Menghukum mantan itu sama kayak menghukum diri sendiri .
Naya dan Fano kini sedang berdiri di depan gerbang sekolah. Memandangi tinggi panggar didepan nya. Suasana sudah sepi mengingat bel masuk kelas sudah berbunyi 20 menit yang lalu. Harus nya mereka telat 10 menit tapi karena perdebatan kecil yang terjadi antara Fano dan Naya yang tak ada mau mengalah membuat mereka harus telat 20 menit.
"Coba deh Nay kasi tau gue, motif Lo buat telat itu apa sih? Lo nggak tau ya hari ini siapa yang ngajar di jam pertama?" Tanya Fano
Naya hanya tersenyum memandangi pagar di depannya. "Tau kok, nyantai aja lagi Fan. Bukan nya telat udah langganan kita ya di sekolah ini?"
Fano menarik rambut nya frustasi menghadapi Naya. "Iya, tapi nggak di hari ini juga kali Nay. Wakil kesiswaan loh yang ngajar jam pertama." Peringat Fano
"Jadi Lo takut?" Tantang Naya dengan muka mengejek
Fano menarik napas Nya sambil mengelus dada. "Udah, buruan manjat nya Nay."
Naya tersenyum mendapati respon dari Fano. "Gitu dong, baru deh namanya mantan."
Fano menarik satu alis nya. "Lo sehat?"
Karena keasikan berdebat nya, mereka sampai tak menyadari bahwa pintu gerbang telah terbuka menampakkan salah satu guru piket yang sedang bertugas.
"Kalian lagi yang telat ternyata?" Ucap guru itu membuat Fano dan Naya menghentikan perdebatan mereka.
"Ikut saya ke meja piket." Titah nya langsung meninggal kan gerbang di ikuti Naya dan Fano.
Naya dan Fano mengekor di belakang tanpa sedikitpun rasa takut.
"Kali ini apa lagi alasan kalian?" Tanya Bu Eva selaku guru piket
"Kesiangan Bu." Bohong Fano
"Ngapain kamu tadi malam sampai bisa kesiangan?"
"Menunggu restu dari Tuhan untuk mempersunting kekasih haram." Jawab Fano datar
Tak ingin ambil pusing dengan jawaban Fano yang tak berfaedah itu, Bu Eva menatap ke arah Naya. "Kamu?"
"Di ajakin Fano Bu untuk telat." Jawab Naya santai sambil memainkan kuku-kuku nya.
Fano yang merasa namanya terseret dalam alasan Naya langsung menoleh kearah Naya. "Eh kecebong, Lo nggak salah ya? Yang ngajakin gue telat kan Lo tai!!
"Lah, salah Lo dong yang mau aja di ajakin telat!!" Jawab Naya yang tak mau kalah
Bu Eva yang mendengar perdebatan mereka hanya menggeleng kan kepala nya. Ini bukan pertama kali mereka telat. Guru disini sudah hampir bosan menulis nama mereka di kertas surat izin untuk bisa masuk ke kelas walau harus melalui hukuman.
"Sudah!! Apa pelajaran pertama kalian?" Tanya Bu Eva menengahi mereka
"Kimia Bu." Jawab mereka serentak
Bu Eva mengangguk kan Kepala tanda mengerti sambil menulis nama mereka di surut izin masuk.
"Hari ini kalian lolos dari hukuman karena jam pertama kalian Bu Dian guru kesiswaan." Ucap Bu Eva sambil menyerahkan selembar kertas kecil kepada Fano.
Fano tersenyum menerima kertas itu sedangkan Naya mendengus kesal karena tak di kasi hukuman. Padahal niat awal nya datang telat hari ini karena ingin di hukum untuk menghindari pelajaran kimia yang sungguh membuat otak nya seperti ingin pecah.
"Loh kok gitu aja sih Bu?" Tanya Naya
Fano yang sudah melangkah terlebih dahulu menghentikan langkahnya.
"Ayo dong Bu kasi hukuman nya." Rengek Naya
Bu Eva menaikan satu alis nya tak mengerti dengan tingkah Naya yang sangat ingin di hukum.
"Bu jangan bengong, kasi hukuman dulu." Sambung Naya lagi
"Apaan sih Lo? Udah untung di kasi free hukuman eh malah minta di hukum. Lo kenapa sih Nay?" Tanya Fano dengan kesal
"Ya sudah, lari lapangan 10 kali putaran." Ucap Bu Eva karena bingung mau memberikan hukuman apa pada murid yang sangat ngotot ingin di kasi hukuman itu.
Fano menatap Bu Eva tajam. "Loh Bu, gila aja lapangan segini besar disuruh keliling 10 putaran sih. Ibu .."
"Oke Bu, makasih." Potong Naya langsung meninggalkan meja piket menuju lapangan dengan hati senang.
"Nay." Panggil Fano
"Mantan kamu ya?" Tanya Bu Eva dengan tampang tak percaya dengan kegilaan Naya.
"Tau ah Bu!! Lupa minum obat kali makanya gila nya kambuh." Kesal Fano
"Sungguh? Naya ada kelainan jiwa ya? Pantas aja kalian putus. Pasti kamu nggak kuat kan menghadapi kegillan Naya saat kambuh?"
"Santai Bu, orang tampan kayak Fano punya cara menjinakkan wanita seperti Naya itu." Ucap Fano dengan bangga
"Ah masa sih?" Bu Eva tampak berpikir sebentar. "Bukannya Naya terima kamu karena terpaksa hari itu menghindari hukuman?" Tanya Bu Eva dengan tampang mengejek
Fano langsung berubah menjadi ketus saat Bu Eva mengungkit perihal itu. Ah! Dia lupa kalau guru nya satu ini adalah biang gosip di sekolah. Tentu saja berita seperti itu sudah ia ketahui.
"Serah deh Bu. Bye!!" Ucap Fano langsung meninggalkan Bu Eva yang sudah tertawa karena bisa membuat Fano mati kutu.
**
Saat di tengah jalan menuju kelas Naya menarik lengan Fano yang sudah berada di depan nya itu membuat Fano menghentikan langkahnya.
Fano mendengus kasar, "Apa lagi sih Nay?"
Naya tersenyum, "Fan Lo ingat nggak.."
"Nggak." Potong Fano kesal
"Apaan sih, gue belom ngomong juga."
Fano membalikkan badannya, "Ah, males deh gue sama Lo Nay." Baru beberapa langkah Fano kembali memutar badannya ke arah Naya lagi membuat Naya yang tadi nya kesal ditinggal pergi sama Fano kembali tersenyum. "Bye." Lanjut Fano dan langsung pergi meninggalkan Naya yang masih diam mematung tak percaya bahwa Fano akan benar meninggalkan nya.
"Pergi aja sana Lo jauh-jauh biar gue yang jalani hukuman nya sendiri." Teriak Naya di belakang Fano
Fano memutar kembali badan nya ke arah Naya. "Loh bukannya Lo yang mau di hukum ya? Gue mah ogah. Lagi capek Nay sorry ya."
Naya menghentak kan kaki nya. "Ih kok gitu sih. Kan gue pengen cabut pelajaran nya berdua biar kalau ada ulangan bisa nyontek." Lirihnya
"Ya udah ayo lari nya sama gue aja. Gue juga di hukum kok lari lapangan 10 putaran sama Bu Eva." Ucap seorang cowok dari arah belakang.
Naya menoleh ke sumber suara untuk mengetahui siapa pemilik suara itu. Saat mendapati sosok di depannya Naya tersenyum. "Ayo deh kalau gitu Ndo."
Ando dan Naya kini sedang bersiap untuk lari. Entah dari mana datangnya Fano, tiba-tiba saja kini Fano sudah mengambil posisi ditengah-tengah membatasi Naya dan Ando.
"Eh makhluk astral, Lo ngapain dah disini?" Ketus Naya
"Mau boker." Jawab Fano tak kalah ketus
"Boker aja sana, ngapain Lo disini coba. Aneh-aneh aja Lo ya, ganggu aja tau."
Fano melihat kearah Ando sebentar dengan sinis. Sungguh ia benar-benar tau siapa Ando bagi Naya. "Eh Jang, Lo ngapain bisa telat ha? Gue aduin sama nyokap Lo baru tau rasa Lo."
"Namanya Ando Pratama Fan." Koreksi Naya
"Siapa bilang sih Nay, namanya itu Jang Prakedua." Ucap nya sambil menekan kata Jang Prakedua, "makanya doyan makan tempe biar jadi nya nggak sok tau." Lanjut nya lagi.
"Permisi tuan Fano Arga Tara yang terhormat.."
"Iya Jang Prakedua yang tidak saya hormati." Potong Fano cepat
Ando tersenyum mendapati respon dari Fano. "Senang bisa bertegur sapa dengan anda. Dan senang juga karena bisa sedekat ini berada disamping anda. Ternyata anda benar seperti rumor yang beredar dan saya merasa tersanjung untuk itu."
Fano bergidik ngeri mendengar ucapan Ando. "Kok kata-kata Lo serem banget ya kedengarannya."
Lagi-lagi Ando kembali tersenyum membalas ucapan Fano.
Cowok yang bernama lengkap Ando Pratama itu adalah anak jurusan IPS, memiliki wajah yang manis dengan kulit yang terbilang hitam manis. Menurut Fano Ando biasa saja tapi entah kenapa Naya selalu membandingkan Fano dan Ando saat mereka pacaran dulu dan itu yang membuat Fano tidak menyukai Ando.
Mungkin Naya butuh kaca setinggi 15 meter untuk mengukur kegantengan antara Fano dan Ando itu agar Naya tidak pernah membandingkan nya lagi.
"Bodoh ah." Ucap Naya sambil memulai lari nya.
Ando mengikuti Naya dari belakang mengabaikan Fano, sedangkan Fano hanya diam melihat Naya dan Ando yang sedang berlari memutari lapangan.
"Ngapain kamu disitu Fan?" Tanya Bu Erni
Fano yang fokus melihat Naya dan Ando menoleh ke sumber suara. "Eh ada ibu. Assalamualaikum ibu di masa depan." Ucap Fano sambil menyalami tangan Bu Erni.
Bu Erni hanya menggeleng kan Kepala nya melihat tingkah Fano yang entah kapan akan berubah. Dari banyak nya guru Fano sangat nurut dengan Bu Erni. Guru mantan wali kelas nya waktu kelas 2 SMA itu sangat di hormati oleh Fano. Bagi Fano ibu Erni sudah seperti ibu kandungnya.
"Kamu ngapain disini Fan?" Ulang Bu Erni lagi karena merasa pertanyaan nya tak di jawab oleh Fano
"Eh itu Bu, lagi liatin Naya lari." Jawab Fano
Bu Erni langsung melihat kearah wanita yang sedang berlari. "Loh, Naya di hukum? Gara-gara apa? Datang telat lagi? Atau manjat pagar kayak biasanya?" Tanya Bu Erni
"Ya Allah Bu, nanya itu satu-satu dong. Jangan kayak kena kejar mantan yang ngajak balikan." Jawab Fano dengan tersenyum ke arah Bu Erni
Lagi-lagi Bu Erni menggeleng kan kepala nya. "Gini nih ciri-ciri mantan susah move on."
"Siapa yang susah move on sih Bu?" Tanya Fano ketus
"Menurut kamu?" Tanya Bu Erni sambil menyentuh lengan Fano dengan jari telunjuk nya.
"Tau ah Bu!! nggak ibu, nggak Jang Prakedua sama aja."
"Mending ibu pergi aja deh, saya lagi sibuk menghukum mantan yang kesalahan nya udah bergunung." Lanjut Fano.
Ibu Erni tersenyum saat mendapati Fano yang sudah kesal itu. "Menghukum mantan itu sama kayak menghukum diri sendiri Fan."
Setelah mengucapkan itu Bu Erni pergi meninggalkan Fano yang masih diam mencerna kata demi kata yang di ucapkan kan guru nya tadi itu.
Terkadang kamu lucu saat tiba-tiba mampir di ingatan ku. Kadang-kadang pula kamu menyebalkan saat bertatap muka langsungHujan kembali menguyur kota malam ini. Naya menatap lurus kedepan melihat rintik hujan yang turun. Memang benar kalau hujan selalu membuat kita terkenang akan masa lalu. Tak ingin merasa sendiri, Naya memutar laguuntuk menemani malam nya itu.Hembusan angin yang sejuk menusuk kulit hingga ke tulang. Rambut ikal nya seperti di belai lembut oleh angin yang terus menerus bertiup. Lagu kesukaannya terus mengalun seperti mengajak nya untuk bernostalgia sebentar pada masa lalu."KITA PUTUS." Ucap FanoNaya hanya tersenyum merespon ucapan Fano tanpa ingin berkomentar sedikit pun dari pernyataan Fano itu."Ya elah, nggak usah senyum gue nggak bisa liat senyum Lo." Ucap Fano dengan ketusNaya hanya mengangguk kan kepala tanda mengerti.Fano men
Kita mungkin salah mengakhiri hubungan ini tanpa kompromi dengan takdir namun aku percaya bahwa takdir yang akan mengurus sisanya nanti. Percayalah!"Selamat pagi mantan kesayangan babang Fano." Sapa Fano saat melihat Naya sedang duduk di sebuah kursi panjang di depan kelasnya.Naya menoleh sebentar ke arah Fano tanpa menjawab nya, Naya kembali memusatkan pandangan pada cowok yang berada di lapangan tengah ngobrol santai dengan seorang wanita.Kesal karena tak mendapatkan jawaban atau perlawanan dari Naya, Fano mengikii arah pandang Naya yang sedang menatap seseorang di lapangan sana."Cemburu?" Tanya Fano ketusNaya menaikkan sebelah alisnya tak mengerti dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh Fano itu. "Maksudnya?""Lo cemburu lihat Galih dekat dengan Siska.""Cemburu?" Tanya Naya, "Gue? Sama si siska?" Lanjutnya
Nanti, akan kembali gue jelaskan tentang lo dihati gue dengan rumus sains.Hari ini sekolah ada acara seni. Oleh karena itu, semua siswa sibuk dan proses belajar mengajar diliburkan sementara.Acara seni ini adalah acara dimana masing-masing ekskul menunjukan keterampilan nya dalam kategori seni. Acara ini akan dimulai nanti malam. Untuk saat ini mereka sedang mendirikan tenda untuk perkumpulan masing-masing ekskul. Tak lupa juga bazar yang akan diadakan dari masing-masing ekskul. Di penghujung acara akan ada pengumuman pemenang.Biasanya acara ini dinamakan hari siswa dimana siswa memiliki hak penuh dalam menentukan apa yang ia mau tanpa campur tangan guru atau pembina.Kebetulan sekali Naya dan Fano berada dalam satu ekskul. Dan sampai detik ini juga belum ada keputusan apa pun dari ekskul mereka."Ketua, apa yang akan kita tampilkan nanti malam?" tanya Gilang masih dengan aktivitasnya
Aku atau kamu semoga tidak pernah menjadi cerita di bagian mana pun itu. Cukup menjadi cerita di bagian kita saja.Malam sudah tiba, lampu dari berbagai tenda ekskul sudah mulai menyala dilengkapi dengan pernak-pernik yang menghiasi tenda masing-masing guna menarik orang untuk datang ke tenda mereka.Acara sudah mulai sejak tadi. Ekskul yang pertama tampil adalah teater. Dalam cabut undi tadi, ekskul sains berada pada undian terakhir."Undian kita nomor berapa ketua?" tanya Gilang yang sedang menyaksikan ekskul yang sedang menampilkan seni mereka."Kita kebagian nomor terakhir." jawab Reno memelas.Gilang melihat arlojinya yang sudah menunjukan jam 20.02, "Bisa kalah kita ketua. Mana ada yang mau menyaksikan acara sampai selesai. Pasti udah pada pulang lah mereka.""Gue juga mikirnya gitu sih Lang." Reno tediam sejenak, "Oh iya,
Dulu sekali, kita pernah berada di fase Yang tidak mengenakan sebelum berada di posisi senyaman ini.Hujan kembali turun membasahi bumi hari ini bersamaan dengan suara petir Yang menyambar-nyambar dengan lantang. Di depan kelas, Fano sedang duduk sendiri melihat air hujan Yang turun tanpa sedikit pun takut dengan bunyi alam Yang terus bergema saling bersahutan.Kebetulan sekali, hari ini guru bahasa Indonesia tidak masuk karena ada urusan Yang tidak bisa di tunda.Naya mengedarkan pandangan nya keseluruh kelas mencari sosok Fano. Matanya berhenti pada sosok Riko Dan Aldi Yang sedang fokus memain kan game online mereka. Tanpa membuat hatinya lebih penasaran Naya melangkah mendekati Riko Dan Aldi."Ada Yang liat Fano?" Tanya Naya langsung pada maksud kedatangan nya.Aldi dan Riko menoleh sebentar kearah Naya setelah itu kembali fokus pada game nya. "Noh di depan, cari aja
Lo milik gue dan itu keputusan mutlak yang nggak bisa diganggu gugat oleh pengadilan manapun.Suara riuh dengan keadaan kelas Yang bisa di bilang berantakkan sepertinya sudah cukup mengambarkan kelas XII.IPA Yang sedang menunggu kedatangan guru mata pelajaran pagi ini. Bel sudah berbunyi sejak 10 menit Yang lalu namun belum ada tanda-tanda guru Biologi akan datang.Diseberang ada Naya Yang sedang melemparkan tatapan sinis kearah Fano Yang di balas dengan kekehan kecil oleh Fano."Jadi benaran tu anak ngibarin bendera perang sama Lo Fan?" Tanya Aldi dari kursi belakang Yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.Riko Yang tadi sibuk dengan game online nya ikut masuk ke dalam obrolan Yang ia yakini tak Ada kesudahan nya itu. Namun karena menjunjung tinggi nama sahabat maka ia tak pernah permasalahkan akhir nya."Seperti Yang kal
Mungkin emang takdir gue yang harus selalu sabar menghadapi sifat nggak peka lo itu.Di atas motor yang sedang melaju dengan kencang, Naya memejamkan matanya sesekali menahan deru napas serta bunyi detak jantung yang sudah tidak pada keadaan normal. Tiba-tiba saja motor yang dikendarai oleh Fano mengerem mendadak hingga membuat tangan Naya refleks melingkar di pinggang Fano menahan diri agar tidak jatuh."Ngerem itu bilang-bilang dong." Ucap Naya yang langsung menarik tangannya di pinggang Fano. Sejak tadi itu adalah obrolan pertama mereka, mungkin Fano masih marah padanya tentang kejadian di sekolah itu.Fano membuka kaca helm full face nya, "Salahin lampu merahnya lah kenapa datang tiba-tiba kayak hantu." Ketus Fano.Naya mengangkat kepalanya dan melihat lampu merah yang membuat banyak orang terhenti dari perjalanannya."Sebenarnya untuk apa sih kita nungguin lampu merah Fan?"
Jangan seperti itu, jangan kembali menciptakan jarak dan kembali membuat kita berada di zona tidak mengenakan seperti dulu. Lo tahu kan bagaimana rasanya tersiksa dulu? Apa lo ingin mengulangi itu semua?Tak hanya di sosial media anak sekolah pada heboh dengan caption yang Fano bikin di unggahan foto nya bersama sang mantan Naya Aryani bahkan di sekolah pun sedang heboh saat ini. Bukan, bukan karena unggahan itu melainkan sikap Fano yang berubah drastis kepada Naya.Nampak Naya sedang merasa tak nyaman saat ini karena semua orang sedang membicarakan dirinya dan Fano terang-terangan di depannya. Ditambah lagi ledekkan banyak orang terhadap dirinya yang mengatakan bahwa dirinya tidak tahu diri."Nggak usah di dengar Nay," ucap seseorang yang langsung membuat Naya menoleh ke sumber suara.Kini ia sedang berada di depan kelasnya menunggu bel masuk berbunyi. Tanpa sedikitpun terpengaruh deng