya gak tahu harus membalasnya dengan cara seperti apa. Kalau gak ada kamu semalam, entah apa yang akan terjadi pada saya, terima kasih banyak yaa ... dan maaf sudah merepotkan," kata Milly panjang lebar, dia bingung harus bicara apa pada Richie.

"Saya akan bantu kamu sampai kamu benar-benar aman dan sampai di kota asal kamu!"

"Gak usah, heum ... sepertinya, saya gak jadi pulang sekarang."

Richie belum mengerti maksud Milly, dia menyimak dan mencoba mendengar penjelasan Milly.

"Saat pamit pada ibu, dia terlanjur sudah menyimpan harapan yang besar pada saya, kalau saat ini saya pulang dan dia tahu apa yang terjadi sebenarnya, pasti dia ... pasti dia sedih dan kecewa!" cerita Milly, Richie masih menyimak dan mencoba memahami.

"Tapi saya gak mungkin melanjutkan pekerjaan di club itu, dan sudah saya putuskan, saya gak akan pulang! Saya akan coba cari pekerjaan lain!" pungkasnya.

Kini Richie mengerti maksudnya.

"Kamu sudah tahu mau tinggal dan kerja dimana?" tanya Richie.

"Saya akan cari, saya akan cari rumah kontrakan, saya juga akan cari pekerjaan, kebetulan saya bawa CV lengkap, mungkin bisa saya gunakan untuk melamar pekerjaan," jawab Milly optimistis.

Richie seprtinya ikut memikirkan nasib Milly, dia sedang berpikir keras, dia tak tega melihat gadis malang di depannya saat ini. Tiba-tiba dia ingat kata-kata Budi tadi siang, kantornya sedang sangat membutuhkan tenaga.

"Kamu mau kerja di kantor saya?" tawarkan Richie, Milly terpaku menerima kebaikan Richie selanjutnya, dia bahkan belum menggubris dan malah bengong.

"Kebetulan sekali saya butuh pegawai tambahan!" tambah Richie.

"Benarkah?" yakinkan Milly penuh harapan.

"Ya, tapi cuma jadi seorang office girl."

"Mau! Kalau boleh, saya sangat mau, saya mau bekerja di kantor kamu!" sambut Milly penuh antusias.

"Jadi office girl?" yakinkan Richie.

"Iya, jadi apapun asal pekerjaan yang baik dan halal!"

Richie senang akhirnya dia bisa mencarikan solusi untuk Milly, senyum Milly rekah begitu saja, dia sangat bersyukur. Dia tak tahu lagi harus membalas Richie dengan cara seperti apa. Richie sudah begitu banyak membantunya Richie benar-benar figur pahlawan yang sesungguhnya untuk Milly saat ini padahal pada awalnya Richie hendak membooking dan membeli layanan Milly.

"Oke, besok kamu ikut saya ke kantor!"

"iya, terima kasih banyak, terima maaih banyak sekali lagi!"

***

Ternyata nasib buruk Milly sudah berlalu dengan cepat. Beruntung dia bertemu pria baik seperti Richie, selain menyelamatkannya dari jerat hitam dunia malam di club Tora, Richie juga memberi tempat tinggal dan pekerjaan untuk Milly.

Milly dan Richie datang pagi sekali ke kantor, bahkan sebelum pegawai lain datang. Richie tidak mau orang-orang curiga kalau Milly adalah gadis malang yang telah ia selamatkan berkali-kali.

Kebetulan Bu Arini dan Budi datang lebih awal, mereka lumayan heran dan kaget saat mendapati Milly dan Richie ada disana.

"Selamat pagi pak," sapa Arini dengan penuh hormat. Dan matanya tak lepas memperhatikan gadis manis yang berdiri di samping Richie.

"Kita kekurangan orang di bagian kebersihan kan?" tanya Richie pada bu Arini.

"Iya pak, dea resign dua hari yang lalu jadi hanya tinggal saya dan Budi," tukas bu Arini.

"Oke Milly, kamu boleh bekerja mulai hari ini," kata Richie, Milly sangat senang.

"Iya pak," sahutnya sigap dan penuh semangat.

Bu Arini masih heran dengan sosok Milly begitu pun dengan Budi.

"Kalau ada yang ingin kamu tanyakan, tanyakan pada mereka," kata Richie lagi.

"Salam kenal ya, saya Milly ...." Milly memperkenalkan dirinya dengan sangat ramah, Arini dan Budi cukup pleasure dengan Milly.

"Salam kenal juga, saya Budi," kata Budi yang dengan genitnya segera meraih tangan Milly.

"Iiih, genit! Saya Arini, semoga betah kerja bersama kami yaa," kata Arini dengan keramahan yang sama sampai membuat Milly mendapatkan semangat ekstra pagi ini.

Milly benar-benar senang karena dengan sekejap mata dia mendapat lingkungan dan orang-orang yang baik, terutama Richie.

Richie juga tampak lega karena akhirnya dia bisa membantu Milly, sekali lagi, Richie adalah pahlawan terbaik untuk Milly sampai sejauh ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status