Selly setengah berlari menuju parkiran, menghampiri mobilnya yang ia parkir di bawah pohon Mahoni yang begitu rindang itu. Dengan tergesa, ia bergegas membuka dan mencari benda itu di lantai mobil. Tidak ada, semuanya bersih, bahkan sampah sekecil apapun tidak ada di sana. Ia menelusuri jok mobil dan sia-sia karena tidak benda apapun termasuk benda yang ia cari itu.
Sontak wajah Selly memucat, air matanya sudah mengambang di wajahnya. Kenapa flashdisk itu? Semua file penting ada di sana, termasuk file presentasinya pagi ini. Selly lemas seketika, apa yang harus ia lakukan sekarang?
"Astaga, kemana sih? Tadi sudah masuk ke dalam tas bukan?" rintihnya sambil menahan tangis.
Ia masih ingin menangis di dalam mobil ketika ia ingat bahwa waktunya terbatas. Dengan lunglai ia kembali mengunci mobilnya dan melangkah menuju ruang sidang. Kepalanya jadi pening, harus bilang apa dia ke konsulennya itu? Bisa kah mereka menerima alasan Selly? Selly sendiri tidak tahu, ia teru
"Dokter Anggara Tanjaya."Adit sontak menghela nafas panjang mendengar nama itu disebut. Jujur Adit sendiri heran dengan laki-laki satu itu, siapa yang kemudian bisa membuat dokter bedah itu luluh, kalau wanita cantik macam Selly saja sama sekali tidak bisa merayunya? Dia masih laki-laki normal bukan?Adit menatap Selly yang masih menangis sesegukan di sisinya itu. Jujur ia merasa iba dan kasihan padanya, tangan Adit refleks terulur dan mengelus lembut kepala Selly."Maafin Abang ya, Sel. Abang nggak bisa bantu kamu apapun. Yang jelas apapun itu kamu harus siap dan tetap kuat buat melewati semua itu karena memang itulah yang harus kamu lewati bukan? Jangan khawatir, selama mengulang nanti, Abang janji sebisa mungkin bakalan bantuin kamu," Adit tersenyum, ia kembali mengelus lembut kepala Selly, membuat Selly tertegun dan menyunggingkan sebuah senyum manis."Terima kasih banyak, Bang," desisnya lirih."It's okay, jangan khawatir."Selly mengh
Anggara memutuskan pergi dari kantin karena sudah tidak tahan lagi melihat mereka berdua tertawa bersama-sama, hatinya benar-benar sakit. Ia benar-benar cemburu. Bisa-bisanya sih dia keduluan residennya? Masa iya sih dia kalah sama dokter residen? Yang benar saja! Anggara dengan gusar masuk ke dalam ruangannya, ia harus cari tahu perihal hubungan mereka berdua. Kurang kerjaan? Kesannya memang begitu, cuma ia sangat penasaran dan tidak terima kalau Selly benar-benar ada hubungan dengannya.Anggara memijit keningnya dengan gemas, sekarang ia tidak bisa mengelak lagi. Ia tidak bisa membantah dan membohongi dirinya sendiri bahwa ia sudah benar-benar jatuh hati pada Selly, adik dari sahabatnya ketika ia duduk di bangku kuliah dulu.Anggara rasa Diana akan mengerti bahwa Anggara butuh pendamping guna melanjutkan hidup. Butuh partner untuk mengarungi kehidupan bersama, berbagi suka dan duka, jangan lupa partner untuk menuntaskan kebutuhan biologis yang selama ini setengah mat
"Ntar malem acara kemana lu, Sel?" Yosi melirik Selly yang masih manyun dengan mata sembab itu."Merenungi nasib, ngapain sih pakai tanya segala?" salak Selly galak. Nggak tahu apa dia masih galau setengah mati perihal vonis mengulang satu kali di stase ini? Belum lagi kalau nanti mama-papanya tahu bahwa ia harus mengulang stase, bisa-bisa Selly kena amuk lagi."Daripada cuma di apartemen, nangis teriakt-teriak nggak jelas, mending ntar ikut gue!" Yosi beringsut mendekati Selly, berbisik di telinga sahabatnya itu.Selly mengerutkan keningnya, ditatapnya Yosi yang nyengir lebat itu dengan tatapan penuh selidik. Dia mau kemana? Kenapa sedikit mencurigakan gerak-gerik gadis satu ini?"Mau kemana?" Selly penasaran juga, dan ia ingin tahu kemana Yosi hendak mengajak dirinya pergi."Clubbing," jawab Yosi singkat sambil menaikkan kedua alisnya.Selly melonggo, ditatapnya Yosi dengan tatapan tidak percaya. Sejak kapan gadis ini berani pergi ke tempa
Selly menatap risih rok span merah di atas lutut dan tanktop yang ia kenakan itu. Ia sangat tidak nyaman sebenarnya, tapi daripada ia dicap katrok, apa boleh buat? Tanktop model crop itu memperlihatkan sebagian perutnya, ia sudah mirip wanita jalang daripada seorang calon dokter. Rambutnya ia gerai dan ia catok dengan ujung ikal. Wajahnya sudah ia pulas makeup tipis. Sudah macam mbak-mbak pengunggu lokalisasi. Tidak lupa highheels hitam yang ia miliki. Intinya malam ini ia bertransformasi dengan begitu luar biasa.Ia meraih jaket denim dan kunci mobil, tas selempangnya sudah ready sejak tadi. Dengan santai ia melangkah keluar dari kamar apartemennya. Sudah setengah sepuluh, dan ia janjian sama Yosi pukul sepuluh bukan?Begitu sampai di parkiran ia bergegas masuk dan membawa mobilnya pergi. Untuk pertama kalinya ia masuk ke dunia malam yang liar. Sekali-kali tidak apa-apa bukan? Toh ia tidak bertujuan untuk macam-macam kok. Selly membawa mobilnya terus melaju, sedetik k
"Selly, apa yang kamu lakukan di sini!" Anggara memekik keras, matanya memerah, ditatapnya pemuda itu satu persatu dengan tajam."Hay Ko, sini gabung!" jawab Selly santai sambil cengengesan, bukti bahwa Selly sudah benar-benar dalam pengaruh alkohol."Gabung? Koko panggilan mama-papa tahu rasa kamu ntar!" ancam Anggara sambil berkacak pinggang. Ia sontak menoleh pada para pemuda itu, mereka sepertinya percaya kalau Anggara adalah kakak dari Selly."Lu!" tunjuk Anggara pada para pemuda itu, "Lu mau ngapain adek gue, HAH?""Ng-nggak Bang, kita nggak ngapa-ngapain kok." satu persatu dari mereka bergegas pergi tanpa berkata-kata lagi, meninggalkan Selly yang sudah teller dan Anggara sendirian.Anggara mendengus kesal, cuma segini ternyata nyali mereka? Gitu aja sok mau garapin anak orang! Anggara kembali melotot, ia hendak meraih kerah baju salah seorang dari mereka, namun mereka lebih cepat kabur dari hadapan Anggara, membuat Anggara tersenyum sinis m
Anggara tersentak ketika ada sesuatu yang menghalangi miliknya masuk lebih dalam. Selly sudah mencengkeram kuat lengannya, ia meringis sambil mendesis kesakitan. Anggara tahu betul apa yang menghalangi miliknya masuk, ia tahu betul itu. Namun ia sudah tidak dapat berpikir jernih lagi, birahinya sudah memuncak, dengan sekali hentakan kuat ia mendorong miliknya lebih dalam lagi hingga merobek sesuatu yang menjadi penghalang di dalam sana."Akkhhhh ... ssakiittt ...."Selly mengeliat hebat ketika milik Anggara sudah sepenuhnya masuk, air matanya menitik, ia mengigit bibir bagian bawah guna menyamarkan pedih dan sakit yang ia rasakan itu. Sementara Anggara memejamkan matanya rapat-rapat, menikmati sensasi hangat dan sempit milik gadis yang selama ini begitu menarik perhatiannya itu."Ahhh ... sempit banget, Sayang!" desah Anggara lirih, ia kemudian meraih bibir Selly dan kembali melumatnya dengan ganas. Ia belum bergerak, masih diam pada posisinya. Hingga kemudian,
“NGGAK ... NGGAK MUNGKIN!”Selly sontak berteriak histeris begitu sadar bahwa sudah terjadi seuatu pada dirinya. Bercak putih kekuningan di sprei, selimut dan bercak darah yang ia tangkap dengan matanya sontak menceritakan apa yang sudah terjadi semalam antara dia dan dokter bedah itu. Terlebih kaku dan lemas yang ia rasakan, pedih dan perih di area sensitifnya yang begitu menusuk membuat Selly yakin seyakin-yakinnya bahwa peristiwa itu sudah terjadi.“Kenapa, Sell?” Anggara sontak bangun, dadanya yang bidang dengan perut sixpack dan otot kekar itu terpampang nyata di depan mata Selly, sebuah pemandangan indah kalau saja bercak darah dan bercak kekuningan itu mengejutkan Selly.“Apa yang sudah Dokter lakukan pada saya semalam, Dok?” tanya Selly di sela-sela tangisnya yang pecah.Anggara mengusap kasar wajahnya, menghela nafas panjang lalu menatap Selly dengan seksama, “Menurutmu apa yang teradi jika seorang wanita
"Saya benar-benar tidak mau sampai kamu berbuat nekat, Sell." Anggara sudah memakai pakaiannya secara lengkap, rambutnya masih setengah basah, sementara Selly masih terbaring sambil terisak di atas ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya sampai leher.Tidak ada jawaban apapun, Anggara menghela nafas panjang, ia duduk di tepi ranjang, menatap Selly yang miring membelakanginya itu. Isak tangisnya masih begitu jelas Anggara dengar, membuat hati Anggara sedikit pedih. Namun mau bagaimana lagi, Selly juga kan yang kemarin memancingnya? Selly kemarin kan yang meminta Anggara melakukanya?"Kita pulang ke Jakarta bagaimana? Saya lamar kamu sekarang juga langsung pada papamu, Sel." Anggara benar-benar serius dengan ucapannya, bahkan kalau harus hari ini juga menikahi Selly, ia siap."Tolong tinggalkan saya, Dokter. Saya hanya ingin sendirian."Anggara kembali menghela nafas panjang, ia bangkit dan melangkah ke sisi lain ranjang, tepat dimana Selly menyembuny