Share

Chapter 5

Tempat ini, benar-benar terlihat asing. Sekarang aku merasa sedang berada di dalam hotel.

"Semoga saja ini memang sebuah hotel."

Lampu merah bertuliskan Exit sangat mencolok dan menarik perhatian ku, sepertinya jalanku untuk keluar dari tempat ini tidak terlalu sulit. Yah, aku terlalu naif jika tidak mengakui apa yang sudah terjadi sebelumnya.

Aku hanya perlu berjalan menelusuri lorong ini, tanpa harus memegang setiap gagang pintu kamar yang aku lewati.

"Aku mencoba tidak membangkitkan atau membuat suara yang gaduh."

Semakin lama aku berjalan, pencahayaan dari lorongnya semakin meredup. Ini mulai membuat ku tidak nyaman.

Sekarang aku merasa semakin panik, pikiran ku mulai kacau. Aku melihat kebelakang atau ke depan, semuanya terlihat sama.

Tidak ada belokan, hanya lorong yang lurus dengan cahaya redup ini. Nafasku mulai berat dan aku sempat beberapa kali mulai berimajinasi, seorang wanita menembus tembok atau bahkan sesuatu yang mengerikan.

"Dasar imajinasi terkutuk!" Pikiranku kesal.

Aku sudah tidak dapat memikirkan sesuatu yang menenangkan, sekarang aku sudah terlalu mengikuti pola lorong yang menyeramkan.

(Tck-Tck-Tck)

Sekarang suara aneh mulai terdengar dari belakang ku, saat aku menengok rupanya sumber suara berasal dari bohlam lampu yang berkedip.

Tanda akan mati sewaktu-waktu, tanda jika boneka beruang itu ada disini. Ya kan?

(Stash)

Bohlam itu pecah dan secara berderet menuju ketempat ku berdiri saat ini, tanpa pikir panjang aku berlari kearah sebaliknya dengan kecepatan tinggi dan berusaha untuk tetap berada dibawah cahaya.

"Arggg...."

Dari belakang, suara lampu pecah itu semakin mendekat. Sedangkan didepan, aku melihat sebuah pintu kamar yang terbuka.

Untuk menghindari kegelapan dan pecahan kaca dari bohlam lampu, aku memutuskan untuk masuk ke pintu itu dan menutupnya rapat-rapat.

"A-A-APA!"

Bukankah ini adalah lorong yang aku lewati tadi?

Mu--mustahil, ke-kenapa bisa.

Tanganku sedikit bergetar saat menerima kenyataan ini, sekarang kepalaku benar-benar dibanjiri oleh pertanyaan-pertanyaan konyol.

Apa aku akan terjebak di dalam lorong ini selamanya?

Apa ini tidak nyata?

Apa yang sebenarnya terjadi?

Bahkan aku tidak dapat menjawab semua pertanyaan itu semuanya.

"Eh!" Kata ku terkejut.

Saat menyentuh tembok, rupanya aku dari tadi berjalan sambil melamun. Membuat fokus ku menjadi lebih buruk, disaat ini lebih baik aku berpikir jika.

"Semua akan baik-baik saja."

Sekarang aku mulai penasaran dengan setiap pintu kamar yang aku lewati, sepertinya masuk kedalam salah satu kamar sekali-kali tidak akan menimbulkan masalah.

Baiklah, sekarang aku sudah berdiri disebuah pintu kamar dan mengarahkan tanganku tepat didepan gagang pintu.

(Tok! TOk! TOK!)

Ada seseorang yang mengetuk dari dalam pintu.

Kemudian gagang pintunya mulai bergerak dan secara refleks aku memegang gagang pintunya untuk menahannya.

(KREKKK)

Pintu itu tiba-tiba terbuka saat aku mencoba menahannya dan mendorongnya, rupanya pintunya dibuka kedalam. Karena mendorongnya, justru akulah yang telah membuka pintunya.

Saat melihat sekeliling tidak ada apa-apa, kecuali sebuah lorong yang lumayan sempit dengan cat putih dan terlihat ada sebuah pintu putih di kejauhan.

Diatas ada tanda bertuliskan Exit berwarna merah yang menyala.

"Aku tidak tau, aku harus senang atau tidak."

Kemudian aku mendekati pintu itu dan secara perlahan melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada apa-apa disekitar tempat ini.

Kemudian aku dengan perlahan meraih ganggang pintu itu dan membukanya, aku mencoba melihat secara jelas apa yang ada dibalik pintu saat terbuka.

"Tangga darurat?"

Tangga yang biasanya digunakan untuk keadaan darurat dan sekarang aku berada ditengahnya, dengan lampu yang berkedip-kedip berwarna putih.

Aku bingung harus menuju keatas atau kebawah sekarang.

Kemudian aku melihat ke sela-sela tangga, melihat kearah bawah dan di sana terlihat cukup gelap nan kelam.

"Jauh sekali." Gumam Ku.

Sepertinya aku harus menuju keatas dan mulai menaiki tangga sedikit demi sedikit.

Sambil berjalan, aku mengeluarkan Walkie Talkie dari dalam saku celana dan menyalakannya.

Beruntung, sebelumnya aku mendapatkan ini dari dalam perut boneka beruang.

Walau terkesan seram, aku masih bingung siapa yang selalu memberikan petunjuk. Kadang aku juga teringat tentang ruangan CCTV, aku curiga jika ada yang menonton dari kamera.

"Cih!"

Sekarang aku memutar tombol di Walkie Talkie, mencari frekuensi yang tepat. Berharap ada yang dapat dihubungi.

"Jadi ini adalah hal paling absurb yang pernah aku lakukan, memutar-mutarnya."

Tidak ada suara dan sebagian frekuensi yang aku lewati hanya menimbulkan suara yang amat tidak jelas, kupikir orang-orang tidak ada yang menggunakan alat komunikasi seperti ini.

Kemudian, semakin lama aku berjalan di tangga. Semakin lama itu juga aku tidak menemukan pintu keluar, tangga ini benar-benar seperti tidak ada habisnya.

Nyatanya, tenagaku pasti ada habisnya. Aku sudah sedikit muak dengan tangga ini dan memutuskan untuk duduk di tangga sembari memulihkan tenaga.

*Ha-Halo? Apa ada orang?*

Demikian suara merdu seorang perempuan keluar dari Walkie Talkie yang aku bawa.

"Hei... Emm... Maksudnya aku adalah orang," kata ku membalas pesan dan merasa malu karena kata-kata yang aku gunakan sedikit aneh.

"Ah, syukurlah aku masih bisa menemukan orang yang bertahan. Jadi kamu bertahan di kota apa? Apa disana baik-baik saja?" Tanyanya dengan penuh semangat.

"Well, aku terbangun disebuah ruangan gila dan tidak ingat apa-apa. Sekarang aku malah seperti mendapatkan telfon dari pihak bank yang akan mengajukan pinjaman saja," jawab ku meledek.

"Haha, kau lucu bisa mengatakan bahwa aku itu dari bank yang mengajukan persyaratan pinjaman. Baiklah maafkan aku, seharusnya aku mengenalkan diri terlebih dahulu. Intinya nama ku adalah Rachel dan untuk umur ku adalah 19 tahun, saat ini bersama beberapa orang aku sedang bertahan di sebuah gedung kepolisian Jakarta. Jadi tuan, siapa namamu?" Jelasnya.

Sialan, entah kenapa aku jadi senyum-senyum sendiri saat mendengar penjelasannya.

"Emmmmmm..... Sebenarnya aku lupa siapa nama ku dan bahkan aku terbangun ditempat yang sama sekali tidak aku ketahui," jawab ku.

"Apa kau coba berbohong disini?" Katanya dengan nada yang meninggi.

"Eh, aku menjawab serius dan sekarang aku terjebak disebuah... Sebuah tempat, entahlah tempat apa ini,"

"Baiklah tuan pembohong, aku akan mempercayai kata-kata mu itu."

Sekarang kata-katanya membuat ku agak kesal.

"Sepertinya aku tidak sedang berada dipermukaan, sepertinya aku sedang berada dibawah tanah, mungkin bungker atau sejenisnya."

"Hah? Serius? Kau ada di bungker? Apakah masih banyak yang bertahan? Maksudku yang hidup disana."

Pertanyaannya itu membuat otakku berpikir keras dan secara tiba-tiba aku terpikir bagaimana jika ditempat ini masih ada orang yang selamat.

"Ada, aku dan... Beberapa hal. Masih hidup di tempat ini," jawab ku.

"Beberapa hal?"

*TRENG!*

Tiba-tiba bunyi sebuah besi terdengar cukup nyaring dari bawah tangga, seperti cukup jauh dibawah.

Kemudian suara itu berubah menjadi sebuah rantai besi yang diseret, karena suara itu nyaring, membuat aku bingung sumber suara itu.

"Aku akan menghubungi mu lagi Rachel."

Kemudian aku mematikan dan menyimpan Walkie Talkie kedalam saku celana, setelah itu mulai melangkah menaiki tangga ini.

*SRENG!!*

Suara itu masih terdengar cukup keras, tempat ini dipenuhi oleh suara itu. Membuat ku tidak dapat berpikir jernih.

"Siapapun itu! Aku tidak takut!" Teriak ku dengan niat menakuti balik.

Suara ku cukup kencang dan bergema di sini, tidak lama setelah itu suara besi yang diseret itu menghilang.

"Huh."

*Hi-Hi-Hi*

Terdengar suara rintihan tawa seorang perempuan yang terdengar lemah dan kemudian berubah menjadi suara yang paling aku takutkan.

*TAK! TAK! TAK! TAK! TAK!*

Setelah mendengar itu, aku langsung berlari dengan sekuat tenaga. Sambil berharap itu bukanlah wanita yang merangkak di atap.

Suara itu terdengar dari bawah dan semakin membesar.

"Sialan!!!! Aku kalah cepat."

Setelah itu aku menemukan sebuah pintu dan langsung bergegas masuk kedalam, setelah aku berada di dalam terlihat lorong.

Tempat yang sama.

*Yo! Jika kau berhenti berlari, maka kau akan mati!*

Suara itu terdengar dari speaker yang terpasang di atas, membuatku sadar bahwa sedang diawasi.

Kini aku malah fokus melihat keatas dan mencari kamera pengintai, sebelum akhirnya sadar jika di belakangku ada sesuatu.

*LARI!*

Tanpa pikir panjang aku berlari tanpa berani mengintip kebelakang dan dengan kecepatan tinggi di depan aku menemukan sebuah pertigaan lorong.

*Belok kiri!*

Mendengar kata itu, aku mengikuti kata-katanya dan memutuskan mengambil arah kiri dan tetap berlari.

Kini nafasku mulai tidak beraturan dan dengan terpaksa masih meneruskan berlari.

*Kiri!*

Setelah mengambil arah kiri lagi, aku berpikir bagaimana jika aku hanya berputar-putar saja.

Kini aku akan mengambil arah kanan, mencoba tidak mengikuti arahan suara seorang pria di speaker.

Kemudian pertigaan lorong terlihat lagi dan aku tau harus berlari kemana.

*K-I-R-I-!* Teriaknya.

Tanpa mempedulikan kata-kata itu, aku mengambil arah sebaliknya. Yaitu kanan.

"Eh?" Kata Ku terkejut saat tau bahwa aku terjun ketempat yang amat sangat gelap.

Waktu menjadi sedikit melambat disini, aku tidak tau kenapa. Andai saja aku mengikuti kata-kata tadi dari pada mengambil inisiatif sendiri.

*BRUKK!!!*

Aku tidak tau apa yang terjadi.

Aku mendarat sangat keras kebawah.

Aku tidak dapat merasakan apa-apa dengan hanya melihat kegelapan ini.

Dengan samar aku dapat melihat sekilas, dalam posisi tiduran dan sedang diseret. Aku melewati beberapa ruangan yang di mana aku secara sekilas melihat orang-orang digantung.

Aku tidak dapat bergerak dan hanya dapat melihat sekilas. Kesimpulannya adalah aku sedang diseret oleh sesuatu, tapi aku tidak tau apa yang menyeretku.

Kini, warna hitam menyelimutiku lagi dan aku tidak tau apa yang terjadi.

*Ho- Me-na-rik.*

*Hi- Hi- Hi-*

*Sreng.... Sreng.... Sreng....*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status