*** Jumat pagi, Narnia yang masih di sekolah. Ia mengikuti berapa pelajaran sampai siang hari. Jam menunjukkan jam 1 siang, Narnia memutuskan bergegas mandi dan memilih baju kadar apanya untuk di bawa ke Jakarta Lala yang tidak sabaran, berapa kali mengirimkan Narnia pesan untuk memastikan Narnia benar-benar akan datang atau tidak. Karena ia tidak ingin usahanya gagal total dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. “Jadi kok,” balas Narnia yang kini berjalan memasuki dalam pesawat di bandung menuju ke Jakarta yang merupakan transportasi tercepat. “Hati-hati di jalan, ibu sudah di bandara menunggu kedatangamu. jika sudah sampai, segera kabarin ibu. Biar kecemasan ibu berkurang,” balas Lala dengan suara super bahagianya yang di buat-buat. “Iya,” balas Narnia yang mengakhiri pembicaraan. Ketika ia akan memasukkan kopernya ke atas bagasi di atas kepalanya. Karena Narnia agak pendek, sehingga susah untuk mencapai bagasi tersebut. Seorang pria dengan wajah masam dan menggunakan ka
“Cepat gunting sprainya,” ucap Adam yang membuyarkan lamunan Herman. Herman melihat ke arah Adam yang sedanng berdiri di depannya. Seolah tau apa yang akan di tanyakan oleh ayahnya, Adam mulai terkekeh. “Aku sudah membereskan kamarnya seperti sedia kala dan jangan lupa transfer ke rekeningku!” ucap Adam yang langsung pamit dari hadapan Herman dan tidak ada niat untuk menginap di rumah. setelah mendapatkan apa yang ia inginkan malam ini. Herman menatapi kepergian Adam, kemudian langsung mengambil gunting di laci untuk memotong sprai yang ada berapa bagian yang basah bercampur noda merah yang seperti kelopak bunga mawar. Sisa pemotongan sprai, langsung di bakar oleh Herman di tempat pembuangan sampah. Sedangkan Lala menyiapkan kuah panas mendidih di salah satu panci bakso berukuran besar. Melihat jam sudah jam 2 malam dan sesuai instruksi dari dukun Joko. Herman manaruh kain basah berserta kain segitiga yang sudah di sobek ke dalam panci bakso dan memasaknya di atas kompor selama s
Pria itu menaikkan kecepatan hentakkan semakin kuat dan kasar. Kedua tangan kasar pria itu memainkan kedua buah kembar NArnia yang bergantung dengan remasan dan menarik ujungnya dengan jemari. untuk semakin memberikan rangsangan untuk Narnia yang kini menikmati persetubuhan. "Gila, ini benar-benar terjadi? Bagaimana bisa," batin Narnia bertanya-tanya dalam hati. karena hayalannya menjadi kenyataan. Untuk membuktikan hayalannya, Narnia berhayal. Bagaimana jika hentakkan selanjutnya menembus rahimnya kembali. Hentakkan pria di belakang semakin kuat. Satu tangannya menarik rambut belakang Narnia dan satu tangan tangannya memasukkan satu obat ke dalam mulut Narnia. Saat Narnia mendesah dengan mulut terbuka. Hentakkan terakhir menembus bibir rahim. Jeritan kesakitan dan pil obat tertelan oleh Narnia secara bersamaan. "Sakit," pekik Narnia kesakitan saat merasakan barang keras tidak bergerak lagi di dalam tubuhnya. Pria itu tersenyum jahat,
Herman sampai ke tempat dagannya pada pukul 11 siang dan papan di tulis tutup di depan pintu kaca dengan alasan barang dagangan sudah habis terjual. Sebenarnya bukan habis, tapi mereka harus menyiapkan oderan antrian yang berjumlah 200 orang itu. Para pelayan yang memasak dan membungkus, sedangkan Herman sibuk menghubungi nomor pemilik antrian. "Pak, kuahnya hampir habis?" lapor seorang pelayan. Herman menghela nafas panjang dengan tatapan ke arah wajah pelayan tersebut. "Kamu masak saja dengan mencampurkan ke kuah lama yang sudah dingin. Caranya tahu kan?" tanya Herman ramah. seolah-olah ia telah membocorkan resep cara memasak kuah bakso kepada para pekerjanya. "Iya pak," balas pekerja itu yang langsung semangat untuk mengasah kemampuannya. "Ayo semangat, nanti saya kasih kalian bonus besar. Setelah selesai kan 200 oderan ini! Langsung ambil hari ini bonusnya," ucap Herman dengan sikap ramah. Yang memancing semangat para pelayan agar
"Mau..." balas Narnia dengan nada suara pelan. "Bagus kalau gitu," ucap Ardi yang tidak sabaran dan meletakkan buku tersebut di atas nakas. Narnia memejamkan kedua mata dan menaikkan kaos depannya. Memperlihatkan kedua buah kembarnya yang putih berisi di hadapan Ardi. Ia sungguh tidak rela, buah dadanya di jamah oleh Ardi yang sangat ia benci. Jakun Ardi naik turun, bawahnya juga terasa sungguh sesak. Kedua telapak tangannya meremas dan mencengkeram kedua buah kembar Narnia yang semakin besar. Ardi masih ingat, terakhir ia meremas kedua buah kembar Narnia. Saat mereka masih di Bandung dalam rangka pramuka antar sekolah Jakarta dengan Bandung. Narnia tidak berani bersuara, ia mengigit kaos depan dengan gigitan kuat dan kedua tangan menutup wajahnya yang sudah memanas. Akibat ulah Ardi yang masih memainkan kedua buah kembarnya dengan remasan dan mengoda puncak dadanya. Ardi menempatkan bibirnya di salah satu buah dada Narnia. Ia melahapnya dan m
Tidak puas hanya mengoda dalaman cela inti tubuh Narnia. Ardi mengigit kuat bagian kecil dan lunak milik Narnia. Membuat Narnia merninggis dan nikmat di waktu yang bersamaan. Desahan bercampur nada frustrasi semakin lolos dari bibir Narnia, karena siksaan Ardi yang semakin menyiksanya secara pelahan-lahan dan mematikan. Narnia ingin menggosok kbajian lunaknya dengan tangan sendiri, entah kenapa Narnia kini terlihat tidak sabaran ingin mendapatkan orgasmenya. tapi hal itu di cegah oleh Ardi dengan menepis tangan Narnia dan mengurungnya ke atas. Kemudian, Ardi langsung menggigit perlahan bibir Narnia lalu mengecupnya turun ke leher Narnia. Kemudian, sampai ke puncak bah kembar dan menghisapnya secara bergantian. desahan demi desahan sering lolos dari bibir Narnia yang bergetar menahan gairah yang di berikan oleh Ardi untuknya. "Tahan kedua tangan mu di atas kepalamu jangan pernah menyentuh dirimu sendiri,” perintah Ardi yang kembali
"Cukup, setidaknya untuk persediaan besok!" balas Lala yang masa bodoh. Ardi mengamati kepergia ibunya dengan sikap datar. Terlibat dalam ritual persugihan, Memang bukan hanya di lakukan ketiga keluarganya. Melainkan dirinya juga. Ardi tidak ingin kalah dari Adam. Yang bisa sukses dan tinggal sendirian di apertement mewah. Pulang hanya sesekali, itu pun untuk menyentuh Nardia. Tapi Ardi tidak terlibat dengan dukun Joko. Ia hanya memafaatkan celah kesempatan yang ada untuk bisa sukses tanpa menggunakan ilmu gaib atau sebagainya. "Cih, aku akan setingkat dengan mu!" gumam Ardi pelan yang siap menyentuh Narnia selama berapa ronde malam ini. Jam 2 siang, Lala sampai ke toko milik herman. Para karyawan yang mendapatkan bonus. Banyak yang pergi dan ada berapa yang membantu Herman untuk beres-beres. Seperti mencuci panci dan berapa peralatan masak. Piring disusun di mobil pick up. Tepatnya. Herman pergi kerja dengan menggunakan mobil pi
Gadis berlia itu kemudian tersipu malu dan menjawab pertanyaan Adam."16 tahun," jawab Tia sambil merilekskan badan untuk mempersilahkan kepada pria di depannya untuk lanjut melakukan apa yang di inginkan oleh pria itu.Muda sekali, pikir Adam yang kini sudah duduk di bangku Sma kelas 3.Kemolekan tubuh Tia benar-benar mantap, apalagi wajahnya begitu cantik mengemaskan.Rudal panas lelaki normal jelas langsung bangkit. Kalau melihat Tia terbaring seperti itu.Topeng kulit berwajah joker di pasang. Adam perlahan-lahan merangkak sampai rudal panasnya berada di di atas inti yang pink merekah.Rudal yang tegak itu masuk ke dalam tubuh Tia yang rapat dan menjepit erat.Adam tersenyum puas. Misinya merobek para perawan sepertinya selalu berhasil. Seperti ia mengambil malam pertama Narnia dan para wanita lainnya.Memikirkan bagaimana nasib Narnia yang tergila-gila padanya. Adam tidak perduli, ia akan menikmati Narnia setelah ia sudah