Share

Peringatan Pertama

"Pagi Alena."

Nama wanita itu langsung menjadi buah bibir di kantor. Kecantikan juga penampilan yang cukup glamour membuat banyak laki-laki tergoda. Apalagi dengan status janda kembang yang melekat pada dirinya.

"Pagi," jawabnya ramah.

Bisik-bisik akan kembali terdengar. Sebagian wanita penghuni gedung ini ada yang merasa iri, tapi juga ada yang mendekati karena ingin berteman. Respons yang diberikan Alena? Cuek. Dia masih beradaptasi dan memantau, siapa yang benar-benar pantas dijadikan teman atau hanya sekadar sapa.

"Hai, Len."

Wanita itu menoleh dan mendapati Adam sedang berdiri di belakangnya sama-sama mengantre di depan mesin absen. 

"Pagi."

"Beruntung banget aku hari ini. Bisa menyaksikan pemandangan indah dari belakang."

Kata-kata Adam itu telinganya menjadi panas. Hari ini dia memang memakai rok selutut tapi pas di badan, sehingga bagian belakang tubuhnya yang seksi tercetak jelas. 

Alena mengabaikan ucapan laki-laki itu, hingga bunyi siulan terdengar nyaring. Ketika dia menoleh, Adam kedapatan sedang berkeliaran menatapnya. 

"Apa sih mau kamu?" Dia bertanya sambil menahan emosi. 

"Sensi banget, Non. PMS?" 

"Jangan bicara sembarangan!" katanya sedikit mengancam. 

Adam terbelalak mendengar itu. Tak hanya tubuhnya yang semakin berisi, ternyata Alena juga semakin galak. Beberapa pasang mata menatap mereka dengan heran. Baru kali ini ada karyawan baru yang berani membentak manager personalia. 

"Kamu mau saya kasih surat peringatan karena attitude yang kurang baik?" ancam Adam balik, yang membuat Alena semakin geram.

"Bapak mau saya laporkan ke komnas perempuan karena pelecehan?" ucap Alena tak mau kalah. Lalu dia meletakkan telunjuk dengan cepat di finger print.

Bruk!

Wanita itu sengaja menyenggol bahu Adam dengan keras saat hendak pergi. Ingin rasanya menjambak rambut laki-laki itu atau meremas mulutnya yang kurang sopan santun.

"Wow. Singa betina." Laki-laki itu benar-benar kaget mengusap bahunya yang terasa sedikit ngilu.

Ada beberapa orang yang tertawa melihat kejadian itu. Ketika Adam menatap satu-persatu pelakunya, mereka berpura-pura menoleh ke arah lain. 

"Yang ngetawain saya nanti dapat SP 1," katanya sambil melotot ke arah yang lain.

Adam berjalan menuju lift sambil menghentakkan kaki. Double kesal setelah disemprot oleh Alena dan ditertawai sebagian karyawan. Dia bahkan tak menjawab sapaan saat bertemu beberapa orang. 

"Kamu digombalin Pak Adam ya, Len?" tanya salah satu karyawan saat dia meletakkan tas di meja duduk di tempatnya. 

"Iya. Kok tau?" tanya Alena sedikit kaget.

"Ada yang cerita tadi."

"Oh." Hanya itu jawabnya. 

"Pak Adam memang begitu. Suka iseng kalau ada karyawan cantik. Kali ini kamu yang kena."

"Masa'?" Dahi Alena berkerut mendengarnya. 

Selama mereka menikah dulu, Adam termasuk suami yang alim dan jarang melirik wanita lain. Laki-laki itu tipe setia, hanya saja suka mengatur. Itu yang dia tidak suka. 

"Iya. Maklum aja sih, ganteng terus tajir. Duda lagi."

What? Alena semakin tak percaya mendengarnya. Kalau begini dia harus hati-hati berbicara. Ada banyak biang gosip di kantor ini.

"Bukannya Pak Adam sudah punya pacar?"

"Iya punya. Tapi tetap aja ganjennya kumat."

"Emang pacarnya siapa, sih?" tanya Alena penasaran. Dia pernah bertemu dengan kekasih Adam saat interview terakhir, saat wanita itu dengan santainya duduk di pangkuan mantan suaminya itu. 

"Loh, kamu belum tau? Tunangan Pak Adam itu kan anaknya dirut perusahaan ini. Mbak Cintia, model sekaligus designer." Karyawan itu memberikan penjelasan.

Dalam hati Alena bergumam. Pantas saja cantik begitu. Baju dan tas yang dipakainya keluaran brand ternama. Alena tahu dengan pasti karena dia memiliki satu dengan merek yang sama, dan dia yakin wanita yang bernama Cintia itu memiliki lebih dari satu. Itu berarti ... dia kalah saing.

"Oh. Aku mau lanjut kerja kalau gitu," katanya tak mau terlalu menanggapi. Ada CCTV yang memantau kegiatan mereka. Bisa bahaya jika sampai ketahuan dan dapat peringatan. 

Hingga makan siang tiba, Alena demgan santainya berjalan menuju cafetaria. Tidak ada Adam di sana. Jadi dia bersyukur. Namun, kumbang-kumbang yang lain berdatangan. Beberapa orang tanpa sungkan duduk didekatnya, bahkan ada juga yang mengambil kursi dari meja lain dan ikut nimbrung.

"Alen. Kamu dipanggil ke ruangan manager personalia sekarang," kata karyawan yang tadi saat dia kembali ke ruangan setelah makan siang. 

"Ada apa, ya?"

"Kurang tau. Sana cepat. Nanti Pak Adam ngamuk. Dia galak kalau lagi kumat."

Alena langsung ke luar ruangan dan berjalan menuju ruangan paling ujung dari lantai ini. Tiba di sebuah pintu yang bertuliskan nama Adam Pratama.

"Saya dipanggil Bapak," kata Alena kepada seorang gadis cantik yang berstatus sebagai sekretaris laki-laki itu. 

"Masuk saja, Bu Alena. Sudah ditunggu dari tadi," katanya.

Alena menarik napas panjang dan menetralkan detak jantung. Semoga Adam tak berulah. Dia masih berstatus karyawan percobaan selama tiga bulan di sini. 

"Permisi, Pak." Dia mengetuk pintu sebelum masuk.

"Duduk, Len," kata lelaki itu. Matanya masih fokus menatap layar di depan dan mengetikkan sesuatu. 

Wanita itu menarik kursi dan memilih diam, masih menunggu hingga lima belas menit ke depan. Adam terlihat sibuk mengerjakan sesuatu. Lalu mengapa malah memanggilnya sekarang jika memang masih banyak pekerjaan? Dasar aneh.

"Oke udah selesai," kata laki-laki itu bergumam.

"Ada apa, Pak?"

"Mas Adam, Len. Mas Adam," katanya jahil. 

"Ini di kantor. Kamu jangan banyak tingkah, deh," kata Alena sebal.

"Justru kamu yang bertingkah makanya aku panggil ke sini," kata Adam tak mau kalah. 

"Memangnya aku salah apa Mas Adam?" tanyanya dengan menahan emosi, saat laki-laki itu melipat kedua lengan di dada dan bersandar di kursi sambil menatapnya intens. 

"Kamu mengobrol saat jam kerja. Itu terlihat di CCTV," jelas Adam. 

"Ada yang ngajakin aku gosip," jawab Alena santai. 

"Sikap seperti itu tidak dibenarkan. Apalagi sebagai karyawan baru, kamu harusnya pandai menempatkan diri." 

"Tapi yang digosipkan itu salah satu orang penting di kantor ini," pancing Alena. 

"Siapa memangnya?" tanya Adam penasaran. 

"Manager personalia."

Adam mengumpat dan membuat wanita itu mengulum senyum.

"Kamu aku kasih peringatan supaya tidak mengulangi," kata Adam serius.

"Terus, yang ngajakin aku gosip gak dapat peringatan juga?"

"Dia karyawan senior. Kamu masih baru."

"Oh, jadi ada pembedaan?" Nada suaranya sedikit meninggi karena merasa tak terima. 

"Kamu masih masa probation, Len."

"Oke. Udah selesai, Pak?"

"Udah. Eh tapi memangnya tadi kalian bicara apa soal manger personalia?" Adam bertanya karena penasaran.

"Mau tau?"

"Ya iyalah. Yang diomongin aku."

"Oh, itu katanya manager personalia di kantor ini ganjen. Suka godain cewek cantik padahal udah punya tunangan seorang model sekaligus designer."

Wajah Adam merah padam mendengarnya. Biasanya dia akan cuek menanggapi omongan apa pun di belakangnya. Namun, karena ini melibatkan Alena, dia menjadi tersinggung.

"Aku memang ganjen, Len. Normal kalau laki-laki suka ngeliat cewek cantik dan seksi," jawabnya.

"Itu terserah kamu. Asal bukan aku yang jadi korban."

"Sayangnya kamu termasuk salah satunya. Pinggul kamu emang sek--"

"Cukup!" Bentak Alena. 

"Lagian aku memang mesum kok dari dulu. Kamu kan udah pernah ngerasain," ucapanya sambil melirik wajah sang mantan istri.

Alena mengucap istigfar dalam hati. "Bisa gak kamu jangan ungkit itu lagi?"

"Gak bisa, Len. Tiap kali ngeliat kamu langsung kebayang," kerlingnya. 

"Kalau gitu aku salah masuk ke perusahaan ini." Wanita itu berdiri dan hendak keluar ruangan saat Adam mengatakan sesuatu hal yang membuatnya semakin geram. 

"Ingat, Len. Sebelum masa probation selesai, baiknya kamu bersikap manis sedikit. Aku bisa aja gak lolosin kamu sebagai karyawan tetap," lanjutnya. Adam merasa penasaran atas reaksi wanita itu jika dia sedikit mengancam. 

"Terserah!"

Pintu ruangan dibanting dengan kasar. Adam tergelak setelah mengatakan hal itu. Entah mengapa dia jadi ingin mempersulit Alena, hingga memohon-mohon kepadanya. Seperti dulu, saat dia memohon agar jangan diceraikan. 


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status