Share

Tentang Kita

Terkadang kamu lucu saat tiba-tiba mampir di ingatan ku. Kadang-kadang pula kamu menyebalkan saat bertatap muka langsung 

Hujan kembali menguyur kota malam ini. Naya menatap lurus kedepan melihat rintik hujan yang turun. Memang benar kalau hujan selalu membuat kita terkenang akan masa lalu. Tak ingin merasa sendiri, Naya memutar lagu untuk menemani malam nya itu.

Hembusan angin yang sejuk menusuk kulit hingga ke tulang. Rambut ikal nya seperti di belai lembut oleh angin yang terus menerus bertiup. Lagu kesukaannya terus mengalun seperti mengajak nya untuk bernostalgia sebentar pada masa lalu.

"KITA PUTUS." Ucap Fano

Naya hanya tersenyum merespon ucapan Fano tanpa ingin berkomentar sedikit pun dari pernyataan Fano itu.

"Ya elah, nggak usah senyum gue nggak bisa liat senyum Lo." Ucap Fano dengan ketus

Naya hanya mengangguk kan kepala tanda mengerti.

Fano mengangkat satu alis nya, "Lo tiba-tiba jadi bisu ya Nay?"

Tak ada jawaban dari Naya selain gelengan kepala

"Kenapa sih Nay? Lo lagi peraktekin lagu anguk-anguk geleng-geleng ya?" Ucap Fano sambil memperaktek anguk-anguk geleng-geleng.

Naya mendengus kasar sambil melirik arloji milik nya, sudah 20 menit ia seperti ini dengan Fano. Padahal sedari tadi Naya hanya butuh penjelasan dari kata putus bukan ucapan-ucapan tak berfaedah yang di ucapkan sedari dari tadi oleh Fano.

"Udah?" Tanya Naya yang akhirnya mengeluarkan suaranya

Fano mengangkat kedua tangan nya ke atas, "Alhamdulillah, terimakasih ya Allah kau telah kembalikan suara Naya."

Naya mengangkat satu alis nya tanda tak mengerti dengan Fano yang entah mau di kata kan apa tentang kewarasan nya itu. Ini mereka lagi bicara tentang putus loh, seharusnya keadaan saat ini sedang serius di lengkapi dengan drama-drama menangis dan amarah  yang telah memuncak seperti kebanyakan orang putus lain nya.

Tapi apa yang saat ini terjadi? Fano kembali dengan kegilaan nya melupakan keseriusan nya saat mengatakan kata putus tadi. Tadinya saat Fano mengatakan kata putus dengan serius Naya sempat kagum. Dan sekarang sepertinya harus Naya tarik kembali rasa kagum nya itu.

"Udah kan? Kalau udah gue cabut dulu." Ucap Naya sambil melangkah meninggalkan Fano

"Nay." Panggil Fano membuat langkah kaki Naya terhenti

Fano mendekat ke arah Naya. "Jangan benci sama gue ya."

"Kalau gue mau benci apa urusan sama Lo?"

"Kalau Lo benci sama gue, gue akan merasa sangat bersalah untuk ucapan putus gue barusan."

"Bodo amat." Ucap Naya dan kembali melangkah kan kaki nya menjauh dari Fano

Naya terus melangkah sampai hilang dari pandangan Fano. Tak sedikit pun ia berniat untuk menoleh ke belakang walaupun satu kali. Bukan karena ia menangis karena perihal putus yang baru saja terjadi. Bukan seperti itu. Hanya saja, ia tak ingin melanjutkan drama-drama yang Ntah apa akan terjadi jika ia kembali melihat Fano yang berada di belakang nya. Ia sungguh tau di belakang sana Fano masih setia memandangi nya.

"Kita jadian dengan hal yang tidak masuk akal dan kita berakhir juga dengan hal tidak masuk akal. Aku rasa itu sangat setara bukan? Lantas untuk apa lagi aku menanyakan perihal alasan putus ini? Bukan nya dulu saat aku menerima mu secara tiba-tiba kamu sama sekali tak pernah menanyakan alasannya?" Gumam Naya 

**

Hari ini terlihat aneh saat Naya dan Fano yang biasanya bersama tiba-tiba menjauh. Perubahan sifat Fano dan Naya yang berubah membuat satu sekolah heboh dengan beredar kesimpulan bahwa hubungan mereka sudah putus.

Tak sedikit cewek yang mendatangi Fano dengan alasan minta diajar kan fisika atau matematika dan kimia. Terlalu banyak modus yang datang silih berganti membuat Fano risih. 

"Jadi kabar Lo dan Naya yang beredar putus itu benar?" Tanya Riko saat mereka sedang menikmati bakso di kantin

Tak ada jawaban dari Fano hanya sebuah anggukan kecil.

"Eh buset, Lo nggak salah ya Fan?" Ucap Riko yang kaget dengan jawaban sahabat nya itu

Fano hanya menggelengkan kepalanya sambil terus menikmati baksonya.

"Kenapa Lo putus? Lo bosan ya sama dia? Baru beberapa hari bro kalian pacaran? Bukan nya Lo sangat pengen ya jadi pacar Naya? Ingat nggak  usaha Lo waktu Lo ngejar-ngejar Naya dulu gimana?" Tanya Riko 

Mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan oleh Riko membuat Fano menghentikan makan nya. "Kalau nanya satu-satu dong."

Riko menyengir menunjukkan deretan gigi putih nya, "Namanya aja penasaran Fan." Riko memakan bakso milik nya kembali. "Ngomong-ngomong apa reaksi Naya saat Lo putusin?"

"Kayak nggak tau Naya aja sih Lo. Dia B aja gitu malahan dia senyum saat gue bilang gitu."

Riko menyembur kan jus yang belum sempat masuk ke tenggorokan nya itu keluar. "Seriusan Lo Naya B aja?" 

Fano mengangguk kan kepalanya mengingat kejadian putus nya itu.

Tiba-tiba dari arah pintu masuk terlihat sosok Naya bersama seorang cowok. Kelihatan mereka sedang bercanda karena beberapa kali mereka tertawa bersama.

"Eh Fan itu Naya kan?" Tanya Riko memastikan penglihatan nya itu

Fano tak menjawab ia terus melihat gerak gerik Naya dan cowok itu yang belum Fano ketahui namanya.

"Mau pesan apa Nay?" Tanya cowok itu

"Pesan rasa yang dulu pernah ada." Jawab Fano menyela pembicaraan Naya 

Naya dan cowok itu langsung melihat kearah Fano. Sedangkan Riko memasang ekspresi terkejut nya. Sungguh ia tak menyangka Fano berani mengatakan hal seperti itu.

Tempat duduk yang di pilih Naya berhadapan dengan meja Fano maka dari itu Fano bisa mendengar obrolan mereka dengan jelas. Bukan karena Naya ingin memanasi Fano dengan cowok yang berada disampingnya itu. Bukan, kalian jangan salah paham. Naya sama sekali tidak melihat keberadaan Fano dan Riko karena keasikan mengobrol. 

"Apa sih Fan? Kayak cicak di rumah tinggal aja lo." Ketus Naya

"Suka-suka gue lah, gue punya mulut kok." Jawab Fano tak kalah ketus nya

"Mau Lo apa sih Fan?" Teriak Naya

Ucapan Naya tadi membuat perhatian semua orang yang berada di kantin memfokuskan pada pasangan yang sudah kandas itu.

Fano tersenyum sinis, "Lo nggak ingat kemaren gue pernah bilang apa sama Lo?"

Naya terdiam cukup lama sambil mengingat kembali ucapan Fano kemaren. "Cukup urus diri Lo sendiri Fan!!"

Fano melangkah kan kaki nya menuju tempat duduk Naya, memperhatikan setiap inchi wajah cowok yang sedang berdiri itu dengan seksama. "Pesan peka pakai sambal, hati tanpa kecap dan rasa dipisah dari kuah." 

Setelah mengucapkan kata-kata itu Fano langsung pergi meninggalkan kantin. Membiarkan semua orang yang masih terdiam karena ucapan nya tadi itu. 

Naya melirik kearah Riko meminta penjelasan  atas apa yang di ucap kan Fano. Tapi Riko hanya memasang  muka datar dengan ekspresi bodo amat. 

"Sorry Gal, Fano emang suka gitu orang nya." Ucap Naya kemudian

"Oh jadi itu Yang nama nya Fano Arga Tara?" Tanya cowok itu

**

"Fan, tungguin." Teriak Naya 

Fano Yang merasa namanya dipanggil langsung menghentikan langkah nya. "Ada apa mantan?" Ucap Fano saat sudah berhadapan dengan Naya 

"Nggak usah panggil gue mantan." Jawab Naya ketus

"Kenapa?  Lo risih?  Atau Lo mau tetap gue panggil pacar?" Tanya Fano dengan sedikit mengoda

"Cukup panggil gue Naya  nggak usah pakai embel-embel mantan lah setan lah pokoknya Yang berakhir dengan kata tan deh."

"Lo nggak usah gitu Nay,  gue kan panggil Lo mantan cuma mau mengingat kan status kita Yang udah berakhir dengan sangat tragis." Jawab Fano 

"Sok merasa tersakiti Lo." Ucap naya dengan sinis

"Bukan nya keadaan seperti itu ya Nay?" 

"Tau ah, gila Lo." Ucap Naya sambil berlalu meninggal kan Fano melupakan niat awal nya tadi Yang ingin berbicara serius. 

"Nay." Panggil Fano

Naya memutarkan badan nya "Apa?"

"Lo marah?"

"Kenapa gue harus marah?"

"Ya udah kalau nggak marah,  pulang bareng nggak kayak biasa?"

"Sorry deh,  gue udah ada janji pulang bareng Galih." Jawab Naya 

Fano tersenyum, "Percaya atau nggak, kita bakalan pulang bareng."

"Iya ntar kalau gue udah nggak ada tebengan lagi." Setelah mengucap kan itu Naya langsung meninggal kan Fano

"Jangan anggap kita adalah mantan, anggap aja kita alumni Yang sewaktu-waktu nanti bisa kembali reunian lagi." teriak Fano tiba-tiba

Naya Yang mendengar ucapan Fano kembali menghentikan langkah nya. "Karena itu, pacaran kita Yang hanya beberapa hari ini anggap saja sebagai training." Sambung Fano lagi

"Berak!!" Ucap naya dengan penuh penekanan Dan langsung  berlari meninggal  kan Fano Yang makin hari makin terlihat gila nya.

"Aneh banget sih Fano, dia yang selalu manggil gue mantan dia juga Yang nyuruh jangan anggap mantan." Gumam Naya

**

Tok.. Tok.. Tok

Suara ketukan pintu itu mampu membawa Naya kembali ke dunia nyata. Ia melihat hujan Yang mulai reda itu. Sekilas senyum terukir dari bibir Naya. Kadang-kadang sifat Fano itu mampu membuat Naya tertawa hanya dengan mengingat nya saja. 

Tok.. Tok.. Tok

Suara ketukan pintu itu kembali berbunyi lebih keras dari sebelum nya. Naya langsung  membuka pintu kamar  nya dengan segera. 

"Kenapa bun?" Tanya Naya saat mendapati bunda nya Yang sudah berdiri dengan ekspresi marah

"Kecilin suara musik kamu itu,  tetangga banyak Yang datang karena terganggu tidur nya."

Naya menyengir kuda. "Iya bun."

"Iya aja kamu.  Punya anak gadis satu susah banget ngatur nya.  Tiap hari bikin kelaku mulu. Bunuh aja bunda Nay."

Naya mendengus, "Nggak usah lebay bunda. Ini bunda lagi ada di dunia nyata bukan di dalam sinetron bunda itu." 

"Bunda kira,  bunda lagi ada dalam mimpi sedang akting dengan tokoh favorit bunda.  Ya udah deh, kalau gitu bunda mau tidur dulu ya sayang.  Bye."

Naya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah bunda nya itu. 

"Selamat malam bun,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status