Share

[PAGE 4] HE KISS ME

Rion duduk didalam mobil, memandang Jeje dan Vella yang sedang berbincang di parkiran diskotik elite kota. Dua cewek itu sedang berdiri bersandar di mobil Vella yang terparkir tak jauh dari mobil Rion.

"Oh... dia anaknya tante Loren?"

Jeje mengangguk. "Iya..."

"Jadi lo serumah sama si ganteng itu?"

"Iyalah Vel, kan itu anaknya."

"Kalau si Nico tau.. dia bisa cemburu."

Jeje tersenyum.

"Nico udah balas chat lo belum?"

Jeje menggelengkan kepala. "Udah beberapa hari ini dia jarang chat, kayaknya marah masihan sama gue."

"Hufth... dasar cowok. Sama aja."

Ia tertawa kecil. "Namanya juga cowok, serba salah."

"Cowok gue juga gitu, ngambekan," cerita Vella.

"Cowok yang mana? Kan cowok lo banyak," tanya Jeje penasaran.

"Ada pokoknya salah satu dari mereka.. Yaudah lo pulang sana, nggak enak sama tante Loren."

Jeje mengangguk. "Yaudah, bye."

Jeanica Lovera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam mobil yang Rion kendarai. Saat Jeje masuk mobil, Rion segera mengemudikan mobilnya ditengah gelapnya tengah malam. Kendaraan sangat minim hingga jalanan terasa renggang.

"Kok kamu bisa di situ juga ya? Kebetulan banget," kata Jeje membuka pembicaraan.

"Lo sendiri?" tanya balik Rion, matanya fokus menyetir.

"Gue..."

"Lo sendiri kalau nggak ada gue tadi, apa yang bakal lo lakuin?" potong Rion.

Jeje tak menjawab. "Thanks pokoknya," katanya mengalihkan pembicaraan.

Setelah kalimat itu terlontar dari mulut Jeje, mereka berdua dalam keheningan tak ada yang bicara sedikitpun hingga mereka sampai di tempat tinggal Rion.

Rion dengan cepatnya melepas sepatu yang ia kenakan, melangkahkan kaki dilantai apartemen yang dingin dengan kaki telanjang.

"Rion, makasih," kata Jeje lagi yang masih ada di balik pintu, tempat para sepatu berkumpul. "Makasih udah..."

Belum selesai berbicara, Rion membalikkan tubuhnya dan berjalan kearah Jeje yang masih tak jauh darinya dengan cepat. Ia mendorong tubuh Jeje, menyandarkan tubuh gadis itu pada pintu kemudian mencium bibirnya yang tipis tanpa basa-basi.

Mata Jeje terbelalak. Ia melihat mata Rion yang sedang terpejam, bibir Rion membasahi bibirnya.

"MAKSUD KAMU APA?" tanya Jeje dengan kencang. Ia mencoba melepaskan tangan Rion darinya.

"Jangan pernah sekalipun ketempat kaya gitu lagi," pinta Rion dengan raut wajah menahan marah. "Aku nggak suka kalau cewek yang aku suka di mainin cowok lain."

Tubuh Jeje melemas, ia tak menyangka seorang Rion yang cuek berkata seperti ini padanya. Jeje diam tanpa kata, namun matanya yang menatap mata Rion dengan tatapan terkejutnya.

Rion mendekatkan wajahnya pada wajah Jeje. Ia sedikit menunduk untuk bisa melihat dengan jelas wajah cantik Jeje yang kini penuh makeup. "Ini peringatan pertama dan terakhir kalau kamu masih mau tinggal disini," katanya mencekam, lalu melepaskan tangan Jeje dan pergi begitu saja.

Jantung Jeje berdetak kencang. Ia melihat sosok Rion yang menghilang karena masuk ke kamar mandi.

****

"Mama Papa belum bisa pulang, jadi sementara kamu tinggal disini," kata Rion di keesokan harinya saat matahari mulai terbit.

"Iya," kata Jeje, bola matanya terlihat mengantuk karena semalaman ia tak bisa tidur. Selain memikirkan kata-kata Rion, ia juga kepikiran dengan Nico. Nico berubah, Nico terasa sedang memberinya pelajaran sampai-sampai beberapa hari ini tak ada kabar dari Nico. "Oh iya, aku udah punya calon suami. Jadi jangan suka sama aku," jelas Jeje, membuat pandangan Rion beralih pada Jeje.

"Terus?"

"Ya kan kamu bilang kemarin kamu suka sama aku," terang Jeje.

Rion tertawa kecil. "Hahaha..."

Melihat tawa puas Rion, Jeje merasa kesal.

"Emang kalau suka nggak boleh jagain kamu gitu?"

Cewek berkaos putih itu kini terlihat bingung.

"Je.. aku emang suka kamu. Nggak munafik, siapa saja cowok yang liat kamu pasti jatuh cinta."

Jeje tersipu malu mendengar penjelasaan Rion, tak usah dijelaskan.. dirinya sendiri sadar kalau ia cantik.

"Tapi aku suka kamu bukan berarti kamu nggak boleh punya pacar, itu terserah kamu.. ya tugas aku disini ya cuman jagain kamu, sesuai perintah ortu aku," tambah Rion. "Jadi jangan terlalu GR lah."

Mendengar penjelasan Rion, Jeje bisa bernafas sedikit lega. Walau ia masih bingung kenapa Rion menciumnya kemarin, hanya saja ia tak mau ambil pusing karena masalah hidupnya sudah menumpuk gara-gara Nico.

"Rion..?"

"Hm?"

"Kamu pernah mainin cewek nggak?" tanya Jeje.

Spontan Rion tersedak dengan air yang ia minum barusan.

****

"Tidur aja sana, nggak usah maksain diri," ucap Vella pada Jeje yang tampak seperti mayat hidup saat pertengahan hari. "Lo nggak tidur semalaman ya?"

Jeje mengangguk di ruang tengah rumahnya. Sesekali ia memantau karyawannya yang sedang bekerja di depan.

"Udah tidur aja, biar gue yang jaga butiknya," suruh Vella lagi.

"Iya habis ini," katanya menyandarkan kepalanya pada bahu Vella. "Vel, lo pernah ngapa-ngapain sama cowo kan?"

"Pernah lah, sering..."

Vella memang jujur, begitu jujur dan frontal.

"Sebenarnya Nico marah ke gue karena gue nggak mau diajak itu," cerita Jeje.

Raut wajah Vella berubah, ia terkejut. "Oh ya?"

Jeje mengangguk.

Vella masih diam, ia tampak ikut berpikir.

"Vel?"

"Hmmm gimana ya?"

"Gimana?"

"Kalau menurut gue..."

"Gimana? Gue kangen dia.”

"Hm.. ikutin hati lo aja enaknya gimana," jawab Vella tak menemukan solusi.

"Kalau lo jadi gue gimana?"

"Kalau gue jadi lo.. lo kan emang anak baik-baik nih, jadi gue jaga sampai gue nikah."

Vella mengangkat bahunya. "Gue ke toilet dulu ya, kebelet." Vella pergi meninggalkan Jeje.

Jeje dilema luar biasa.

Dipandangnya layar handphone-nya ketika handphone itu bergetar. Betapa sumringahnya Jeje saat mendapat pesan masuk dari Nico.

Nico: Sorry akhir-akhir ini sibuk, apa kabar?

Jeje tersenyum mendapati pesan yang telah ia tunggu ribuan tahun lamanya. Buru-buru ia membalas pesan dari Nico.

Jeje : Baik, kamu sehat kan syg?

Nico : Sehat.. maaf ya aku cuekin kamu, I love you.

Jeje : Love you too. Pacaran yuk?

Nico : Besok ya syg, mlm ini lembur.

Jeje : Yahh L banyak pasien ya?

Nico : Iya, demi masa depan kita aku bakal kerja keras.

Jeje : Sdh ngga marah sama aku?

Nico : Engga.. aku syg kamu.

Jeje : Sama.. hehe <3 <3

Nico : Aku lunch dulu ya?

Jeje : Iya.. aku juga.

Wajah Jeje senyum-senyum tanpa henti sambil memandangi betapa lancarnya hubungannya dengan Nico saat ini. Jeje lega, perasaannya benar-benar bahagia dan ia banyak mengucap syukur karena hal yang terjadi saat ini.

"Senyam-senyum," ejek Vella yang baru keluar dari toilet.

"Iya.. Nico udah balas pesan gue!" katanya riang.

"Oh ya? Nggak jadi galau?"

Jeje menggelengkan kepala. "Besok malam gue mau pacaran."

"Syukurlah, jangan berantem-berantem lagi."

"Hehe..."

To be continue..

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kartika Candra
Xo aku curiga sama Vella Vella ketoilet hp jeje langsung bunyi dapet pesan dr Nico, apa jgn2 Vella punya hubungan dgn Niko dibelakang jeje
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status