Sesampainya di rumah sakit, Andara menangis tersedu-sedu, melihat ayahnya terbaring lemah. Om Hars mencoba menenangkan bocah itu, tapi Andara malah balik memarahinya dengan mengatakan bahwa Om Hars tidak percaya pada ucapannya.
Reyhan masih belum sadarkan diri, saat tiba di rumah sakit. Seorang warga yang menolong, memberikan semua barang Reyhan. Om Hars berniat memberikan imbalan, tapi orang tersebut menolak atas nama kemanusiaan.
"Andara, udah jangan nangis terus ya. Om Kakek minta maaf, karena sudah meragukan kamu," ucap Om Hars, mengusap kepala Andara.
"Kalau terjadi apa-apa sama Ayah, gimana? Aku sama siapa Om Kakek," sahut Andara, tangannya tak mau lepas menggenggam Reyhan.
"Ayah Rey akan baik-baik saja, jangan khawatir ya anak baik," bujuk Om Hars.
Andara diam tak menyahut ucapan Om Hars. Anak itu takut Ayahnya meninggal, karena selama ini ia sangat dekat dengan Reyhan. Om Hars terus membujuknya supaya tenang, lalu meminta Andara berdoa untuk kesembuhan Reyhan.
Anak itu menuruti sarannya, setelah beberapa lama terus dibujuk. Om Hars menatapnya lekat, saat Andara menunaikan salat. Lalu berdoa untuk kesembuhan Ayahnya.
Om Hars penasaran, apakah Andara memilki mata batin. Seperti yang sering dimimpikannya selama ini. Ia melihat sosok seorang wanita dewasa, yang akan bisa menutup portal ghaib di rumah tusuk sate.
Ia memang belum melihat jelas sosok tersebut. Karena setiap mencoba menembus tabir, hanya siluetnya saja yang terlihat. Sebenarnya, Om Hars bisa melihat makhluk ghaib dan paham kebatinan.
Akan tetapi, karena satu dan lain hal, ia memutuskan menutup dan tidak mau bersinggungan lagi dengan spiritual juga supranatural. Om Hars memiliki seorang sahabat bernama Ningsih, untuk memastikan apa yang dilihatnya benar atau tidak. Ia memutuskan untuk menemui Ningsih setelah urusan Reyhan selesai.
Mata Om Hars lekat menatap Andara, ia merasakan suatu firasat buruk. Kesedihan, duka, sesak dalam dadanya bercampur satu. Tapi, ia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan.
Meski sudah menutup mata batinnya, Om Hars masih bisa merasakan firasat. Karena Ningsih mengatakan, orang yang sudah bersinggungan dengan spiritual akan susah lepas sepenuhnya. Saat tengah berpikir, Reyhan sadar dan tak sengaja menyentuh tangannya.
"Reyhan, sudah sadar kamu orang," kata Om Hars.
"Aku, di mana?" Reyhan bertanya, kepalanya masih terasa berat.
"Kamu di rumah sakit, sudahlah tenang dulu." Om Hars menawarkan minum, tapi Reyhan menolaknya.
"Ah, sakit." Reyhan meringis saat mencoba menggerakkan badannya.
"Sudah Om katakan, tenang dulu. Kamu orang baru kecelakaan, Rey."
"Itu, siapa?" tanya Reyhan, saat ia melihat Andara yang sedang salat.
"Anak kamu orang," jawab Om Hars.
"Andara, dia di sini."
"Iya maksa ikut, sudah jangan banyak bicara. Kamu orang tidur saja," perintah Om Hars.
Reyhan menanyakan apakah Akira sudah dikabari. Om Hars menjawab belum, karena sibuk menenangkan Andara. Reyhan meminta pada Om Hars untuk tidak mengatakan apapun pada istrinya.
Karena Reyhan khawatir, Akira panik dan kalap. Ia meminta pada Om Hars, untuk membohongi Akira. Om Hars berpikir sejenak, alasan apa yang akan ia berikan pada keponakannya.
"Katakan saja, Om punya pekerjaan di luar kota yang mendadak. Jadi, Om minta tolong sama aku," cetus Reyhan.
"Boleh juga usulanmu, tapi Om masih belum nemu. Alasan yang tepat," sahut Om Hars, sambil berpikir keras.
"Om, datang saja ke rumah. Di laptop ada beberapa foto yang Akira nggak tahu pas aku di kantor. Itu bisa jadikan bukti, biar dia nggak interogasi Om lebih lanjut," kata Reyhan.
"Oke, Om mau antar Andara pulang dulu. Besok, baru ke rumah kamu orang."
"Andara nggak mau pulang!" seru Andara, langsung memeluk Reyhan dari samping.
"Sayang, anak Ayah, rumah sakit banyak kuman. Nggak baik untuk anak kecil, kamu pulang sama Om Kakek yah." Reyhan mencoba memberikan pengertian.
"Tapi, Ayah sakit, aku kasih tahu Bunda yah," sahutnya.
"Jangan, nanti Bunda sedih. Kakak tahu kan, Bunda baru sembuh," cegah Reyhan, sambil menatap pada Om Hars.
"Ayah Rey, dijagain suster dong. Sebentar ya, Om Kakek panggil dulu susternya," sahut Om Hars.
Om Hars keluar dari ruangan, tak lama kemudian ia kembali bersama seorang suster yang akan menjaga Reyhan sebentar saja. Karena usai mengantarkan Andara, ia berencana menginap menemani Reyhan. Andara tersenyum simpul, meski hatinya ingin ikut menemani Reyhan.
Dalam perjalanan pulang, Om Hars menanyakan beberapa hal pada Andara, seputar makhluk ghaib. Anak itu menjawab pernah melihat kuntilanak, pocong, Genderuwo di rumah tusuk sate. Andara juga bercerita, jika ia selalu didatangi sosok kakek-kakek bersorban. Semenjak pindah ke rumah itu.
"Benar, kecurigaan ku Andara punya potensi dalam mata batinnya." Om Hars membatin, ia pun mengirimkan pesan pada Ningsih sahabatnya, untuk meyakinkan penglihatannya.
***
Akira ketiduran karena menunggu Reyhan yang lama masuk kamar. Saat ia bangun, Reyhan masih belum datang. Ia penasaran ke manakah suaminya pergi, apa masih di warung atau sedang bersama dengan Andara.Ia meraih piyamanya dan berjalan keluar kamar. Semua lampu sudah menyala, kecuali di lantai atas. Ia pun bergegas ke sana, karena merasa heran dengan lampu yang padam. Akira tahu kalau Andara sangat takut dengan gelap.
"Kak, Kak Andara," panggilnya.
Hening tak ada jawaban.
Kemana anak itu, Akira membatin.
"Rey, Reyhan." Ia kembali memanggil Reyhan.
"Hmmm." Suara Reyhan menyahutinya dari kamar atas.
Akira tersenyum lebar, ia tahu asal suara Reyhan dari kamar yang bersebelahan dengan kamar anaknya. Ia melihat kamar Andara lampunya menyala, ia pikir mungkin lampu ruangan saja yang mati. Ia bergegas masuk ke dalam kamar dan benar saja, Reyhan sedang duduk di pinggir kasur.
"Sayang, kenapa nggak turun ke bawah?" tanya Akira.
"Malas, lagi mau di sini," jawab Reyhan, tersenyum lebar.
Aroma wewangian dari bunga mawar semerbak menusuk indera penciuman. Akira segera menghambur ke dalam pelukan Reyhan dan bergelayut manja. Ia memainkan tangannya di dada Reyhan, lalu membuka kancing baju suaminya.
"Sayang, kamu wangi banget, pakai parfum apa? Kok, beda yah dari yang biasa," kata Akira, sambil terus menciumi dada Reyhan.
"Hmmm." Reyhan hanya bersuara demikian, ia kemudian meraih wajah Akira. Lalu mengecup bibirnya, letupan asmara membuncah seketika.
Akira menarik tubuhnya, saat merasakan badan Reyhan terasa dingin. "Tunggu dulu, kok kamu dingin banget. Habis mandi ya?" tanyanya.
"Hmm, lanjutin, kangen," pinta Reyhan, kembali menarik tubuh Akira ke dalam pelukannya.
Mereka saling bergumul, melepas rindu setelah sekian purnama tidak bersatu. Akira, wanita yang cukup hyper sex, merasa puas mendapatkan kepuasan batin dari suaminya. Malam ini, Akira merasakan gairah cinta yang Reyhan berikan sangat berbeda.
Hayoloh, Akira sama siapa wik-wik di rumah? Reyhan kan lagi di rumah sakit, hiiyyy merinding.
Di lorong rumah sakit, Reyhan berupaya belajar jalan dan melawan pusing di kepalanya. Ia ingin segera sembuh dan pulang ke rumah, sebab khawatir akan keadaan Akira yang sendirian.Saat tengah susah payah mengatur langkah kakinya, Reyhan melihat kursi roda berjalan sendiri ke arahnya, ia berusaha cuek. Mungkin, perawat lupa mengunci kursi roda, pikirnya.Semakin dekat dengannya makin nampak wujud kakek-kakek duduk di kursi roda tersebut. Reyhan merasa heran, padahal tadi ia melihat kursi itu kosong, tidak ada siapapun. Ia berbalik melangkahkan kaki menuju kamarnya kembali, tapi kursi roda tersebut seperti mengikutinya."Selamatkan istrimu, dia dalam bahaya!" Suara parau kakek di kursi roda membuat Rey terkejut, pelan tapi terasa menakutkan."Si-- siapa-- kakek ini?" Reyhan balik bertanya."Selamatkan istrimu!" seru si kakek."Ke-- kenapa-- dia?" Reyhan masih berani bertanya.Kakek itu menoleh ke arahnya, matanya melotot tajam, be
Om Hars tidak kehabisan akal, meski Akira menolak. Ia tetap mengirimkan abdi setianya yaitu Bik Nah, untuk menemani Akira. Meski Akira terus protes lewat SMS, Om Hars mengabaikannya, alhasil Akira jadi emosian pada bik Nah.Sudah dua hari Bik Nah menemani Akira di rumahnya, malam itu ia sedang membersihkan dapur. Selama di sana keponakan majikannya itu tidak pernah keluar dari kamar. Selalu terdengar tertawa dan berbicara sendiri, ia selalu diminta menyiapkan makanan untuk porsi dua orang.Kalau tidak menurut, Akira akan marah, sebetulnya Bik Nah takut bersama Akira. Tapi mengingat kebaikan Om Hars, ia tidak berani meminta pulang. Setiap tengah malam, selalu terdengar suara langkah kaki di tangga, tawa anak kecil, suara perempuan menangis.Mau tidak mau, sebelum majikannya meminta kembali, Bik Nah harus kuat menghadapi teror yang terjadi. Anehnya Akira tidak pernah mendengar apa yang dialami oleh Bik Nah.Waktu menunjukkan pukul 22.00, secepatnya Bik Nah meny
"Kurang ajar!" Reyhan menonjok tembok rumah sakit.Hatinya hancur saat Om Hars, memberitahukan bahwa selama ini Akira hidup dengan makhluk halus dan menduga bahwa istri Reyhan itu telah di jamah Genderuwo. Sesak dada Reyhan harus menerima kenyataan yang sangat pahit."Sabar Reyhan, Om memahami apa yang kamu rasakan. Tapi, kamu harus membantu dia untuk kembali sadar," ujar Om Hars, menghibur Reyhan."Lelaki mana yang tahan, membayangkan istrinya sudah di jamah orang lain Om!" seru Reyhan, bersungut-sungut."Iya, Om paham Rey, tenangkan dirimu dulu. Itu sebabnya Om bungkam sejak kemarin, karena tahu reaksi kamu akan seperti ini." Om Hars memijat tengkuk Reyhan, ia sedikit memijatnya supaya otak Reyhan rileks."Jika bukan kamu, siapa lagi yang mau menerima Akira? Jika tidak bukan untuk Akira, lakukanlah untuk Andara," jelas Om Hars.Reyhan terdiam tak berani membantah, apalagi sudah menyangkut anaknya. Om Hars tidak tahu, bahwa selama ini ia te
Hujan mengguyur Kota Galuh sejak beberapa hari, hampir tidak pernah berhenti dari siang sampai sore. Derasnya air yang mengguyur tidak menyurutkan niat kedua orang yang ingin bertemu.Adibah tengah menunggu Reyhan di sebuah cafe, di kawasan wisata Karang Resik. Setelah bertahun-tahun lamanya, ia baru berani menghubungi pria yang pernah hadir dalam hidupnya. Hati Adibah sangat gelisah mengingat pertemuannya dengan Saga.Wanita cantik itu tidak pernah menyangka, bahwa Saga yang ia anggap sebagai pahlawan sekaligus sahabat dalam hidupnya. Ternyata hanya memanfaatkan persahabatan mereka. Keinginan Saga yang terdengar gila, belum mampu ia penuhi. Di sisi lain ancaman Saga juga tidak main-main tentang anaknya.Reyhan datang dengan keadaan basah kuyup, tanpa basa basi ia langsung duduk dihadapan Adibah."Ada apa? Setelah sekian tahun kamu baru menghubungiku lagi?" tanya Reyhan dengan nada kesal."Rey, kamu basah kuyup. Aku pesankan kopi ya?" ta
Jantung Om Hars berpacu lebih cepat, badannya gemetar hebat. Ia tidak asing dengan sosok yang memberinya peringatan, sosok itu adalah bengis. Hantu wanita yang sangat ditakutinya, sejak ia meninggalkan rumah tusuk sate tersebut.Supir yang melihat keadaan Om Hars memutuskan untuk berhenti di sebuah warung kecil, sampai keadaan majikannya membaik. Pikiran Om Hars melayang kembali pada puluhan tahun silam, ketika pertama kali ia membangun rumah itu.Dulu rumah itu hanya sebuah gubuk terbuat dari bambu, karena kasihan pada Ceu Lastri pembantunya yang sudah bekerja puluhan bersama keluarganya. Om Hars membeli tempat tersebut dengan harga yang pantas, harapannya suatu saat nanti ia bisa menjadikan tempat itu untuk dijadikan rumah kost-an.Ketika pembangunan di mulai, hal-hal aneh mulai terjadi. Dari mulai listrik yang terus mati, genset mogok dan barang-barang milik tukang yang hilang tanpa sebab. Tapi saat itu Om Hars belum mempercayai mitos tentang rumah tusuk sat
"Saga! Lihat tuh ulah kamu, Akira sama Rey berantem!" gerutu Adibah, kesal."Itu yang aku mau," sahut Saga tersenyum licik."Ih bener-bener ya kamu itu!" Adibah mendelik sebal."Iya, aku ngegemesin kan?" Saga mengangkat alisnya naik turun."Kita udah sepakat mau lurusin semuanya.""Tapi kamu lihat keadaannya, Dibah," bantah Saga, tak mau salah.Adibah hanya mampu diam, hatinya merasa bersalah atas apa yang terjadi pada keluarga Rey. Sepanjang perjalanan pikiran Adibah tak hentinya memikirkan Rey juga masa lalunya.***Seminggu berlalu dalam keadaan sendiri Rey termenung di ruang tamu, kegundahan hatinya membuat ia tidak habis pikir. Keyakinannya bahwa rumah ini membawa pengaruh buruk pada kehidupannya semakin menguat. Segera ia membuka ponsel dan memasang iklan penjualan rumah.Mencoba mengaitkan semua peristiwa untuk menarik benang merah dalam permasalahan hidupnya. Rasa lelah menghadapi Akira mulai merasuki hatinya, tapi mengingat
"Selamat pagi, sayang," ucap Saga, berdiri tegap di depan Akira. Di tangannya ia membawa bucket bunga mawar."Saga, ngapain kamu di sini," sahut Akira, ia terkejut dengan kedatangan Saga."Aku di sini, mau lihat bidadari surga," seloroh Saga.Akira memutar bola matanya, lalu melipat tangan ke depan, menatap Saga dengan tajam. "Tapi, sayangnya ini istri orang.""Ya kenapa, kamu kan mau cerai.""Dari mana kamu tahu?" Akira mengangkat sebelah alisnya."Apa sih yang Saga nggak tahu tentang kamu, baby." Saga membetulkan kacamatanya."Hmmmm.""Ini, buat kamu." Saga memberikan bucket bunga."Terima kasih," ucap Akira, menerimanya dengan senang hati, lalu mencium aroma mawar.Mereka berdua duduk di teras depan, membicarakan masa depan masing-masing. Akira masih tak percaya, Saga
Ketika rasa cinta telah sirna yang hadir hanyalah sebuah keegoisan. Kenangan indah yang dilalui selama pernikahan menjadi tiada arti. Terkadang orang bertindak tanpa berpikir, efek apa yang akan mereka dan orang sekitarnya hadapi.Begitupun dengan Akira yang memutuskan bercerai dari suaminya tanpa melihat perasaan anaknya. Ia tidak menyadari bahwa Andara sangat terluka atas keputusannya, anak yang sedang tumbuh di masa remaja dan sangat membutuhkan kasih sayang ayah juga bundanya. Kini harus kehilangan salah satu dari mereka.Rey dan Akira sudah sepakat untuk tidak mempermasalahkan hak asuh demi ketenangan Anaknya. Sidang perceraian mereka sudah berjalan yang kedua, hakim masih memberikan masa mediasi. Akan tetapi, Akira sudah bulat dengan keputusannya.Keluar dari ruang sidang, Rey mengejar Akira untuk membujuknya lagi. Karena masih besar harapan untuk mereka bisa bersatu kembali menjadi keluarga yang utuh