Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku

Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku

Oleh:  Ayra N Farzana  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
69Bab
4.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Mira gadis yang dibawa pulang oleh suami Santika. Gadis tak dikenal yang tiba-tiba dibawa pulang. Bahkan akan tinggal bersama mereka. Mira setiap hari membuat ulah. Dia coba mengusik kehidupan Santika. Dia juga berniat merebut hati suami Santika. Ada hubungan apa di antara Mira dan suami Santika?

Lihat lebih banyak
Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
69 Bab
Siapa Gadis itu?
“Mas, siapa gadis ini!” Aku menunjuk gadis muda yang berdiri di samping Mas Doni, suamiku. Pria yang menikahiku sepuluh tahun lalu itu hanya diam menunduk. Entah rahasia apa yang disembunyikannya. Entah siapa pula gadis belia yang ada di sampingnya.Pandanganku seketika beralih pada tangan kanan Mas Doni yang menggenggam erat tangan gadis itu. Sedangkan tangan kirinya memegang koper biru berukuran sedang.Hal itu membuatku benar-benar bingung. Banyak tanya yang hinggap di kepala. Siapa gadis belia itu. Ada hubungan apa di antara mereka.“Mas, ada apa ini? Di-Dia, siapa?” Aku menunjuk gadis yang mengenakan celana jeans pendek sebatas paha dengan rambut kucir kuda.Mas Doni tak menjawab pertanyaanku. Pria itu justru memandang gadis belia yang ada di sampingnya dan mengajaknya masuk ke rumah tanpa menghiraukan kehadiranku.Cepat, aku mengikuti mereka. Meminta Mas Doni untuk menjelaskan padaku siapa gadis yang dibawanya. Namun, pria itu justru memintaku untuk diam dengan meletakan telun
Baca selengkapnya
Tak Boleh Terjadi
Hanya kupandangi dua orang yang kini sedang merapikan pakaian gadis belia itu di kamar tamu. Pada akhirnya aku mengiyakan permintaan Mas Doni. Rumah yang kami tinggali bukan hanya hakku dan Shakira, putriku yang baru berusia delapan tahun. Buah cinta Mas Doni yang saat ini masih berada di sekolah.Di sisi lain, aku bingung. Bagaimana caranya aku memperkenalkan Mira padanya. “Santi.” Mas Doni menghampiriku. Sedangkan gadis belia itu masih sibuk menata pakaiannya. Sejenak gadis itu melirikku. “Kamu masak apa hari ini?” tanyanya. Dia juga mengatakan kalau Mira lapar. Sejak pagi dia belum sarapan.“Aku belum masak, Mas. Kalau mau suruh dua untuk makan roti dulu.”“Santi. Dia tidak terbiasa sarapan roti.”“Seadanya dulu, Mas.” Pagi tadi, aku dan Shakira hanya sarapan roti. Aku memilih meninggalkan mereka. Aku perlu menata hati untuk bisa menerima kehadiran gadis belia itu di rumah kami. Bahkan, mungkin semua akan berubah karena kehadirannya.Aku memutuskan untuk menjemput Shakira lebih
Baca selengkapnya
Ancaman Mira
Sebuah boneka beruang besar teronggok di atas sofa. Mimik wajah Shakira berubah. Yang awalnya tampak terkejut, kini berubah tawa. Gadis kecil itu berlari ke arah boneka, mengambil dan memeluknya erat. Pandanganku beralih ke setiap sudut ruangan. Entah di mana Mas Doni dan Mira sekarang. Mereka tak terlihat, rumah juga tak dalam keadaan terkunci. Pasti mereka ada di rumah, tapi di mana. “Papa mana, Ma?” tanya Shakira setelah puas dengan bonekanya. Aku menggelengkan kepala karena tak tahu keberadaan pria itu. Shakira meletakan kembali bonekanya. Dia berkata hendak mencari papanya. Gadis kecil itu berjalan menyusuri setiap sudut ruangan. Aku mengikutinya. Di kamar kami, pria itu tak ada. Bahkan di kamar Shakira. Hampir semua ruangan tak ada. Hanya satu ruang yang belum kami datangi. Kamar tamu. Akhirnya Shakira tiba di depan ruang tamu. Gadis kecil itu perlahan membukanya. Melalui pintu yang sedikit terbuka, terlihat Mas Doni sedang memasang rak-rak di dinding dengan sebuah alat me
Baca selengkapnya
Pagi Buta Suamiku dari Kamar Gadis Itu
Shakira membantu menata boneka-boneka milik gadis belia itu. Gadis kecilku itu bertanya banyak pada Mira. Tentang sekolah, teman, dan tempat tinggal gadis itu. Dari ruang keluarga, aku mengamati mereka. Pintu kamar Mira terbuka lebar. Jadi, aku bisa melihat aktivitas mereka. Mas Doni yang sudah selesai membuatkan rak, memberesi perkakas yang yang digunakannya. Sebelum keluar pria itu mengelus puncak kepala kedua gadis itu. Aku menyusul Mas Doni, menawarkan diri untuk meletakan perkakas yang dibawanya agar pria itu bisa mandi. Usai meletakan perkakas pada tempatnya, aku menyiapkan makan siang untuk kami semua. Kali ini aku memasak menu sederhana. Sayur sop, tempe dan ayam goreng. Paling penting sambal tomat beserta lalapannya. Setelah semuanya siap di meja makan, aku memanggil Mas Doni, Shakira, dan Mira tentunya. Mas Doni duduk di kursinya. Mira duduk di samping pria itu, menduduki tempat duduk Shakira. Hingga membuat gadis kecilku itu cemberut. Tak ingin gadis kecil itu marah,
Baca selengkapnya
Masa Lalu
“Mas, katakan yang jujur! Siapa Mira?” Aku menunjuk ke luar kamar. Emosiku begitu memuncak. Apalagi melihat tatapan Mira tadi membuatku muak. Aku sudah tak tahan lagi. Aku butuh kepastian. Aku butuh bukti kalau gadis itu benar-benar putri Mas Doni. Bukan hanya sekedar omongan. Andai benar dia putrinya, mana mungkin pria itu memasuki kamar putrinya yang berusia belia pagi buta seperti itu. “Dia putriku, San.” Mas Doni memandangku. Aku melihat gurat kelelahan di wajahnya. Pria itu terlihat tertekan. Namun, hal itu tak menyurutkanku untuk meminta bukti kalau Mira itu benar-benar putrinya. Aku khawatir, kalau Mas Doni itu sugar daddy dan Mira adalah gadis bayarannya. Kalau benar kenyataannya seperti itu, mereka harus berpisah. Tak boleh mereka berbuat dosa di rumah. Apalagi ada Shakira. Jangan sampai gadis kecilku itu melihat kesalahan ini. “Mana buktinya kalau gadis itu adalah putri kandungmu?” “Apa tidak cukup dengan ceritaku kemarin!” Mas Doni membentakku. Kemarin, pria itu mence
Baca selengkapnya
Pesan Mencurigakan
Suasana rumah seketika berubah sepi. Mas Doni berangkat kerja, Shakira sekolah. Hanya aku dan gadis belia itu yang ada di rumah. Gadis itu tidak tamat SMA. Harusnya dengan ekonomi yang berkecukupan, Mas Doni bisa menyekolahkannya. Namun, entah mengapa hal itu belum dilakukannya. Aku juga belum bertanya. Karena memang semua terserah Mas Doni.Usai tak ada lagi pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, aku duduk di ruang keluarga. Menonton acara kesukaan. Berita yang sedang heboh saat ini. Tanpa terasa, air mata menetes membasahi pipi ketika melihat bocah kecil yang baru saja ditinggal oleh kedua orang tuanya. Jika aku saja terenyuh dengan nasib bocah yang tak kukenal itu, harusnya aku juga iba dengan Mira dan bisa menerimanya.Aku memandang kamar gadis itu. Apa perlu aku mendekatkan diri padanya?Ponsel yang sedari tadi di tangan, aku letakan ke atas meja kecil di hadapan. Aku bangun hendak ke kamar gadis itu. Namun, segera kuurungkan ketika kembali mengingat perkataannya yang hendak m
Baca selengkapnya
Memutar Balikan Fakta
Aku memilih menjemput Shakira. Soal gadis belia itu, urusan nanti. Mobil yang membawa Mira berjalan melewatiku. Dari balik kaca, aku bisa melihat seorang pria duduk di depan kemudi. Sedangkan gadis belia itu duduk di sampingnya. Entah siapa pria yang bersama Mira dan ada hubungan apa di antara mereka. Ada baiknya nanti aku bertanya pada Mas Doni perihal mereka. Aku tak mau asal menduga. Siapa tahu, pria itu saudaranya. Perlahan aku mengemudikan mobil menuju sekolah tempat Shakira menimba ilmu. Gadis itu sebentar lagi pulang. Aku tak tega, bila dia terlalu lama menunggu. Setibanya di sekolah, tampak para siswa sedang berbaris di depan gerbang. Wali kelas mereka menemani untuk memastikan kalau para siswa sudah ada yang menjemput. Dari kejauhan, aku melihat Shakira baru saja keluar dari dalam kelas. Diikuti wali kelasnya. Bergegas aku turun dari mobil untuk menghampiri gadis kecil itu. Dengan gayanya, Shakira menceritakan kalau dirinya mendapat nilai seratus ketika mengerjakan tug
Baca selengkapnya
Hotel Melati
Dari balik pintu kamar Mira, aku mendengar Mas Doni sedang menasihati putrinya. Sebagai orang tua yang mempunyai anak gadis seperti Mira, pasti khawatir kalau putrinya salah dalam bergaul. Apalagi jaman sekarang. Banyak wanita yang masuk angin sebelum ijab kabul dilaksanakan. Usai makan tadi, Mas Doni bertanya pada gadis itu dengan siapa dia pergi pagi tadi. Gadis belia itu hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulurnya. “Papa tidak ingin kamu sampai bernasib seperti ibumu!” “Seperti Ibu? Bukannya Anda yang merusak ibu saya.” Situasi mulai memanas. Dari balik pintu, aku bisa melihat Mas Doni salah tingkah mendengar jawaban putrinya. Argh! Pria itu mengacak rambutnya kasar. Aku sengaja tidak ikut campur untuk menasihati gadis itu. Bukan tak mau, hanya saja aku tak mau dicap sebagai ibu tiri yang kejam. Tidak ada hubungan darah di antara kami. Apalagi gadis belia itu tak menyukaiku. Kalah telak dengan perkataan putrinya, Mas Doni memilih meninggalkan gadis itu. Pria itu b
Baca selengkapnya
Kebahagiaan Melampaui Batas
Melihat hal itu aku hanya bisa mengelus dada. Aku mengikuti masuk ke halaman hotel. Rencana hendak mengintai apa yang akan mereka lakukan. Karena hotel yang mereka masuki, memang hotel yang sering digunakan para pasangan yang belum halal. Rasa kecewa seketika menyelimuti dada. Aku tak habis pikir, kurang kasih sayang membuat gadis itu melampiaskannya pada perbuatan yang tak terpuji. Mungkin ini arti dari perkataannya tadi. Bahagia dengan caranya sendiri. Sejahat-jahatnya aku. Tak mungkin juga aku membiarkan gadis itu terjerumus ke dalam lubang dosa. Aku juga membayangkan, kalau yang ada di hadapanku itu adalah Shakira. Pandanganku seketika beralih pada Shakira. Aku mengelus puncak kepalanya dan berdoa agar gadis kecilku itu tak bernasib sama dengan Mira. “Mama kenapa menangis?” Gadis kecil itu menatapku. Gegas aku menggeleng. “Sepertinya ada debu yang masuk mata mama.” Tanpa diminta, gadis kecil itu meniu
Baca selengkapnya
Kebahagiaan
Melihat hal itu aku hanya bisa mengelus dada. Aku mengikuti masuk ke halaman hotel. Rencana hendak mengintai apa yang akan mereka lakukan. Karena hotel yang mereka masuki, memang hotel yang sering digunakan para pasangan yang belum halal. Rasa kecewa seketika menyelimuti dada. Aku tak habis pikir, kurang kasih sayang membuat gadis itu melampiaskannya pada perbuatan yang tak terpuji. Mungkin ini arti dari perkataannya tadi. Bahagia dengan caranya sendiri. Sejahat-jahatnya aku. Tak mungkin juga aku membiarkan gadis itu terjerumus ke dalam lubang dosa. Aku juga membayangkan, kalau yang ada di hadapanku itu adalah Shakira. Pandanganku seketika beralih pada Shakira. Aku mengelus puncak kepalanya dan berdoa agar gadis kecilku itu tak bernasib sama dengan Mira. “Mama kenapa menangis?” Gadis kecil itu menatapku. Gegas aku menggeleng. “Sepertinya ada debu yang masuk mata mama.” Tanpa diminta, gadis kecil itu meniup mataku. “Terima kasih, Sayang.” Aku menghujaninya dengan ciuman. Tatap
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status