Share

2. Aku Bertahan

Pertengkaran Arini dan Erik akhirnya berakhir dengan perginya Arini dari apartemen Erik. Perasaan sedih, hancur dan terkhianati, Arini rasakan. Dia berjongkok di sudut ruangan tempat lift berada. Menangis sambil memeluk kedua tangannya.

Setelah puas menangis, Arini akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantor Suami Susan bekerja. Dia ingin menunjukkan jika Susan itu adalah wanita tidak setia. Arini mengumpulkan semangat dan keberanian untuk bertemu dengan Suami Susan yang terkenal angkuh.

Sesampainya di depan kantor Elfas Sinema, Arini memaksa ingin bertemu Hendri Hanggono, suami Susan. Pada awalnya resepsionis, melarangnya, tetapi Wanita itu berkeras menerobos masuk ke ruangan Hendri.

Sambutan tatapan tajam dari Hendri membuat nyali Arini ciut. Arini menarik napas panjang dengan tangan yang mengepal ponsel miliknya.

“Ada apa kamu menerobos ruangan saya. Sudah berulang kali saya katakan tidak ada audisi pemain figuran untuk kamu!” seru Hendri dengan kasarnnya.

“Bukan itu maksud kedatanganku ke sini. Aku hanya ingin menunjukkan ini.” Arini menyerahkan ponselnya yang berisi video Susan dan Erik sedang bermadu kasih.

Hendri langsung membelalakkan matanya seolah akan melompat keluar saja. Tangannya mengepal kuat. Terlihat dari urat tangannya yang menonjol.

“kamu dapat dari mana ini?” tanya Hendri dengan nada tinggi.

“Aku merekamnya sendiri,” ucap Arini dengan kaki yang gemetar. Dia tidak duduk, berdiri pun dia tidak bisa tegak. Hendri memang memiliki kharismanya sendiri. Tatapannya seperti Elang yang akan menangkap mangsanya. Sangat tajam!

“Terima kasih sudah memberitahukannya pada saya.” Hendri menyerahkan ponsel milik Arini.

Tidak ada respon lagi. Hendri mengakhiri pembicaraannya dengan Arini.

“Jadi, apa kamu marah pada istrimu? Aku pun marah sebab Erik bersamanya. Padahal dia berjanji untuk menikahiku,” ucap Arini.

“Tentu saja aku marah. Semuanya akan aku urus. Terima kasih dan maaf sudah berpikiran buruk tentangmu. Nanti jika ada audisi film terbaru, staf saya akan memberikan informasinya,” pungkas Hendri sambil menunjukkan pintu keluar. Arini mengangguk, dia pergi dari kantor Hendri.

Langit sangat cerah. Informasi suhu di telepon genggamnya menunjukkan siang ini sekitar 36 derajat celcius. Berbanding terbalik dengan hati Arini masih berduka. Berbekal uang seadanya, Arini pergi mencari kosan murah. Dia harus mencari pekerjaan. Erik tidak pernah menggajinya dengan baik. Uang hasil pekerjaan pun selalu dia kirimkan kepada orang tuanya.

Hari ini, waktu Arini berjalan begitu lamban. Lama mencari kosan murah, terpaksa dia harus tinggal di tempat kumuh demi harga yang cocok dengan kantongnya. Arini kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang berbau apek dan jamuran.

“Ih joroknya!” keluh Arini menurunkan alis matanya.

Rasa kantuk di matanya sudah Tidak ada lagi. Air matanya terus menetes. Dari tempat indah dan nyaman yang dia rasakan. Kini dia kembali ke tempat dia bermula. Arini tidak mempunyai keahlian apa pun. Hanya akting yang dia kuasai dan kemampuan aktingnya pun tidak diapresiasi oleh khayalak ramai.

“Bagaimana nanti aku hidup, ya Tuhan, aku harus apa?” keluh Arini. Tangannya menyentuh dahi yang terasa panas.

“Begini amat ya hidupku. Rasanya Tuhan itu sayang sama Erik saja,” gerutu Arini sambil memejamkan mata. Dia sampai tidak ingat kalau dia belum makan apa pun. Tubuhnya sangat lelah, gemetar dan tidak bertenaga lagi untuk bangkit dari tempat tidur.

Tidak terasa, waktu hampir petang, Arini tertidur sambil berurai air mata. Kejadian tadi pagi sampai berulang kembali dalam mimpinya.

“Ah kenapa sih dia terus saja hadir dalam mimpiku? Kesal!” gerutu Arini.

Kruuuk, kruuuuk!

“Lapaar,” sedihnya.

Perut Arini semakin terasa nyeri. Dia akhirnya bangkit dari tempat tidur lalu pergi mencari makan malam. Sudah terlewat dua kali waktu makannya. Dia seperti sedang puasa saja.

***

Hari berganti, Arini tidak boleh terus berlarut dalam kesedihan. Tabungannya sudah menipis. Dia harus mencari uang. Kakinya pergi menuju agensi Dua Bintang yang sedang mengadakan audisi. Menurut info dari salah satu temannya yang seorang karyawan di salah satu agensi tersebut. Pagi sekali dia sudah berangkat. Biasa dia menaiki mobil pribadi yang ber-AC, kini dia harus merasakan berdesak-desakkan naik KRL.

Sesampainya di tempat audisi, Arini pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Dia sudah berdandan cantik khusus untuk audisi. Pakaian terbaiknya sengaja dipilih agar bisa lolos audisi.

Lama dia menunggu, gilirannya pun tiba. Casting director tersebut meminta Arini berperan sebagai pemeran utamanya. Akting Arini sudah berkembang dan lebih baik, akan tetapi karakter tokoh yang diperankan Arini adalah anak SMA. Sedangkan Arini kini berusia 23 tahun.

Casting director itu terpaksa menolak Arini karena tampilannya lebih dewasa dari yang diharapkan.

“Maaf Arini, usia kamu sudah terlalu tua untuk memerankan tokoh Salsabilla,” ucap Casting director. Dia memanggil pemain lain yang sudah menunggu gilirannya.

“Apakah ada audisi untuk pemeran pendukungnya atau figuran Pak? Saya tidak apa kok dapat peran yang Cuma selewat saja,” mohon Arini penuh harap.

“Tidak bisa. Peran pendukung sudah ada, untuk figuran kami sudah kontrak dengan Bulan Management. Kamu ya daftar saja ke sana!” tolak Casting director itu dengan tegas.

Arini kecewa, lama menunggu ternyata dia tidak mendapatkan peran apa pun.

Perut Arini mulai terasa sakit. Terpaksa dia berhenti di depan warung nasi yang sedang menyiarkan berita selebritis tanah air. Mata Arini langsung terbelalak pada berita viral tentang perselingkuhan Hendri Hanggono dengan seorang model cantik sahabat Susan, istrinya sendiri.

Arini terus menelusuri beritanya di laman pencarian. Ternyata ada bukti foto yang memperlihatkan Hendri sedang mendaratkan bibirnya ke bibir Mia Andriani.

“Ah, suami istri sama-sama berselingkuh. Rasanya dunia ini sangat aneh, sudah mau kiamat ya,” opini Arini sambil menyentuh layer ponselnya.

Arini duduk di pojok warung nasi. Dia membuka galeri di telepon genggamnya. File video perselingkuhan Erik dan Susan masih tersimpan. “Untuk apa aku menyimpan yang seperti ini di dalam teleponku. Cih, cuma memenuhi memori saja!” keluh Arini. Dia menekan tombol tempat sampah, menghapus video tersebut.

Satu foto Arini dan Erik muncul dan kembali mengorek luka dalam hati Arini. Foto di mana Erik sedang memeluknya dari belakang. Di dalam foto tersebut mereka berdua memamerkan cincin lamaran Erik.

“Astaga, kenapa foto ini harus terlihat lagi sih!” kesal Arini. Ada perasaan ragu di dalam hatinya saat akan menghapus foto tersebut. “Aku masih cinta sama kamu Rik,” sesal Arini dengan mata yang berkaca-kaca.

Arini memasukkan telepon genggamnya ke dalam tas, melanjutkan memakan nasi yang sudah dipesan dengan perasaan dongkol. Kenapa dia masih belum bisa menghapus semua kenangan bersama Erik. Sedangkan Erik sekarang pasti sedang senang-senang bersama Susan.

Selesai makan, Arini hendak pulang ke kontrakannya. Kembali, KRL menjadi moda transportasi yang ditujunya. Sesampainya di tempat tujuan, Arini duduk di halte bis. Langit berhiaskan mega berwarna kelabu.

Saat Arini berjalan menuju kontrakkannya, hujan turun membasahi bumi. Tubuh lelahnya basah oleh rintikkan air hujan yang lebat. Tidak ingin berteduh, dia meneruskan langkahnya dengan perlahan.

Sesampainya di kontrakkan, Arini bergegas membersihkan diri lalu berganti pakaian. Tubuhnya benar-benar lelah dan akhirnya merebahkan diri di atas tempat tidur. Arini tertidur bahkan sampai bermimpi jika dia sedang menikmati berenang di pantai bersama Erik.

Saat dia membuka matanya, tubuhnya sudah basah kuyup. Apa yang sebenarnya terjadi?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status