Share

Chapter 3 past and future 2

Gerald menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru supermarket. Kaki jenjangnya melangkah tergesa saat matanya telah menemukan sosok yang dicarinya.

"Entah sampai kapan kau akan membuang penyakit pikun mu itu." Cibir Gerald melipat kedua tangannya ke dada.

Della yang sedang memilah cemilan di salah satu rak, tersentak kaget saat sebuah suara bariton yang tak asing menyapa gendang telingannya.

Ada desiran aneh di dadanya saat Ia takut-takut memutar tubuhnya kebelangkang.

"Ka ... u?." Desis Della lirih.

Gerald menyorot tajam kedua manik milik Della. Berbagai macam pertanyaan yang menjejali otaknya sejak semalam, kini semakin kuat berputaran di benaknya.

"Lepaskan aku." Pekik Della saat tangan kekar Gerald tanpa permisi menariknya paksa menuju kasir.

"Diam." Bentak Gerald tak peduli pada tatapan mata pengunjung lain yang menatap penuh tanya kearah mereka.  

Della menelan salivanya susah payah. Matanya berkaca-kaca mendengar nada tinggi yang keluar dari mulut Gerald. Sekian tahun menjalin asmara dengan Gerald, tak pernah sekali pun pria di depannya berkata kasar.

Mungkinkah cinta bisa membutakan seseorang sehingga membuatnya bertindak brutal?. 

Della menggenggam tangan Gerald dengan tangan kirinya saat cengkraman di pergelangan tangan kanannya semakin menusuk.

"Lepaskan aku Ger, ini sakit." 

Gerald tak menggubris ocehan Della. Ia tak ingin buronannya sampai lolos.

"Shit." Umpat Gerald saat antrian di depan kasir masih tersisa dua orang. Mulutnya sudah gatal ingin menginterogasi kepergian Della satu tahun lalu. Sebuah decakan tipis lolos dari bibir Gerald.

"Sepertinya aku harus membuka usaha baru." rutuknya sinis.

Disaat situasi genting seperti ini dia malah terjebak diantrian yang sangat membosankan.

"Kau mau membawaku kemana?." Tanya Della memberanikan diri membuka suara.

Tidak ada jawaban dari Gerald, hanya senyum defil keluar dari bibirnya.

"Ger, aku mohon berhentilah!"

Gerald mengangkat dagu Della dengan tangan satunya.

"Tidak akan ada hal yang patut di pertanyakan jika saja kau yang menjadi bunda untuk anak ku, bukan pak tua itu."

Della menundukkan wajahnya. Ia tak kuasa menatap mata Gerald. Rasa bersalah memenuhi rongga dadanya. 

"Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan? dan kenapa dia bisa tiba-tiba disini, kemana Audy?" batin Della lemah.

"Apa kau mau menginap sampai subuh disini?" cerca Gerald yang melihat Della tak bergeming di tempatnya. Kini giliran Della untuk membayar belanjaannya.

"Kau yang membawaku ke kasir, aku sedang menunggu anakku," ucap Della.

"Dia tidak akan datang." 

"Bagaimana aku membayar belanjaan ini?"

"Aku yang akan membayar, kau belum berubah dari kebiasaan burukmu itu. Dasar pelupa," cibir Gerald

"Bisakah kalian lebih cepat, antrian sudah panjang." Teriak seseorang yang mengantri dibelakang.

Sontak Della mengangkat kepalanya. Ia tersenyum kikuk menyerahkan belanjaan bulanannya pada sang kasir.

"Aku berharap perasaanmu juga tak pernah berubah Del." Sambung Gerald sembari menyerahkan atmnya. 

Della tak menyahut. Dia bersikap acuh mengambil atm milik Gerald dan memberikan pada petugas kasir.

Beberapa menit kemudian. Transaksi yang dilakukan telah selesai. Masih dengan posisi posesifnya yang menggandeng Della erat, Gerald memandu langkah mereka menuju mobilnya.

"Kau mau membawaku kemana?" 

Gerald mendorong kasar punggung Della agar masuk di kursi samping kemudi.

"Ger, kau sudah gila ya!" cecar Della memberontak. Ia takut akan hal  yang tak senonoh yang mungkin saja dilakukan Gerald nantinya.

"Jangan salahkan aku jika bertindak kasar apabila kamu tak mau menurut." 

Gerald menutup pintu mobilnya dengan kencang. Jantung Della seperti memompa dengan kekuatan ekstra, setiap detakannya yang diciptakan terasa lebih cepat dua kali lipat.

"Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Nanti kau juga akan tau. Nikmati saja perjalanan ini. Sudah lama kita tak bersama bukan?" Gerald mengusap punggung tangan Della lembut.

Della menepis tangan Gerald. Namun dalam hatinya dia mengiyakan ucapan Gerald.

"Tidak seharusnya kamu melakukan ini Ger." Sinis Della membuang muka. 

"Kenapa? apa ada yang salah?" tanya Gerald memasang wajah polos.

"Jangan munafik."

"Apa salahnya jika sepasang kekasih berpegangan tangan? bukankah itu hal yang lumrah?"

"Kekasih? kau itu kekasih anakku, bukan kekasihku lagi."

Gerald tersenyum getir.

"Kau milikku, selamanya akan tetap menjadi milikku."

Della terpaku dengan ucapan Gerald, laki-laki pujaannya yang dulu menemaninya dalam suka dan duka. Hati kecilnya sangat merindukan laki-laki itu, namun semua sudah berubah tidak seperti dulu lagi. 

"Aku tak ingin menyakiti mu, jadi aku rasa tak ada lagi yang perlu diperjelas."

"Bagaimana bisa kau semudah itu mengatakan hal ini?"

"Segala yang sudah terjadi tak bisa diputar kembali. Aku mohon lupakan aku."

"Andaikan kamu yang diposisiku. Aku yakin kau tak akan mampu mengucapkan kalimat laknat itu." 

Gerald terdiam beberapa saat memberikan jeda pada kalimatnya agar Della, mencerna ucapannnya baik-baik.

"Bahkan bisa ku pastikan, bahwa kau akan bersujud di kaki ku dan memohon pada ku agar aku tak melepaskan mu." Imbuh Gerald semakin menyudutkan Della.

Della menitikan air matanya membenarkan Semua perkataan Gerald. Dengan spontan dia melontarkan kata yang sedari tadi membuat hatinya bergemuruh.

"Asal kau tau. Tidak hanya kau yang terluka aku pun merasa sakit Ger."

"Oh ya?".

Della mengehela nafas menenangkan kecambuk batinnya.

"Aku menikah karena terpaksa. Orang tuaku menjodohkanku dengan Hendra Ayah Audy."

"Apa kau berubah menjadi bisu sehingga tak bisa menolak perjodohan konyol itu?"

Della memandang Gerald tajam.

"Aku bahkan sampai terbaring di rumah sakit karena bunuh diri."

"Mengapa kau tak menceritakannya padaku? seharusnya kau memberitahuku Del, bukan malah menjauhiku lalu menghilang bagai butiran debu."

"Aku minta maaf. Tapi aku tak bisa. ini masalah privasi keluargaku."

"Aku kekasihmu Del. Aku berhak tahu."

Della menggeleng tegas. Mana mungkin dia mengatakan yang sebenarnya jika pernikahannya terjadi karena hutang piutang antara keluarganya dengan keluarga Gunawan.

Apa yang akan dikatakan Gerald untuknya? wanita murahan atau jalang?.

"Maafkan Aku Ger." 

"Aku menginginkanmu Del. Bukan kata-kata tak bermutu itu."

Della terdiam, dia sadar memang tak mudah untuk menerima kenyataan pahit ini. 

"Apa kau mencintainya?"

"Aku gadis normal Ger, satu tahun sudah aku bersamanya, aku mencintainya meski umur kita berbeda jauh." 

"Apakah ucapamu bisa dipercaya? mengapa aku melihat sesuatu yang sebaliknya?" cecar Gerald 

"Ini sudan menjadi takdirku. Aku hanya tinggal menjalaninya saja. Jadi, aku mohon lupakan aku," pinta Della.

Gerald terdiam mendengar ucapan yang sama untuk kedua kalinya yang dilontarkan Della, ada rasa tak terima untuk melepaskannya, tiga tahun menjalin hubungan dengan Della, wanita pertama yang membuat hatinya merasakan kehangatan. "Aku akan mendapatkan kamu kembali Della, itu sumpahku," batin Gerald.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status