"Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, maka hari ini kita dapat menghadiri acara aqiqah adik Aksa Adyatama bin Adam Al-Kautsar. Untuk itu marilah kita ...."
Semua orang begitu khidmat mengikuti setiap rangkaian acara, mulai dari pembacaan ayat suci Al Qur'an, sambutan tuan rumah, pencukuran rambut serta doa penutup.
Setelah semua selesai, tamu-tamu yang lain mulai berdatangan dan mencicipi hidangan. Adam memotong dua ekor kambing untuk putranya di usia ke dua puluh hari, juga mengundang hampir semua kenalan. Mereka ingin berbagi kebahagiaan dan memperkenalkan sang buah hati.
Alena sendiri sejak siang
Hai. Terima kasih telah membaca cerita ini. Adam & Alena akan segera dicetak buku. Untuk yang berminat bisa japri saya di nomor 081257824792. Jangan lupa baca ceritaku yang lain: Pengantin Pengganti dan Iddah, ya!
Cintia memasuki kantor dengan santai. Sebagai salah satu pemegang saham, kini dia mendapatkan hak untuk mengunjungi perusahaan saat meeting tertentu. Dia juga diberikan ruangan tersendiri karena status sebagai anak direktur utama."Pagi Pak Dirut," sapanya saat memasuki ruangan papanya. Gadis itu langsung duduk di sofa sembari mengambil air mineral yang terletak di meja."Kamu gak kerja?""Lagi off pemotretan. Aku pengen lihat-lihat suasana kantor," jawabnya."Udah gak ada Adam lagi di sini. Apa yang mau kamu lihat? Biasanya kamu datang kan cuma buat ngelepas kangen sama dia," kata papanya. Laki-laki itu meletakkan mouse dan duduk di samping putrinya."Aku gak cari dia kok, Pa. Kan aku sendiri yang mau dia keluar dari kantor ini," jelas Cintia santai."Tapi papa tau hati kamu juga gak tega. Kamu benci tapi masih cinta."Cintia tersentak dengan wajah merona. Apa yang diucapkan papanya langsung mengena ke dalam h
"Kamu?" Alena terbelalak saat melihat siapa laki-laki yang duduk di kursi manager yang akan dia temui hari ini. Matanya belum rabun. Sekalipun sudah lama tak bertemu, dia yakin itu Adam, mantan suaminya. "Hai Alen. How are you today?" Adam tersenyum saat melihat wajah cantik itu terlihat kaget. Alena membuang wajah ke samping dan menarik napas dalam kemudian mengukir senyum ... terpaksa. "Selamat pagi, Pak." "Jangan terlalu formal. Apalagi sama orang yang pernah tidur seranjang." Wanita itu mengumpat dalam hati. Ingin rasanya dia meremas mulut seksi dihadapannya karena mengucapkan kata-kata itu. Seksi? Ah, sia ... lagi-lagi dia mengumpat. "Oke. Pagi Adam." "Duduk, Len. Santai. Ini cuma interview biasa. Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan umum." Adam menunjuk kursi di depannya. Alena menarik kursi itu dan duduk dengan pelan, berusaha untuk tetap tenang padahal dalam hati berdebar kencang. Bagaimana jika Adam masih dendam dan tak meloloskannya sebagai karyawan di perusahaa
Alena menepuk-nepuk sponge bedak supaya menempel dengan rata. Membalurkan blush on agar wajahnya terlihat lebih segar, juga lipstik merah menyala yang begitu kontras dengan kulit putihnya. Jangan lupakan semprotan parfum yang akan membuatnya wangi sepanjang hari.Sebelum benar-benar berangkat, dia mematut diri sekali lagi di depan cermin. Tangan halusnya mengambil tas di nakas dan segera keluar dari kamar. Jarum jam di tangan menunjukkan angka tujuh kurang lima belas menit. Ini hari pertama bekerja dan dia tak ingin terlambat.Sepatu dengan hak 7 cm terpasang dengan pas pada kakinya. Alena menyalakan mesin mobil dan membawanya dengan kecepatan sedang.Sepanjang jalan dia bersenandung untuk menutupi rasa gugup. Harusnya bisa lebih tenang karena dia sudah di training selama satu minggu. Namun, tetap saja perasaan itu muncul. Rasanya setiap memasuki sebuah perusahaan baru, dia memang sedikit tegang seperti ini."Hai! Karyawan baru?" tanya seora
"Pagi Alena."Nama wanita itu langsung menjadi buah bibir di kantor. Kecantikan juga penampilan yang cukup glamour membuat banyak laki-laki tergoda. Apalagi dengan status janda kembang yang melekat pada dirinya."Pagi," jawabnya ramah.Bisik-bisik akan kembali terdengar. Sebagian wanita penghuni gedung ini ada yang merasa iri, tapi juga ada yang mendekati karena ingin berteman. Respons yang diberikan Alena? Cuek. Dia masih beradaptasi dan memantau, siapa yang benar-benar pantas dijadikan teman atau hanya sekadar sapa."Hai, Len."Wanita itu menoleh dan mendapati Adam sedang berdiri di belakangnya sama-sama mengantre di depan mesin absen."Pagi.""Beruntung banget aku hari ini. Bisa menyaksikan pemandangan indah dari belakang."Kata-kata Adam itu telinganya menjadi panas. Hari ini dia memang memakai rok selutut tapi pas di badan, sehingga bagian belakang tubuhnya yang seksi tercetak jelas.Alena mengabaikan ucapan laki
"Tumben kamu pulang ke rumah."Sindiran papa membuat Alena tersinggung. Wanita itu meletakkan sendok dan mengambil segelas air putih, lalu meneguknya pelan.Hari ini dia libur dan tiba-tiba saja rindu dengan kedua orang tuanya. Lebih tepatnya boleh dibilang rindu akan transferan dari mereka.Sejak dia diterima berkerja, sms banking dari papa jarang muncul. Ada satu kali itu juga nominalnya kecil, hanya cukup untuk makan siang di kantor. Sedangkan dia punya kebutuhan lain yaitu ke salon dan melihat harga diskonan dress terbaru di beberapa butik langganan.Lupakan liburan, tahun ini dia harus mengigit jari melihat teman-temannya yang sedang bersenang-senang ke luar negeri. Alena hanya bisa berdiam diri di apartemen sambil memutar channel favorit yang akan ditontonnya di waktu senggang."Papa kok gitu sama anaknya," sungut Alena."Biasanya memang begitu, kan?" tanya laki-laki paruh baya itu. Dia menarik kursi dan duduk di sebelah putrinya
Dahi Alena berkerut saat melihat ada sebuah undangan di meja kerjanya."Apaan, nih?" Dia bertanya kepada salah satu teman kerja yang duduk di sebelah."Undangan Pak Adam sama Mbak Cintia," jawab temannya itu."Nikahan?" tanya Alena lagi."Bukan. Tunangan.""Bukannya sudah?""Dulu cuma pertemuan keluarga. Kayaknya yang sekarang mau go public."Alena membuka bungkusnya. Seketika bau harum tercium. Undangan dengan design mewah begini pastilah mahal. Terang saja, calon istri baru Adam bukan orang sembarangan. Catat ya, anak direktur perusahaan.Mata cantik itu menelusuri setiap kata yang tertulis, rangkaian huruf yang indah, juga terselip sebuah doa. Tak lupa foto dua orang yang sedang tertawa bahagia.Ah, dia jadi teringat dengan pernikahan mereka dulu. Sama seperti ini, dimana mereka begitu bahagia dan mempersiapkannya secara matang."Nanti kamu pergi sama siapa?" tanya Alena."Belum tau. A
Alena membuka sebuah laci di dalam lemari dan mengeluarkan sebuah box berisi perhiasan, kemudian memilih mana yang akan dia pakai.Rasanya dia ingin menghindar, tapi semua karyawan diwajibkan datang. Pak Dirut ingin menjamu semua karyawan sekaligus meresmikan pertunangan putrinya.Tangan mungil itu mengambil sebuah kalung bermata berlian lalu memakainya. Terlalu penuh dan tidak cocok dengan gaun yang akan dia pakai nanti, lalu dia meletakannya kembali.Kemarin sore, Alena pergi ke butik langganan di salah satu mall. Hampir satu jam melihat, akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah dress berwarna biru selutut dengan lengan panjang. Bordiran cantik di bagian leher itu yang membuatnya jatuh hati.Alena tak mau berpenampilan seksi kali ini. Bahaya kalau sampai Adam menggodanya di depan orang banyak. Di kantor saja laki-laki itu tak tahu malu.Temannya juga batal pergi bersama karena akan pergi bersama orang lain. Sehingga Alena akan datang se
Cintia memasuki kantor dengan gelisah dan terburu-buru. Setelah malam pertunangannya yang berakhir dengan ketidak jelasan, juga aksi tutup mulut laki-laki itu dan calon mertua, dia memutuskan untuk datang pagi ini menemui papa dan meminta bantuan.Selama acara berlangsung, Adam menghindar dengan alasan tak ingin merusak suasana dan akan menjelaskannya nanti. Bahkan setelahnya, mereka sekeluarga langsung pulang padahal dia masih ingin bertanya mengenai Alena."Papa."Cintia membuka pintu ruangan setelah memastikan kepada sekretaris bahwa papanya sedang tidak sibuk dan bisa menerima tamu."Ada apa, Nak. Kok datang ke sini? Butik kamu tinggal?""Ada yang jagain, Pa. Aku mau tanya soal karyawan baru itu," katanya sambil duduk di sofa dan mengambil sebotol air mineral."Alena?""Iya.""Papa gak terlibat langsung dengan rekrutmen karyawan baru. Semua sudah diserahkan ke divisinya masing-masing," jawab laki-laki