Share

Ciuman pertama

Sebenarnya Rey belum tahu apa sebenarnya yang dia inginkan dari gadis kecil itu, namun melihat wajahnya yang ketakutan di bawah tatapan mata dinginnya seolah menjadi kesenangan tersendiri bagi Rey.

"Siapa nama mu?" 

Anya terhenyak, "An-Anya tuan muda." Jawabnya terbata karena gugup.

"Hum... Berapa usiamu?"

Semua ini jadi terdengar seperti wawancara kerja. "18 tahun." Jawab Anya lagi dengan lebih tenang sekarang.

"Delapan belas?" Mata Rey membelalak tak percaya, sebelumnya ia mengira gadis itu berusia sekita anak sekolah menengah pertama, antara 14-15 tahun, untuk ia menahan diri mati-matian untuk tidak menyentuhnya.

Anya mengangguk mantap, wajah Rey yang begitu dekat dengan wajahnya membuat dadanya berdebar aneh, aroma parfum yang menguat dari tubuh pria itu seolah membiusnya hingga membuat tulang-tulang sendinya lemas seolah tak bisa di gerakkan. 

"Jadi kau 18 tahun?" Pikiran liar langsung memenuhi otak Rey, jadi masih boleh jika ia ingin menyentuhnya. Dia sudah cukup dewasa, pikirnya. Hanya saja penampilannya yang masih imut seperti anak SMP.

Tangan Rey bergerak mengangkat tubuh Anya ke atas meja. Anya terkejut tak bisa memprotes. Hanya bisa menerka-nerka sebenarnya apa yang di inginkan pria itu padanya?

Dengan gerakan sangat tiba-tiba, wajah Rey mendekat, menghapus jarak yang ada, bibir dinginnya telah menempel pada bibir merah muda milik Anya. Gadis itu terperanjat dan membulatkan matanya lebar-lebar, itu adalah ciuman pertamanya, bagaimana bisa pria ini mencurinya begitu saja, dengan tak menghiraukan gelayar aneh yang mulai merambat ke sekujur tubuhnya, dan dengan seluruh keberanian yang ia miliki, ia mendorong tubuh pria itu agar menjauh.

"Ah... Apa yang anda lakukan pada saya?" Teriak Anya sembari memasang sikap waspada. "Kenapa anda mencium saya? Itu adalah ciuman pertama saya?" 

Rey tak peduli, ia merasa kehilangan akal dan sangat menginginkan gadis itu, ia kembali mengulangi aksinya. 

Kali ini ia menciumnya dalam, satu tangan memegang pinggangnya, dan tangan lainya mengelus lembut rambutnya.

Anya seperti kelinci putih kecil yang terbenam dalam pelukan serigala. 

Anya benar-benar merasa campur aduk!

Rey seperti kehilangan akalnya!

Sial! Kenapa dia ingin mencium gadis itu?

Hanya ciuman saja, dia hanya ingin mencoba, tapi kenapa ciuman ini begitu hangat, begitu lama, begitu dalam!

Rey menyipitkan matanya, menatap gadis yang ada di pelukannya, otaknya berpikir keras. 

Selanjutnya ... apa yang akan di lakukan padanya? 

Apa yang harus di lakukan?

Anya mencoba menyadarkan dirinya kembali untuk menjejaki dunia nyata, seolah-olah dia baru saja terseret dalam sebuah adegan drama romantis.

Tidak! Yang tadi itu nyata!

Anya berteriak, "kenapa tuan menciumku?  Aku tidak mengizinkannya! Sama sekali tidak mengizinkannya, tuan sangat tidak masuk akal!" Suaranya terdengar terisak, dia sangat syok, dan matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Rey mengerutkan alisnya, merasa sedikit terkejut dengan reaksi gadis itu. Tentu saja, semua gadis kadang ingin berebut untuk bisa tidur bersamanya, tapi gadis itu selalu saja berpura-pura polos, apa itu caranya untuk menarik perhatiannya. "Apa kau lupa? Kau bilang ingin membalas Budi padaku, dan aku menginginkan ini, kenapa?"

Bukankah harus nya gadis itu senang mendapatkan ciuman itu darinya? Tidak semua orang bisa menyentuhnya?

Mendengar itu, Anya menangis, ia mengepalkan tangan kuat-kuat. "Kau sendiri yang bilang tidak berselera pada tubuhku? Apa kau lupa? Lagipula ini ciuman pertamaku, harusnya aku memberikannya pada orang yang benar-benar aku cintai, tapi kau malah mencurinya, kau sangat brengsek, menyebalkan!" 

Diam-diam Rey merasa senang melihat gadis yang mulai menunjukkan emosinya di hadapannya itu. Ia terlihat seperti anak kucing yang pemarah, sangat imut, sangat lucu.

Rey sangat sensitif dengan kata "ciuman pertama", tiba-tiba matanya menjadi tajam namun cerah. Dia tertawa. "Kau sangat menyedihkan, biar aku beri satu kenyataan lagi, malam itu, aku sendiri yang menggantikan pakaian untukmu, aku sudah melihat semuanya, jadi untuk apa kau meributkan hal kecil semacam ini?" 

Dug!

Dada Anya seperti baru saja di hantam benda keras, bibirnya bergetar dan ia membeku di tempat.

Orang ini adalah sampah!

Menggunakan orang lain untuk bersenang-senang!

Ia teringat akan bibinya yang hendak menjualnya, dan pria itu sama saja bejatnya dengan wanita paruh baya itu, hanya ingin memanfaatkannya saja.

Anya sangat kesal!

Benar-benar kesal!

"Jadi? Benar kau yang  mengganti pakaian ku? Apa yang sudah kau lakukan padaku?" Anya memasang sikap waspada, ia sudah kehilangan rasa hormatnya pada pria di hadapannya hingga ia enggan untuk memanggilnya lagi dengan sebutan tuan. 

Sebaliknya, rasa senang justru memenuhi sarah-saraf dalam otak Rey, ia merendahkan wajahnya menatap gadis itu lekat. "Kenapa? Kau berpikir apa memangnya? Hum...."

Rey semakin menikmati wajah kepanikan dan kebingungan yang di tunjukkan Anya. Seperti dugaannya, gadis ini lebih sederhana daripada kertas putih, sangat polos, menyenangkan, ha ha, menyenangkan. 

Kemudian Rey mengambil keuntungan, "bagaimana seandainya malam itu kita telah melakukan sesuatu yang tidak pernah kau pikirkan sebelumnya? Lalu untuk apa kau mengkhawatirkan ciuman pertamamu?"

PLAK!

Entah ia mendapat keberanian darimana, tangan Anya tiba-tiba reflek menepuk bibir Rey agar pria itu menutup mulutnya.

"A-apa? Apa maksudmu? Kau tidak melakukan apapun padaku kan?" 

Anya mengusap hidungnya yang sudah mulai berair dengan kasar, kemudian menarik nafas dalam dan menegakkan wajahnya kembali dengan berani. "Baiklah, terserah apapun yang kau lakukan malam itu padaku, kau juga sudah mengambil ciuman pertamaku, bisa kah aku menganggap impas balas budiku dan kau bisa melepaskan aku sekarang."

Tling...

Bunyi sebuah pesan dari ponselnya mengalihkan perhatian Rey, ia meraih benda pipih itu dari saku celananya, membuka pesan yang masuk dengan cepat, kemudian tersenyum licik setelah selesai membaca pesan yang baru saja di kirim oleh tangan kanannya-Gery.

Kini ia kembali menatap Anya penuh-penuh sembari meletakkan ponselnya di atas meja. Dengan senyum mengejek ia mulai berkata. "Apa kau yakin ingin aku melepaskanmu? Kau pikir kau bisa lari kemana? Aku sudah menyelidiki latar belakangmu, kau hanya seorang gadis yatim piatu, kau melarikan diri karena hendak di jual oleh bibi mu sendiri malam itu. Beruntung aku menyelamatkanmu, dan sekarang kau malah ingin lepas dariku? Apa begini caramu membalas budi?" 

Anya bertambah sedih saat mendengar kenyataan itu, benar juga, dia mau lari kemana? Dia tidak punya siapa-siapa, dan mungkin kehidupan di luar sana akan lebih kejam dari perkiraannya, tidak ada bedanya jika ia memilih bertahan di sini.

"Baiklah, sebenarnya apa yang kau ingin kan dariku?" 

Rey senang, saat ia memikirkan tentang ciuman pertama seorang gadis yang di ambil olehnya. Suasana hatinya benar-benar bagus. "Hum... Tidak banyak."

"Apa?"

"Jadi mainan ku."

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status