Share

PESONA PEGAWAI BARU

Budi mengajak Milly untuk membereskan ruangan Julian, Milly mengikuti semua instruksi Budi. Kebetulan saat ini Julian belum datang. Julian adalah manager pemasaran di kantor ini.

"Kamu lakukan seperti pekerjaan rumah saja, gampang kan?" kata Budi sembari memberi contoh apa saja yang harus Milly lakukan.

"Iya, saya mengerti!" kata Milly lalu dia bereskan meja kerja Julian dengan teliti.

"Bagus! Eh, tuh pak Julian datang!" kata Budi dan saat itu memang Julian baru saja masuk ke dalam ruangannya itu.

"Udah selesai?" tanya Julian bossy.

"Sudah," sahut Milly tanpa berani mengangkat wajahnya sedikitpun. Menjadi seorang karyawan baru memang masih cukup membuatnya nervous, apalagi ada banyak cogan bertebaran di kantor ini.

Setelah itu, Budi mengisyaratkan Milly untuk pergi dari sana, sepertinya Julian tidak tahu dan tidak peduli kalau ada pegawai baru di kantornya saat ini.

Selepas itu Milly dan Budi menepi di dapur kantor, tempat mereka dan Bu arini melepas lelah.

"Yang tadi itu pak Julian, salah satu pimpinan juga di kantor ini, dia cakep kan? Gak kalah sama pak Richie, iya kan?" goda Budi, Milly hanya tersenyum.

"Ini ... teh sama kopinya sudah jadi, sana kalian antarkan!" kata Bu Arini yang sudah menyiapkan beberapa gelas kopi dan teh untuk para staff.

Milly sangat bersemangat hari ini, dia ikuti langkah Budi dan mencoba mengingat apa saja yang harus dia lakukan yang sudah Budi contohkan sejak tadi kepadanya.

***

Saat ini Milly benar-benar mandiri, dia tinggal di sebuah rumah kontrakan yang tak terlalu luas namun dia merasa nyaman disana.

Dia tak akan pernah lupa dengan semua kebaikan Richie, dia akan ingat kebaikannya seumur hidupnya.

'Suatu hari, pasti aku akan balas semua kebaikannya! Aku harus membalas semua kebaikannya itu!' batinnya sebelum benar-benar memejamkan matanya. Esok ia harus melanjutkan harinya ssbagai office girl di kantor Richie.

***

Hari berikutnya di tempat kerja baru.

Milly membawakan nampan berisi beberapa cangkir kopi dan teh menuju ruang kerja para staf kantor.

Lalu mengantarkan satu persatu ke meja kerja mereka, Milly sudah cukup hafal harus kepada siapa dia menyajikan teh atau kopi.

"Office girl baru yaa ...." goda seseorang saat Milly meletakan kopi di atas meja kerjanya, Milly hanya tersenyum simpul.

"Waah senyumnya, manis banget! Bisa bikin diabetes nih," goda orang itu lagi membuat Milly malu apalagi staf yang lain mulai memperhatikan.

"Huh, mulai lagi tuh jiwa playboy-nya meronta ronta," celetuk salah seorang temannya.

Milly segera tinggalkan tempat itu, dia merasa tidak nyaman dengan godaan orang tadi.

Tak sengaja Milly berpapasan dengan Julian di koridor, Milly merasa agak canggung, apalagi Julian bersikap sangat dingin padanya.

"Tolong bawakan kopi ke ruangan saya!" kata Julian masih dengan sikap dinginnya.

"Iya pak," jawab Milly dan segera bergegas ke dapur kantor.

Tak berlama-lama lagi setelah kopinya siap, dia segera antarkan ke ruangan Julian.

saat Millly sampai di depannya ia swgera menyajikan kopi itu, dan tak sengaja Julian menangkap wajah Milly dan untuk beberapa saat Julian tak lepas menatapnya.

"Pegawai baru ?" tanya Julian yang baru menyadari hal itu.

"Iya pak," jawab Milly malu-malu, Julian perhatikan terus sosok Milly yang lugu.

"Nama?"

"Milly."

"Kamu bisa bereskan lagi ruangan saya kan?" pinta Julian, sepertinya diam-diam dia langsung tertarik dengan pesona yang Milly pancarkan.

"Tentu." Milly siapkan kain lap dari saku apronnya dan langsung mencari spot yang terlihat kotor.

"Bersihkan meja saya!" kata Julian yang mulai menggoda Milly, Milly ikuti saja perintahnya.

Milly bersihkan meja di depan Julian dan dengan begitu Julian bisa memandangi Milly dengan bebas. Dia terus pandangi gadis manis dihadapannya itu sembari membatin, 'impressif!'.

"Kenapa mau kerja jadi office girl?" tanya Julian yang tak henti-hentinya memandangi Milly yang mulai canggung.

"Kerja apa saja saya mau, asal baik," tukasnya.

"Kamu bisa saja dapat pekerjaan yang lebih baik, jadi ... sales promotion girl misalnya."

Milly hanya menukas dengan senyuman, dan Julian malah semakin terpikat.

"Sudah selesai pak, ada lagi yang harus saya kerjakan?"

"Heum, nanti akan ada banyak tugas buat kamu, sekarang istirahatlah!" kata Julian, Milly tidak mengerti maksud kata-katanya. tapi kemudian Milly tinggalkan ruangan itu dengan penuh tanya di hatinya, dia merasa sikap Julian sangat aneh.

Julian sendiri terlihat sangat terkesan dengan Milly, dia kelihatan sangat tertarik.

Jam makan siang tiba ....

Julian dan Richie makan bersama di cafe yang tak jauh dari kantor.

"Ada pegawai baru di kantor, cukup manis," kata Julian memulai obrolan, dia tak tahu kalau Milly adalah orang rekomendasi Richie, dia belagak tidak tahu apa-apa.

"Oh ya?"

"Iya, terlihat biasa saja tapi setelah diperhatikan ... dia cukup manis." akui Julian lagi.

"Semua perempuan dimata lo selalu terlihat manis," cibir Richie.

"Gak, yang ini beda. Dia itu menarik, dan gue heran aja kenapa dia mau bekerja sebagai office girl?"

Richie tak terlalu menanggapi, dia tidak ingin Julian tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Lo gak mungkin tertarik, karena di mata lo yang indah itu cuma Daniar, iya kan?" kata Julian dengan nada gurauan, Richie hanya tersenyum getir.

setiap mendengar nama Daniar perasaannya terasa perih. Dan tidak ada yang tahu akan hal itu.

"Gue harus dapat nomor telphonnya!" kata Julian lagi membuat Richie heran.

"Lo lupa sama si Alana?" tanya Richie.

"Dia sibuk, lagian gue cuma butuh anak baru itu buat selingan, kayaknya dia bisa diajak buat sekedar hangout atau nemenin nyari outfit baru," kata Jul lagi santai, Richie tak habis pikir, ternyata saudara sepupunya bisa langsung terpikat begitu saja pada gadis malang yang telah ia selamatkan dari club malam itu.

***

Dengan giat Milly bersihkan koridor kantor, dia gerakan pelnya ke kanan ke kiri dengan penuh semangat.

"Halo Milly ...." sapa seseorang yang tahu-tahu ada di belakangnya, itu cukup mengagetkan. Ternyata itu Feri, orang yang kemarin menggodanya saat Milly mengantarkan kopi.

"Eh ...." Milly sangat kaget.

"Nanti sore mau gak pulang sama saya?" tanya Feri dengan gaya flamboyannya, Milly malah takut.

"Heum ... saya pulang naik bis aja," kata Milly menolak dengan halus.

"kita pulang sama-sama saja, kita bisa sekalian makan malam sama-sama," bujuk Feri.

"Heum ...."

"Nanti saya kasih uang jajan deh!" bujuk Feri yang dengan beraninya membelai rambut Milly, Milly takut.

"Hmmm!" Feri terkaget, ada yang menggeretak di belakang dan itu Richie yang terlihat marah, dia kebetulan melewati koridor itu dan mendengar semua kenakalan Feri.

"Eh ... pak, selamat pagi!" sapa Feri sangat malu, lalu dia pergi begitu saja menuju meja kerjanya.

Milly juga jadi malu, dia mencoba meneruskan pekerjaannya tanpa mempedulikan Richie, godaan Feri tadi membuatnya malu terhadap Richie.

"Banyak pengganggu?" tanya Richie.

Milly hanya menggelengkan kepala, dia gak mau jadi pengadu.

"Kalau ada yang membuat tidak nyaman, bilang saja!" kata Richie lalu dia lanjutkan langkahnya meninggalkan Milly sendiri. Milly merasa terlindungi lagi, dia tidak khawatir selama ada Richie.

Setelah selesai Milly pergi ke dapur, disana ada Budi dan Arini yang sedang bersantai.

"Duduklah! istirahat dulu," kata Bu Arini, Milly duduk bersama keduanya.

"Tadi pak Feri mampir kesini, dia nyariin kamu!" kata Budi, Milly tak mengerti.

"Huh ... dia itu playboy kantor! Gak bisa lihat pegawai bening langsung disambar aja," cibir Bu Arini.

"Jangan mau ya Mil, dia itu emang hobi banget godain pegawai cantik di kantor ini," kata Budi.

"Iya bener, jangan mau!" tegaskan Bu Arini.

Milly hanya menyimak dan mendengarkan kedua teman barunya itu.

"kamu ini cantik lho, kok mau-maunya melamar pekerjaan disini sebagai pegawai kebersihan? Kenapa gak melamar jadi staf aja?" tanya Arini beralih topik.

"Saya cuma lulusan sekolah menengah atas, dan gak ada pengalaman bekerja kantoran seperti itu," sahutnya.

"Oh, m ... waktu itu kamu emang kebetulan ketemu sama pak Richie di depan kantor?" tanya Budi.

"I-iya ...." sahut Milly lagi agak gugup, dia tak ingin Bu Arini mau pun Budi tahu kalau dirinya adalah gadis malam yang telah Richie selamatkan.

"Kebetulan banget ya!" kata Budi.

Memang begitulah, apa yang Milly alami sejauh ini adalah benar-benar berawal dari sebuah kebetulan. Beruntung Milly bertemu Richie malam itu, kalau saja Richie tidak menemukannya di club Tora mungkin Milly sudah tak bisa menghindar lagi dari paksaan Rado dan Tora. Dan mungkin saja saat ini ia telah kehilangan keperawanannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status