Share

Kemungkinan jatuh cinta

Saat malam hampir menjelang pagi, Anya tak mampu lagi untuk terjaga, ia benar-benar sangat mengantuk dan akhirnya jatuh tertidur. 

Sedangkan Rey malah baru saja terbangun dari tidurnya yang lelap, setelah mencium bibir Anya semalam, akhirnya ia bisa memejamkan mata dengan tenang, dan pagi ini ia bisa bangun dengan perasaan lebih baik. Ia melangkah keluar dari ruang kerjanya sambil menguap. Bibi Eni yang terlihat muncul dari arah lain buru-buru mendekat. 

 "Apakah semalam tuan muda tidur disini?" Tegurnya tanpa ragu, mereka sangat dekat, bahkan wanita paruh baya itu bertanya layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya. 

"Benar Bi, aku tidak mungkin tidur di kamar ku kan? Ada gadis aneh itu di dalam sana."

"Maksud tuan, nona Anya?"

"Tentu saja, siapa lagi." 

Mendengar jawaban itu, bibi Eni malah tersenyum penuh arti, tidak biasanya tuan mudanya itu menyia-nyiakan kesempatan untuk meniduri seorang wanita, yang biasanya hanya berlaku untuk satu malam saja. Kali ini dirinya melihat gelagat yang berbeda, pria dewasa yang di asuhnya sejak kecil itu seperti seorang remaja yang sedang kasmaran, kadang ia terlihat tersipu malu sendiri, kadang marah-marah sendiri tidak jelas. Sepertinya gadis muda itu sedikit merubah duinanya. Dan ia merasa senang jika tuan mudanya bisa mendapatkan kebahagiaanya. 

"Kenapa bibi malah tersenyum seperti itu?" Selidik Rey pada pengasuhnya itu.

"Tidak, bibi hanya memperhatikan, cara memandang tuan pada gadis muda itu sangat berbeda, bahkan saat memperlakukannya, juga benar-benar berbeda." Bibi Eni tersenyum tertahan, membuat Rey makin penasaran.

"Maksud bibi apa berkata seperti itu?"

"Bibi hanya berpikir, mungkin saja tuan muda sedang jatuh cinta, itu saja." Wanita tua itu tidak sadar telah ketelepasan karena merasa saking senangnya, setelahnya ia merasa gugup, ia pun harus mencari alasan untuk segera menghindar sebelum pria di hadapannya itu menyadari sesuatu. "Baiklah tuan muda, aku akan segera siap kan sarapan untuk anda." Tidak mau berlama-lana lagi, bibi Eni berlalu begitu saja.

"Apa maksudnya aku jatuh cinta?" Rey bergumam pada dirinya sendiri, tampangnya yang tampan jadi terlihat bodoh, selama ini ia tidak pernah berpikir tentang jatuh cinta, yang ia tahu, adalah merasa tertarik pada wanita, lalu menidurinya, tidak pernah melibatkan hati nya untuk memiliki hubungan emosional dengan siapapun. Jadi ia benar-bebar tidak paham tentang apa yang di katakan bibi Eni barusan. "Apa menurut bibi Eni, aku jatuh cinta, pada gadis ingusan itu? Yang pendek mirip anak SMP itu? Astaga... Yang benar saja, apa benar selera ku untuk jatuh cinta serendah itu, bahkan aku bisa meniduri seorang model jika aku mau. Kenapa aku harus jatuh cinta pada gadis ingusan dan aneh itu. Ah... Tidak mungkin, ini sama sekali tidak masuk akal." 

Pikirannya terus menolak, namun nyatanya, semakin Rey ingin menyangkal, justru wajah Anya terus membayang di kepalanya. 

Rey baru saja selesai mandi di salah satu kamar di rumahnya, dia sengaja tidak ingin pergi ke tempat gadis itu. Tiba-tiba ia merasa ketakutan sendiri tentang perasaanya, tentang kemungkinan ia jatuh cinta pada gadis itu. Rey tidak mau itu terjadi, untuk itu ia lebih baik menghindar. Namun bayangan Anya seolah tak ingin melepaskannya, dia mengikuti kemanapun Rey pergi. Dan saat ini, Rey sedang berdiri di depan cermin setelah berpakaian, dan bayangan Anya tiba-tiba muncul di hadapannya.

Apakah dirinya kurang minum? 

Hingga ia jadi sering berhalusinasi?

Rey semakin tak tahan dengan perasaanya sendiri, dan entah kenapa langkahnya malah menuntunnya ke tempat gadis itu berada. 

Di depan pintu kayu yang masih tertutup rapat itu, Rey berdiri mematung, entah kenapa, memasuki kamarnya sendiri kenapa ia harus merasa setakut itu?

Ini konyol sekali!

Perlahan ia memutar kenop dan pintupun terbuka, tidak terkunci.

Gadis ceroboh!

Umpatnya dalam hati. Tapi bagaimana bisa gadis itu menguncinya? Sedangkan kunci ada padanya. Tak lama ia menepuk jidatnya sendiri, merasa bodoh.

Dengan langkah perlahan ia berjalan mendekati ranjang. 

Anya yang terlelap seolah tak terusik, ia begitu mengantuk dan tertidur seperti orang yang tak sadar kan diri. 

Celah hordeng yang terbuka meloloskan cahaya matahari yang menyentuh wajahnya, membuat gadis itu sedikit menggeliat karena kesilauan dan membuat Rey mendadak gugup luar biasa, jantung nya tiba-tiba saja berdegup sangat kencang.

Ini aneh sekali!

Mendapati Anya yang ternyata tidak terjaga, ia menghela nafas lega, kemudian melangkah ke arah jendela dan menutup hordengnya rapat-rapat. 

Gadis itu pun berhenti menggeliat dan kembali tidur dengan tenang. Tanpa sengaja Rey menatap bagian teratas kancing piyama yang di kenakanAnya  terbuka satu, darahnya tiba-tiba berdesir. Reaksinya sangat besar hingga ia merasakan sesuatu yang bangkit di bagian bawahnya. 

Sial!

Pekiknya sembari sekuat tenaga menahan diri. Lalu dengan tangan gemetar ia bermaksud hendak menyelimuti tubuh gadis itu agar ia tidak lagi tergoda.

Sialnya, Anya malah membuka mata dan melihat seolah dirinya sedang ada di atas tubuhnya. 

Sontak gadis itu pun berteriak. "Aaa...!!" Anya bangkit dan memundurkan tubuhnya hingga terantuk kepala ranjang, sambil memasang sikap waspada ia berkata. "A-apa yang anda lakukan, dasar mesum!" Umpatnya kesal meski di liputi rasa ketakutan.

"Apa kau bilang? Coba ulangi sekali lagi!" Rey tampak naik pitam dan membuat Anya semakin ketakutan.

"Kau mesum!" Ulang Anya dengan bibir gemetar.

Rey tak bisa berpikir jernih lagi kali ini, berani-beraninya gadis itu mengatakan itu padanya. 

"Kalo aku mesum kenapa? Kau mau tahu seberapa mesumnya aku?" Tantang Rey sembari mendekat ke arahnya.

Tiba-tiba tenggorokan Anya menjadi sangat kering, ia tak sanggup berkata-kata. Pria itu makin mendekat ke arahnya. "Kau... Ma-mau apa?" Ujarnya dengan suara tercekat di tenggorokan. 

Melihat Anya ketakutan di bawah tatapan mata dinginnya, Rey seolah-olah malah menikmatinya.  Gadis itu benar-benar seperti mainan, mata bulat nya terlihat lucu sekali. Rey merasa pernah melihat mainan seperti itu. Ia mencoba mengingat-ingat.

Ya... Benar, gadis itu seperti boneka Barbie!

"Tadi suaramu sangat lantang, kenapa kini berubah ketakutan?" Goda Rey dengan seringai jahat nya, telunjuknya perlahan sudah bergerak menelusuri wajah Anya dan terhenti di bibir ranumnya, ia mengusapnya dengan lembut menggunakan ibu jarinya. Ia merasa tak tahan untuk tidak menikamtinta lagi. Layaknya candu, ia ingin mencicipinya lagi. 

Aughh!!

Rey memekik keras saat tiba-tiba Anya menggigit ibu jarinya. "Dasar gadis aneh!" Umpatnya kesal, "Beraninya kau melakukan ini padaku! Kau harus ganti rugi!" Teriak Rey sembari berdiri dari duduknya. Tatapan matanya berapi-api. 

"Kau telah melakukan pemerasan pada anak kecil, bagaimana bisa kau meminta ganti rugi padaku, padahal kau tahu aku tak punya uang sepeserpun!" 

Gadis itu tidak bodoh rupanya, Rey mendengus dan memikirkan cara lain agar gadis itu mau menurutinya tanpa ia harus menurunkan harga dirinya. 

"Kalo kau mau tidur denganku, aku akan memberimu uang, dan uangnya bisa kau gunakan untuk mengganti rugi, bagaimana?"

"Hah... Kalo aku tidak mau bagaimana?"

"Aku akan mengugatmu agar kamu di masukkan dalam penjara!"

"Atas tuduhan apa?" Anya masih belum ingin menyerah.

"Penganiyaan!" 

"Apa?" Mata Anya membulat lebar, pria di hadapannya ini benar-benar sudah gila rupanya. Bukan kah dia yang harusnya masuk ke dalam penjara karena telah melakukan pelecehan terhadapnya. 

"Aku tidak mau! Silahkan saja laporkan aku ke polisi, aku tidak takut, lebih baik di penjara daripada harus di paksa melayani napsumu!"

Rey terperangah, padahal ia berpikir ia hampir saja menang tadi. Tidak di sangka gadis itu benar-benar kerasa kepala. 

"Baiklah, kalo itu maumu!" Gertak Rey sembari mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya. 

Mau apa dia?

Apa dia benar-benar akan menghubungi polisi?

Apa dia bercanda? 

"Tunggu!" 

BERSAMBUNG.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status