Share

Kepala Buntung

"Anak? Anak siapa Kak?" Reyhan semakin bingung.

"Yang suka duduk di pinggir kolam, Yah," jawab Andara.

"Ngaco kamu Kak, nggak ada siapa-siapa di sini selain kamu."

"Ayah beneran nggak lihat? Dia loh yang narik Ade...." Ucapan Andara terputus, badannya gemetar dan keringat mulai mengucur.

"Apa Kak? Kok keringatan?" Reyhan menoleh, melihat perubahan sikap anaknya.

"Eh, emm. Ayah, malam ini Kakak tidur di kamar Ayah sama Bunda yah? Nggak apa-apa tidur di lantai aja," pinta Andara.

"Kamu udah besar Kak, masa tidur lagi sama kami. Lagian di kamar atas kan luas, kamar sendiri pula," sahutnya.

"Malam ini aja. Kakak mohon yah? Itung-itung mengenang masa kecil." Andara mengerlingkan sebelah matanya, membuat Reyhan tertawa geli. 

"Ya sudah, tapi semalam aja kan?"

Andara mengangguk secepat kilat, gadis itu lari ke kamar orangtuanya. Dan langsung masuk ke dalam selimut, sekejap saja ia melupakan janjinya untuk tidur di lantai. Reyhan mengalah tidur di sofa demi putrinya.

Reyhan berpikir keras, ia tahu Andara menyembunyikan sesuatu. Ia membaca ekspresi anaknya saat bicara tadi. Reyhan juga mengetahui mitos tentang rumah tusuk sate. Dia mendengar hal itu dari Fendra, temannya di kantor.

Saat itu Fendra mengatakan bahwa, posisi rumah atau tempat usaha biasanya menjadi perhitungan bagi beberapa orang. Apalagi bagi yang masih mempercayai mitos. Karena hal tersebut dianggap sangat mempengaruhi hasil. Entah mendapatkan nasib baik ataupun buruk.

Biasanya setiap orang yang akan pindah rumah atau memulai usaha, sebagian ada yang bertanya dulu pada orang pintar. Tak sedikit juga yang pergi ke dukun, untuk mengetahui hari yang baik memulai usaha.

Tapi Reyhan, tidak menjadikan itu patokan. Asal istrinya senang dan nyaman, ia akan menuruti kemauan Akira selama itu baik. Sebelumnya, Reyhan adalah seorang manager marketing, dengan prestasinya yang cemerlang. Demi cintanya pada Akira, ia pun merelakan pekerjaan itu, yang telah susah payah ia capai.

Adzan subuh berkumandang, suara peralatan dapur, mesin cuci, sudah menggema di dalam rumah. Semalam kehadiran Andara di sampingnya cukup membuat Akira merasa damai, sepanjang malam tangannya tak lepas memeluk putri satu-satunya itu.

Reyhan sudah pergi ke masjid, biasanya setelah shalat, Reyhan akan langsung makan dan membuka kios sembako miliknya. Karena masih promo pembukaan, kios ini lumayan ramai pembeli. Meski begitu, Reyhan tidak fokus mengejar uang saja, ia juga tetap mengutamakan ibadah terutama mendo'akan Akira agar cepat pulih sepenuhnya.

Pagi hari Om Hars, pemilik rumah tersebut sebelumnya, tiba-tiba datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Dia mengatakan pada Reyhan dan Akira agar pergi meninggalkan rumah itu. Dan bersedia memberikan uang pengganti lebih, untuk segala biaya pindahan yang akan di tanggungnya.

Sebetulnya Om Hars tidak ingin memberikan rumah itu, karena yang ia rasakan selalu saja terjadi kesialan dalam hidupnya. Om Hars termasuk orang yang percaya pada mitos tentang rumah yang terletak pada psisi tusuk sate. Yaitu dimana lokasi rumah tepat berada di depan pertigaan. Akan membawa sial, bagi siapa saja yang menempati.

Tapi karena Akira sangat menyukai desain rumah itu yang ramah untuk anak-anak, juga posisi rumah di pinggir jalan nasional yang ramai sangat tepat jika membuka usaha. Dan cocok untuk Akira yang punya jiwa marketing, ia juga pernah kerja di perusahaan, tapi sejak menikah Rey melarangnya bekerja lagi.

"Nggak bisa gitu donk Om! Jangan mentang-mentang punya uang. Om bisa seenaknya sama kami!" hardik Akira yang tersinggung saat Om Hars mengutarakan maksudnya.

"Hayah, bukan begitu maksud Om Akira. Gimana Om jelasinnya sama kamu orang," jawab Om Hars, kebingungan.

"Lalu apa mau Om?kenapa tiba-tiba aja mau beli rumah ini?" Akira terus mencecar Om Hao. Hatinya tidak terima jika harus pindah rumah.

"Om nggak butuh rumah ini. Cuma, kemarin itu Om mimpi serem banget Akira, makanya Om datengin Lu orang," Jelas Om Hars.

"Mimpi? Mimpi apa Om?" timpal Reyhan penasaran.

"Mimpi pesta besar-besaran di rumah ini. Om lihat Lu orang berdua jadi pengantin, dan yang lebih seram itu. Lu orang makan daging ayam bekakak. Tapi kepalanya ...." Ucapan Om Hars terputus, badannya bergidik ngeri membayangkan lagi mimpi yang ia alami.

"Apa Om?" tanya Reyhan semakin penasaran.

"Kepalanya si Andara, Rey," jawab Om Hars. Tangannya mengusap tengkuk yang mulai merinding.

Brugh!

Akira marah dan menggebrak meja, lalu mengusir Om Hars.

"Pergi Om! Jangan suka mengada-ada! Mimpi cuma mimpi saja!" teriak Akira, mengusir Om nya.

"Akira, sekali saja dengarkan Om. Jangan berburuk sangka dulu," kata Om Hars, masih berusaha membujuk.

"Pergi!" bentak Akira.

"Om, kita bicara lagi nanti yah," pinta Reyhan pada Om Hars. Om Hars setuju dan pergi meninggalkan rumah dengan perasaan hempas.

Bagi Akira mimpi itu hanya cerita yang mengada-ada atau taktik Om Hars untuk merebut rumahnya kembali. Tak sedikit pun Akira peka bahwa itu adalah pertanda awal petaka akan terus terjadi dalam hidupnya.

Reyhan berusaha menenangkan Akira, ia takut jika sudah begini istrinya akan merasa depresi kembali. Akira masih saja menggerutu, meski Reyhan sudah berusaha menenangkannya.

"Sudah, sudah, tenang Akira," bujuk Rey mengusap-usap punggung istrinya.

"Aku kesal, Rey. Kok, Om Hars, jahat sih sama kita," keluh Akira.

Tiba-tiba ....

"Huuaaahh! Ayah, tolong Kakak Ayah!" Suara Andara mengejutkan Reyhan dan Akira, mereka berdua lalu berlari menuju kamar Andara di lantai atas.

Reyhan mengetuk-ngetuk pintu, karena terkunci dari dalam. Andara terus saja berteriak membuat Reyhan dan Akira semakin panik.

"Kak, Kakak ... Buka pintunya. Ayah nggak bisa masuk kalau pintu terkunci." Reyhan terus memanggil anaknya yang tidak diam juga di dalam sana.

"Nggak, nggak bisa Ayah! Kepala buntungnya di depan pintu. Kakak takut, tolong Ayah. Cepetan tolongin Kakak." Andara menangis semakin keras, badannya tidak sanggup lagi bergerak karena ketakutan melihat kepala buntung bergelindingan di depan pintu kamarnya.

Tiga kepala buntung itu terus bergelindingan, dengan lidah yang menjulur keluar, seakan mengejek gadis di depannya. Andara semakin histeris ketakutan, badannya lemas menatap kepala buntung. Tidak kuat menahan rasa takutnya, Andara pun pingsan.

"Rey, kok, Andara diam sih." Akira mulai khawatir, saat tidak mendengar lagi suara anaknya.

"Sebentar, aku dobrak," sahut Rey, membanting kan badan ke pintu.

"Awas!" Akira menggeser Reyhan, lalu memukul gagang pintu dengan benda keras.

Pintu agak sulit terbuka, karena Andara pingsan tepat di depannya. Perlahan, Reyhan menggeser pintu, ia langsung membopong Andara ke kasur. Akira sigap mencari kayu putih, lalu dioleskan pada hidung Andara. 

Akira teringat tadi Andara mengatakan kepala buntung. Matanya berpendar ke sekeliling kamar, tidak ada apapun di sana. Semuanya bersih bahkan bercak darah saja tidak. Ia menoleh ke arah Rey, yang sedang mencoba membangunkan Andara.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Prissy Reliable
Maksud kepala buntung apa ya??maaf sy tidak beberapa fasih bahasa indonesia..
goodnovel comment avatar
SULTAN DICKO
seram juga ya, itu benar kata orang tua di daeraku kalau mimpi pesta besar, terus nikahan. itu gk bagus, kita akan mendapakan musibah
goodnovel comment avatar
Nuryanti Sprn
jalan "nasional" itu maksudnya apa ? semacam jalan yg dilewati buat mencapai semua provinsi di sebuah negara kah ?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status