Share

Ch. 4 Harus Bertahan!

Arnold menghela nafas panjang, ia mematikan mesin mobilnya lalu melangkah turun dari mobil. Rasanya kepalanya pusing, pening dan sangat lelah. Ia dengan malas melangkah ke dalam rumah, ketika hendak memutar kunci rumahnya, sepeda motor itu melintas dan berhenti di rumah yang ada disebelahnya. Rupanya cewek aneh itu! Dasar cewek jam segini baru balik, eh tapi ini belum malam banget kan ya? Di London sana malah kebanyakan pada nggak balik ke rumah, teller di pub, booking bersama on night stand-nya.

"Dari mana lu cewek jam segini baru balik," teriak Arnold sambil melirik cewek yang tengah melepas helmnya itu.

"Apa urusannya sama elu? Lu siapa gue?" cewek itu balas berteriak.

"Ya iseng aja, pasti cewek modelan kayak elu tuh hobinya jalan-jalan nggak jelas dan habisin duit kan!" ejek Arnold sambil menanyakan bibirnya.

"Eh elu cowok tapi mulut lu macam emak-emak berdaster tau nggak? Rese banget!" tampak cewek itu menjulurkan lidahnya lalu melangkah masuk ke dalam rumah.

Arnold hanya tersenyum kecut dan kembali membuka pintu rumahnya. Ia baru saja hendak melangkah ke kamar ketika terdengar suara ribut dari rumah sebelah.

"Aduh ... Molly kamu kemana sih? Puss ... puss puss puss ...," suara itu terdengar begitu panik, membuat Arnold tersenyum kecut dan menggelengkan kepalanya.

"Dasar nggak jelas, apaan sih yang dia cari?" Arnold hendak melangkah ke kamar ketika kemudian melihat buntelan bulu itu tengah melingkar dengan begitu pulas di keset kamarnya.

"Astaga! Hush ... pergi lu dasar kucing!" teriak Arnold kencang, ia alergi bulu kucing.

Ia sontak naik ke sofa dan merasakan seluruh tubuhnya meremang. Kucing siapa lagi sih ini? Astaga! Ia hendak kembali berteriak ketika kemudian sosok itu muncul dari depan pintu dengan masih memakai rok dan kemeja formalnya.

"Molly, kamu di sini Sayang?" pekik gadis itu kemudian berlari masuk ke dalam dan bergegas meraih kucing kuning gemuk itu dalam gendongan. Mengelus lembut kepala kucing warna oranye itu.

"Bawa pergi sana, gila apa bagusnya sih hewan kayak gitu dipelihara!" teriak Arnold kencang. Ia benar-benar geli dengan hewan berbulu yang banyak dikatakan lucu oleh orang-orang itu.

"Eh, bagus kucing inilah ketimbang elu, gila apa? Cuma psikopat yang nggak suka sama kucing!" balas gadis itu kembali berteriak, matanya melotot sambil menjulurkan lidahnya.

"Heh, gue nggak suka karena gue alergi sama bulunya, bukan karena gue psikopat!" tukas Arnold kesal. Sekata-kata ngatain dia psikopat, dasar cewek ngeselin.

"Sama aja, dasar psikopat!" teriak gadis itu hendak melangkah keluar dari rumahnya.

Arnold benar-benar tidak sabar lagi, ia kemudian menarik tangan gadis itu, membuat gendongan kucingnya terlepas dan gadis itu terhuyung dan jatuh dengan posisi tubuhnya menindih tubuh Arnold.

Mata mereka bertemu, membuat Arnold sadar bahwa ternyata gadis menyebalkan tetangganya itu benar-benar cantik. Iris hitamnya begitu menarik, bulu matanya lentik, bibirnya sensual merona dan kesimpulannya, gadis ini benar-benar cantik!

"Lepasin, elu mau kurang aja sama gue?" teriak gadis itu yang sontak langsung membuat rasa kagum Arnold lenyap entah kemana, baginya cewek ini sedikit gila dan sangat menyebalkan!

"Gue kurang ajar sama elu? Sorry nggak level, mantan gue fotomodel semua, nggak ada yang modelan kayak elu gini!" tukas Arnold lalu bergegas bangkit.

"Cuma mantan kan? Terus pacar elu sekarang mana? Model juga? Artis? Personel girlband?" ejek gadis itu sambil melotot tajam.

"Bawel lu, buat apa elu tanya-tanya pacar gue?" balas Arnold kesal, kenapa sih cewek ini begitu menyebalkan?

"Hanya memastikan kalo elu nggak ...," gadis itu menghentikan kalimatnya, ia seperti teringat sesuatu.

"Molly? Astaga mana lagi kucing itu pergi!" ia bergegas berlari meninggalkan Arnold yang masih emosi di ruang tamunya itu.

"Woe ... bersihin dulu ini bulu kucing elu yang nempel di keset kaki gue!" teriak Arnold kesal, kenapa sih cewek itu sebegitu menyebalkan? Dan kenapa juga ia harus bertetangga dengan sosok itu?

"Arrrggghhh ... lama-lama gue hipertensi!"

***

Sisca sudah kembali memasukkan Molly ke dalam kandang, ia adalah teman suka duka Sisca selama kuliah di sini, tentunya Sisca sangat teramat sayang pada sosok itu. Kucing yang dulu ia temukan di depan minimarket itu sudah begitu besar dan gemuk sekarang, tanda bahwa dia bahagia hidup bersamanya, tanda bahwa Sisca berhasil merawat mahluk kecil kurus kering yang banyak dianggap mahluk menjijikkan oleh beberapa orang.

"Kamu nggak boleh nakal dong, jangan main jauh-jauh, apalagi ke rumah orang rese tadi, nggak boleh ya!" guman Sisca sambil mengelus lembut kepala Molly, ia kemudian bergegas melangkah ke dapur mengambil satu pouch wet food merek kenamaan kesukaan Molly.

"Lapar ya? Nih makan dulu," Sisca menuang wet food itu ke dalam mangkuk milik Molly.

"Anak pintar," guman Sisca sambil tersenyum ketika kemudian Molly dengan lahap menyantap wet food itu.

Senyum di wajah Sisca mendadak lenyap, ia teringat kejadian yang barusan terjadi itu, dimana ya jatuh menimpa sosok itu. Tubuh dan wajah mereka begitu dekat bahkan Sisca dapat mendengar degub jantung laki-laki itu, merasakan hembusan nafasnya menyapa kulit wajah Sisca.

Kenapa mendadak wajahnya memerah? Kenapa ia terus teringat sosok itu? Tapi sungguh sikapnya benar-benar menyebalkan! Rese, kurang ajar dan pokoknya sangat ahh ... membuat Sisca naik darah!

Sisca bangkit dan melangkah ke dalam kamarnya, ia sudah begitu gerah, rasanya ia perlu mendinginkan kepalanya dengan mandi keramas dan sedikit menggosok badannya. Ia hendak melupakan semua kejadian menyebalkan di rumah tetangga barunya itu. Mandi dan tidur, hingga kemudian subuh nanti ia harus bangun dan kembali pergi bekerja.

***

"Pi, aku mau pindah rumah dong, Pi!" renggek Arnold sambil meluruskan kakinya di atas ranjang.

Kali ini jika ia tidak berhasil merayu papinya untuk menaikkan gajinya, setidaknya ia bisa merayu papinya untuk memindahkan dia dari komplek perumahan ini. Apartemen kek, atau kemana yang jelas tidak bersebelahan dengan cewek rese yang selalu sukses membuat dia naik darah.

"Apa? Baru dua hari di sana kamu sudah minta pindah?" tampak suara itu setengah menjerit tidak suka.

"Pi, sumpah tetangga samping pas rumah rese banget!" lapor Arnold seperti anak kecil.

"Ya ampun, kamu bertahun-tahun hidup jauh dari orang tua di luar negeri, dan sekarang cuma masalah kayak gitu kamu minta pindah rumah?" tampak suara itu tertawa.

Arnold mendengus, ia memang sudah lama hidup di luar negeri terpisah dari orang tuanya, namun yang perlu digaris bawahi adalah, selama tinggal di luar negeri, ia tidak pernah punya tetangga yang begitu menyebalkan macam gadis itu, tidak ada sama sekali.

"Pi, tapi ini serius nyebelin banget!" tukas Arnold kesal.

"Laki-laki atau perempuan?" tanya suara itu lirih, "Kalau laki-laki ajak berkelahi, kalau perempuan buat dia jatuh cinta!"

"Papi apaan sih?" sergah Arnold kesal. Buat jatuh cinta? Cewek macam itu? Gila apa! Nggak level lah Arnold sama dia, sikapnya bikin geleng-geleng kepala, cantik sih cuma kalau membayang sikap menyebalkan dia, rasanya Arnold pilih jomblo daripada harus berpacaran dengan gadis itu.

"Lha terus gimana lagi sih?" suara di seberang tampak sedikit mengejek nadanya.

"Mau pindah rumah, Pi!" renggek Arnold mirip seperti anak kecil.

"Tidak bisa!" guman suara itu tegas, "Tinggal di sana, bertahan di sana dan kembangkan usaha papi, paham?"

"Tapi Pi ...."

Tut ... Tut ... Tut ...

Arnold membanting iPhone miliknya ke atas ranjang, ia mendengus kesal. Masa iya ia harus bertahan di sini dan jadi tetangga nggak jelas itu? Bisa gila lama-lama, ahh ... Menyebalkan!

"Astaga, ini rumah dijual laku berapa sih?" guman Arnold pada dirinya sendiri.

"Masa iya gue harus terus-terusan naik darah macam ini setiap hari sih?" gerutu Arnold kesal.

Ia pusing, sejak tadi pagi sudah pusing memikirkan pekerjaan dan sekarang ia harus pusing memikirkan tetangga sebelah yang rese bukan main itu.

Ia memejamkan matanya, bakalan tahan berapa tahun dia di sini? Rasanya tidak sampai setahun dua tahun, mungkin dalam beberapa bulan lagi Arnold akan nekat pergi dari sini, entah kemana yang jelas pergi dari sini, ia tidak mau terus-terusan emosi tidak jelas macam ini.

"Ya Tuhan, mau balik ke London saja!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
rimung aulia
Napa harus beli sih bab selanjut nya
goodnovel comment avatar
ferrytha2
ditunggu lama kluar updet 1 bab aja 😭😭😭😭😭
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status