Aku atau kamu semoga tidak pernah menjadi cerita di bagian mana pun itu. Cukup menjadi cerita di bagian kita saja.
Malam sudah tiba, lampu dari berbagai tenda ekskul sudah mulai menyala dilengkapi dengan pernak-pernik yang menghiasi tenda masing-masing guna menarik orang untuk datang ke tenda mereka.
Acara sudah mulai sejak tadi. Ekskul yang pertama tampil adalah teater. Dalam cabut undi tadi, ekskul sains berada pada undian terakhir.
"Undian kita nomor berapa ketua?" tanya Gilang yang sedang menyaksikan ekskul yang sedang menampilkan seni mereka.
"Kita kebagian nomor terakhir." jawab Reno memelas.
Gilang melihat arlojinya yang sudah menunjukan jam 20.02, "Bisa kalah kita ketua. Mana ada yang mau menyaksikan acara sampai selesai. Pasti udah pada pulang lah mereka."
"Gue juga mikirnya gitu sih Lang." Reno tediam sejenak, "Oh iya,
Dulu sekali, kita pernah berada di fase Yang tidak mengenakan sebelum berada di posisi senyaman ini.Hujan kembali turun membasahi bumi hari ini bersamaan dengan suara petir Yang menyambar-nyambar dengan lantang. Di depan kelas, Fano sedang duduk sendiri melihat air hujan Yang turun tanpa sedikit pun takut dengan bunyi alam Yang terus bergema saling bersahutan.Kebetulan sekali, hari ini guru bahasa Indonesia tidak masuk karena ada urusan Yang tidak bisa di tunda.Naya mengedarkan pandangan nya keseluruh kelas mencari sosok Fano. Matanya berhenti pada sosok Riko Dan Aldi Yang sedang fokus memain kan game online mereka. Tanpa membuat hatinya lebih penasaran Naya melangkah mendekati Riko Dan Aldi."Ada Yang liat Fano?" Tanya Naya langsung pada maksud kedatangan nya.Aldi dan Riko menoleh sebentar kearah Naya setelah itu kembali fokus pada game nya. "Noh di depan, cari aja
Lo milik gue dan itu keputusan mutlak yang nggak bisa diganggu gugat oleh pengadilan manapun.Suara riuh dengan keadaan kelas Yang bisa di bilang berantakkan sepertinya sudah cukup mengambarkan kelas XII.IPA Yang sedang menunggu kedatangan guru mata pelajaran pagi ini. Bel sudah berbunyi sejak 10 menit Yang lalu namun belum ada tanda-tanda guru Biologi akan datang.Diseberang ada Naya Yang sedang melemparkan tatapan sinis kearah Fano Yang di balas dengan kekehan kecil oleh Fano."Jadi benaran tu anak ngibarin bendera perang sama Lo Fan?" Tanya Aldi dari kursi belakang Yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.Riko Yang tadi sibuk dengan game online nya ikut masuk ke dalam obrolan Yang ia yakini tak Ada kesudahan nya itu. Namun karena menjunjung tinggi nama sahabat maka ia tak pernah permasalahkan akhir nya."Seperti Yang kal
Mungkin emang takdir gue yang harus selalu sabar menghadapi sifat nggak peka lo itu.Di atas motor yang sedang melaju dengan kencang, Naya memejamkan matanya sesekali menahan deru napas serta bunyi detak jantung yang sudah tidak pada keadaan normal. Tiba-tiba saja motor yang dikendarai oleh Fano mengerem mendadak hingga membuat tangan Naya refleks melingkar di pinggang Fano menahan diri agar tidak jatuh."Ngerem itu bilang-bilang dong." Ucap Naya yang langsung menarik tangannya di pinggang Fano. Sejak tadi itu adalah obrolan pertama mereka, mungkin Fano masih marah padanya tentang kejadian di sekolah itu.Fano membuka kaca helm full face nya, "Salahin lampu merahnya lah kenapa datang tiba-tiba kayak hantu." Ketus Fano.Naya mengangkat kepalanya dan melihat lampu merah yang membuat banyak orang terhenti dari perjalanannya."Sebenarnya untuk apa sih kita nungguin lampu merah Fan?"
Jangan seperti itu, jangan kembali menciptakan jarak dan kembali membuat kita berada di zona tidak mengenakan seperti dulu. Lo tahu kan bagaimana rasanya tersiksa dulu? Apa lo ingin mengulangi itu semua?Tak hanya di sosial media anak sekolah pada heboh dengan caption yang Fano bikin di unggahan foto nya bersama sang mantan Naya Aryani bahkan di sekolah pun sedang heboh saat ini. Bukan, bukan karena unggahan itu melainkan sikap Fano yang berubah drastis kepada Naya.Nampak Naya sedang merasa tak nyaman saat ini karena semua orang sedang membicarakan dirinya dan Fano terang-terangan di depannya. Ditambah lagi ledekkan banyak orang terhadap dirinya yang mengatakan bahwa dirinya tidak tahu diri."Nggak usah di dengar Nay," ucap seseorang yang langsung membuat Naya menoleh ke sumber suara.Kini ia sedang berada di depan kelasnya menunggu bel masuk berbunyi. Tanpa sedikitpun terpengaruh deng
Entahlah gue sendiri juga belum bisa untuk mendefinisikan satu rasa yang masih ada di hati gue tentang lo.Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu namun Naya masih setia di tempat duduknya tanpa berniat untuk pulang. Ia masih sangat sibuk dengan berbagai macam pikiran nya sendiri.Sudah berkali-kali ia memikirkan dimana letak kesalahannya yang fatal hingga membuat dirinya dan juga Fano menjauh seperti saat ini tapi tak juga ia temui alasannya membuat Naya sangat frustasi.Apa memang sudah saatnya ia menerima bahwa semuanya ini bakalan terjadi cepat ataupun lambat? Tapi ia belum siap untuk semuanya ini hatinya masih sangat lemah untuk sebuah kehilangan secara mendadak seperti ini."Nggak pulang Nay?" Suara yang berasal dari arah pintu membuat Naya menoleh dan keluar dari zona imajinasi nya sendiri."Ando.""Kenapa belum pul
Aku selalu berdoa semoga saja kehilangan kamu tak lagi termasuk dalam kategori kejutan itu.Jam menunjukkan pukul 20.33 menit, namun rumah yang terbilang cukup besar itu masih belum terisi dengan sempurna oleh penghuninya. Naya duduk seorang diri berteman kan tv yang menyala.Biasanya, Tania akan selalu menemani kala kedua orangtuanya pergi, namun entah kenapa rasanya hari ini ia sangat malas untuk di temani. Mungkin saja efek tadi di sekolah masih sangat berasa sampai sekarang.Suara deringan telpon terus saja berbunyi membuat Naya jenggah sendiri. Tania masih saja menelpon meski tidak di respon sama sekali.Naya yakin di seberang sana Tania juga tau kalau Naya mengabaikan panggilan dari nya, namun entah punya kesabaran berapa saat di lahirkan dulu, Tania masih saja sabar menanti respon dari Naya.Ponsel Naya kembali berbunyi setelah beberapa saat diam. Dengan rasa malas Naya mengambil ponsel
Terimakasih sudah pernah hadir meski kadang selalu membuat ku muak dengan tingkat mu yang perlahan-lahan menjadi candu.Naya dan Fano berada di depan teras sedangkan yang lainnya asik menikmati makanan yang sudah di persiapkan itu."Jadi lo tau darimana gue ulang tahun hari ini juga?" Tanya Fano sambil menikmati kue ulang tahun kecil yang entah darimana Naya dapatkan."Gue beli tadi pas pulang sekolah,"Fano menaikkan alisnya dan kemudian ia teringat saat Naya memasuki toko kue saat dirinya mengikuti Naya."Lo sendiri kenapa hari ini cuma diamkan gue hm? Salah gue apa dan dimana? Kok kalian tega banget sama gue hari ini sih kayak nggak ada hatinya tau nggak. Tega buat gue jadi bual-bualan anak satu sekolahan."Fano terkekeh, "Namanya juga untuk melancarkan rencana Nay, ya harus ada yang gimana gitu kan.""Gaya lo!""Tapi senang kan.""Nggak.""Oh jadi nggak senang nih hm?"
Entah kenapa rasa takutku menguasai diri ini hingga menjadi kan nya egois"Gila Lo semua! parah bangat ngerjainnya. jantung gue udah mau copot tau nggak."Tania tertawa mengingat muka Naya semalam yang seperti mayat hidup."Sorry deh, namanya juga surprise Nay. Tapi Lo suka kan?"Dari arah pintu masuk, Riko dan Aldi berlari seperti di kejar setan membuat Naya dan Tania menoleh kearah mereka."Nay." Ucap Riko dengan suara ngos-ngosan.Naya tak menjawab, ia hanya menaikkan sebelah alisnya."Lo berdua kenapa?" Tanya Tania"Minum." Ucap Aldi yang masih mengatur nafasnya.Tania dengan cepat mengambil dua botol air Aqua yang berada di bawah meja Naya dan memberikan kepada Aldo dan Riko. Dengan cepat mereka mengambil botol yang diberikan oleh Tania dan menghabiskannya hingga setengah."Ahh, se