“Muhanov. Aku bersumpah atas nama Tuhan. Aku akan melindungimu”
Itulah sumpah yang selalu diucapkan oleh Andreana Merlinstone kepada suaminya, Muhanov Merlinstone ketika Templar mulai memburunya untuk dibunuh. Andreana terus melindungi Muhanov dari seluruh gempuran Templar yang datang kepadanya.
Percikan dan kilatan cahaya saling menyambar saat pertempuran Andreana melawan seluruh Templar yang mengejarnya. Senjata Suci Apel Eden dibuat mengamuk oleh Andreana dengan melancarkan serangan dahsyat yang membuat tubuh anggota Templar tercerai berai.
Puncaknya, Andreana bertarung sendirian melawan para Grand Master yang dulu pernah disebutnya sebagai saudara seiman. Para Grand Master terus menggempur Andreana habis-habisan. Seluruh senjata suci yang mereka miliki diarahkan kepada Andreana sebagai pembersihan dosanya. Serangan-serangan dahsyat mereka sampai menggetarkan dan merusak tanah disekitarnya.
Pertarungan antar Grand Master itu membuat anggota Templar lainnya tidak bisa masuk ke dalam medan perang yang ganas itu. Batas tanah antara yang rusak dan tidak menjadi batas mereka untuk tidak masuk ke dalam medan tersebut. Sekali mereka masuk, mereka akan langsung hancur lebur.
Andreana terus berjuang melawan serangan mereka. Dia mengerahkan seluruh kekuatan sihirnya sampai melampaui batas fisiknya. Senjata Suci Apel Edennya sampai menolak perintah Andreana karena tuannya mau mati, tapi dia terus memaksa Apel Eden menguras nyawanya agar Muhanov bisa dia lindungi.
Hanya saja perjuangan Andreana terhenti saat sebuah kilatan cahaya tiba-tiba mengarah kepada Muhanov. Kilatan cahaya itu membuat mereka berdua terpisah untuk selamanya. Muhanov bisa mendengar tangisan Andreana yang berusaha menggapai tangannya yang tidak bisa dia raih. Perlahan suara andreana menghilang bersama seluruh sumpahnya yang lenyap dalam kegelapan.
***
“Muhanov. Aku bersumpah atas nama Tuhan. Aku akan melindungimu”
Suara tersebut terdengar lagi. Suara istrinya yang sangat Muhanov rindukan. Suara itu terdengar lirih dan sedih tapi masih bisa terasa di hati. Suara tersebut muncul saat terjadi sebuah pertarungan besar yang sekarang terjadi di depannya. Pertarungan besar yang mempertaruhkan kembalinya Andreana kepadanya.
Hanya saja Muhanov tidak mengerti dari mana suara itu berasal. Apa dari Andreana yang sekarang berada di depannya sambil mengacungkan senjata suci Apel Eden kepadanya? Atau dari seorang wanita yang memegang sebuah tongkat bendera yang terus bercahaya untuk melindungi dirinya?
Muhanov tidak tahu apa yang terjadi Dia mencoba berdiri lalu berjalan untuk mendekati wanita tersebut. Meskipun kakinya terasa sakit untuk digerakkan dan mata kanannya berdenyut-denyut kaena pendarahan yang tidak bisa berhenti, dia terus berjalan dan berjalan menuju cahaya dari wanita yang melindunginya.
Saat Muhanov berhasil meraih tangan yang memegang bendera tersebut. Dia terkejut ketika melihat wajah yang tidak asing baginya. Wajah yang selama ini dia rindukan semenjak Templar mengambil istrinya darinya, “An...dreana?” begitulah lirihnya.
Wanita tersebut menoleh kepada Muhanov. Dia tersenyum kepadanya dengan perasaan lega. Hanya saja dia harus konsentrasi dan tetap mengangkat tongkat benderanya untuk melindungi Muhanov.
Tongkat benderanya terus bercahaya menahan serangan besar yang diarahkan oleh Andreana. Tangan wanita itu gemetaran karena rasa takut yang bersemayam dalam dirinya. Tapi rasa takut itu bukan karena kematian yang sekarang siap menjemputnya, tapi takut jika dia harus berpisah dengan Muhanov lagi.
Wanita itu lalu menarik pedang dari sabuknya. Tapi entah kenapa pedang yang dia ambil terasa berat; tangan kanan yang memegangnya gemetaran; tangan kirinya sendiri sedang berusaha menahan agar tongkat benderanya tidak jatuh. Hanya saja dia tetap berusaha tegar dan mengacungkan pedang tersebut kepada Andreana.
Lantunan doa mulai dibisikkan oleh wanita tersebut. Muhanov tidak bisa mendengar apa yang dia lantunkan. Yang Muhanov tahu hanyalah air mata yang berjatuhan di tangannya. Wanita itu menangis dengan tetap menatap Andreana yang ada di depannya.
“Muhanov. Aku bersumpah atas nama Tuhan. Aku akan melindungimu”
Itulah kalimat terakhir yang wanita itu berikan kepada Muhanov sebelum cahaya terang dari tongkat benderanya membutakan semuanya.
Setelah itu terjadilah Ledakan besar yang langsung menghancurkan semuanya. Wanita tersebut bersama Muhanov terlempar sangat jauh.
Ledakan besar tersebut langsung membuat wanita itu jatuh pingsan. Setelah beberapa menit, dia terbangun. Rasa sakit dari seluruh tubuhnya langsung menusuk sampai membuat dia sulit untuk bangun. Terutama kakinya yang terasa hampir tidak bisa dia gerakkan.
Wanita itu lalu berusaha mengumpulkan tenaganya untuk mengambil tongkat bendera yang terpisah 3 meter darinya. Dia terus berusaha merayap sampai dia mendapatkan tongkat bendera tersebut. Dia lalu mencoba berdiri sambil bertumpu dengan tongkat benderanya.
Wanita itu lalu mencoba menoleh ke kanan dan ke kiri. Pemandangan yang sangat mengerikan terhamparkan di matanya. Seluruh wilayah yang diserang oleh Andreana semuanya rata dengan tanah. Manusia, binatang, pohon, dan rumah tidak luput menjadi korban. Ledakan tersebut melelehkan mereka semua sampai dia bisa mencium bau gosong yang menyengat dari mereka.
“Muhanov! Muhanov!”
Ada seorang berteriak memanggil nama Muhanov. Wanita itu penasaran siapa yang memanggil Muhanov. Dia mencoba berjalan ke tempat arah suara itu berasal sambil menembus asap dan kabut yang berasal dari mayat-mayat yang terbakar.
“Muhanov! Muhanov!”
Ternyata ada seorang gadis muda yang berusaha membangunkan Muhanov. Gadis tersebut memakai baju yang aneh dengan sebuah peti mati di belakangnya. Dengan menahan sakit dari luka kakinya, Wanita itu lalu mencoba mendekati mereka untuk melihat apa yang terjadi pada Muhanov.
Wanita itu langsung terkejut dengan kondisi Muhanov yang mengenaskan. Mata kanan Muhanov hancur sampai bola matanya keluar dari wajahnya. Tubuhnya juga penuh dengan luka besar yang membuat darah keluar tanpa henti. Gadis yang memegangi tubuh Muhanov langsung menangis ketika merasa sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan dari Muhanov.
Wanita itu lalu berlutut dan dia mulai ikut menangis juga. Dia terlihat sangat menyesali apa yang sudah terjadi.
Tapi…
Wanita tersebut tidak menyerah. Dia lalu mencoba menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari temannya yang mungkin masih selamat dari ledakan tersebut. Karena dia ingat temannya juga sudah mendapatkan perlindungan bendera itu dan mungkin terlempar juga.
“Montmorency!” teriak wanita itu ketika dia melihat temannya terbaring tidak jauh dari mereka.
Wanita itu lalu berdiri dan berjalan dengan pelan mendekati tubuh Montmorency. Dia lalu berlutut untuk memeriksa kondisinya. Dia langsung bernafas lega ketika melihat temannya masih hidup dan hanya pingsan.
“Aku rasa, aku hanya bisa sampai di sini saja, Montmorency” gumam Wanita tersebut sambil mengelus kepala Montmorency, “Maafkan aku yang sudah merepotkanmu. Tolong jaga mereka untukku, ya?”
Wanita itu lalu mengambil sebuah belati kecil dari saku Montmorency. Belati tersebut berwarna putih dengan sebuah simbol 3 bulan di ujungnya. Setelah dia mengambilnya, dia lalu kembali ke tempat Muhanov.
Wanita itu lalu berlutut di samping tubuh Muhanov. Dia lalu mencabut belati tersebut dari sarungnya. Setelah itu tangannya dia angkat dan mengarahkan mata belatinya ke mata kanannya. Kelopak mata kanannya dia biarkan terbuka menatap ujung mata pisau tersebut.
“Narrum Permission. Compile: Horologia. Generate Command: Open Bridge, Clockwork manipulation. Execute ” ucap wanita itu dengan pelan.
Seketika permukaan mata kanannya berubah menjadi sebuah mesin jam kecil. Dua buah jarum jam di sana lalu berputar tidak karuan dan langsung berhenti tepat pada angka 12:00. Setelah itu dia mulai menusukkan belatinya kepada mata kanan tersebut.
“Apa kau yakin dengan itu?” tanya Dewi Narrum yang langsung muncul di sampingnya membuat wanita itu berhenti sejenak, “Jika kau melakukannya, kau tahu apa yang terjadi kan?”
“Ini pilihan terakhirku, Dewi Narrum. Yang paling penting adalah dia tetap hidup” balas wanita tersebut, “Lagipula, jika dia mati. Permintaan yang telah Engkau kabulkan kepadaku akan menjadi sia-sia”
“Baiklah”
Dewi Narrum lalu menghilang dari pandangannya dan wanita itu langsung menusukkan belati tersebut ke matanya.
Bab 0 - Awal MulaBagian 1Dua orang berlari melewati hutan yang mulai membakar seluruh pohon, hewan-hewan berlarian bersama mereka sambil berusaha menghindari api yang jatuh dari langit. Mereka berdua membawa seorang anak kecil—yang sepertinya terpisah dari orang tuanya. Anak itu terus menangis sampai membuat pundak yang menggendongnya basah karena air matanya.“Andreana, bisa kau gendong anak ini?” katanya sambil mengeluarkan sebuah pedang Excalibur di pinggangnya“Baiklah” jawab seorang wanita bernama Andreana dan mengambil anak tersebut dari pangkuan pria itu“Apa yang akan kau lakukan Richard?”Pria bernama Richard langsung mengeluarkan Excalibur dari sabuknya, sarung pedang Excalibur dia lepas lalu
Bab 1 - PernikahanPohon Dewi Narrum memekarkan bunga berwarna Ungu kemerahan, bunga itu lalu melepaskan diri dari pohon tersebut dan terbang memutarinya sambil menari-nari dengan anggun. Bunga itu juga melepaskan semacam kelap-kelip serbuk bunga dan menghujani 3 orang yang berada di bawahnya. Pohon itu mengulangi prosesnya sampai membuat kubah bunga yang memutari mereka bertiga.“Dewi Narrum, terima kasih sudah hadir dalam pernikahan yang sakral ini. Namaku Sofia Merlinstone, Ratu Varangian, memohon berkahmu untuk hari yang terindah bagi umatmu.” ucap Ratu Sofia.Sofia menengadahkan tangan ke atas sambil menangkap salah satu bunga yang turun di antara mereka. Dia lalu mengambil tongkatnya dan digerakkan memutar, lonceng yang ada di atasnya juga ikut bersuara dengan tempo yang sama saat bunga itu menar
Bab 2 - Pulang ke SheffieldBagian 1Setelah Muhanov dan Andreana menikah, Muhanov langsung membuat perencanaan untuk perjalanan mereka ke Kota Sheffield. Sebelum itu Muhanov harus menyelesaikan beberapa hal seperti memasukkan data keluarga dan kependudukan yang nantinya akan dimasukkan di data Keluarga Vangarian.Prosesnya berlangsung selama 2 hari, agak lama untuk kerajaan mengurusnya karena agak sibuk untuk persiapan ulang tahun perdamaian. Setidaknya Muhanov bisa menyelesaikannya agar dia bisa mendapatkan Surat izin Perjalanan yang biasa dimiliki oleh para Petualang, Pedagang, dan Orang-orang khusus seperti dirinya yang ingin melakukan perjalanan keluar dari Kerajaan.Meskipun Briton adalah anggota Negara Meja Bundar dan Surat itu tidak diperlukan, hanya saja Muhanov memerlukannya jika
Bab 3 - Pertempuran Senjata SurgaBagian 1Muhanov tidak terlalu suka dengan humor gelap yang dibuat Andreana. Terutama saat Andreana terkesan seperti mengejek ayahnya yang sudah mati. Muhanov ingin membicarakan hal tersebut kepada ibunya. Jadi dia bertanya kepada Sirly kapan bisa bertemu dengan ibu Andreana yang setidaknya tanpa ketahuan Andreana.Beruntungnya Muhanov bisa bertemu dengan ibu Andreana saat jam 3 dini hari karena ibunya selalu bangun di saat itu untuk berdoa. Jadi Muhanov mencoba menemuinya saat jam 4 pagi.Saat Muhanov mau keluar dari kamar Andreana. Elizabeth mendapati tuannya yang mau keluar. Awalnya Elizabeth minta ikut tapi ditolak dan Muhanov menyuruhnya untuk memeluk Andreana. Tentu saja Elizabeth tidak menyukainya, tapi karena itu perintah, maka har
Bab 4 - Keinginan AndreanaBagian 1Setelah pertarungan antara Andreana dan Leon yang sempat menghancurkan seluruh taman dan sekitarnya. Kardinal lalu menancapkan tongkatnya di tengah-tengah taman tersebut. Setelah itu dia mengepalkan kedua tangannya dan berlutut.“Berkahilah kepadaku ya Tuhanku, roh-roh pelindung yang Engkau ciptakan dari api yang cahayanya memberikan kehidupan. Katedral Gamma!” ucap Kardinal.Seketika muncul lah pasukan dari atas langit. Kali ini pasukan yang datang mengenakan jubah hitam dengan simbol salib berwarna merah di tengahnya. Pasukan itu memiliki wajah patung berwarna emas. Berbeda dengan Katedral Beta, Katedral Gamma memiliki sayap putih. Sehingga saat mereka turun, mereka mendarat sangat elegan di depan Kardinal.
Bab 5 - Gereja Santa MariaAndreana lalu berencana untuk menutup ruangan kantornya. Berhubung dia sudah bukan lagi Grand Master yang aktif dan tugas-tugasnya di Templar sudah diliburkan, jadi sudah tidak ada gunanya lagi dia berada di Istana Templar lagi. Andreana akan ikut Muhanov sebagai istrinya dan hidup bersamanya.Sebelum itu Andreana ingin memperbaiki jubah besinya yang sempat rusak karena melawan Leon dan melakukan perawatan untuk yang terakhir kalinya. Jadi Andreana akan mengajak Muhanov lagi ke salah satu tempat paling suci di Templar—atau mungkin lebih tepatnya tempat wanita paling suci di Templar, Gereja Santa Maria.“Untuk apa aku harus menemanimu di sana? Bisakah aku menunggumu disini saja?” tanya Muhanov yang masih trauma dihajar oleh Leon.
Bab 6 - PerpisahanAndreana lalu melakukan persiapan penutupan kantornya. Dia lalu mengambil beberapa barang miliknya yang dirasa penting baginya dan membuang sisanya. Setelah itu dia menyuruh peri buku untuk membawa buku-buku yang dimilikinya diberikan kepada perpustakaan.Andreana lalu duduk sebentar di kursinya untuk menikmati momen terakhir di kantornya tersebut. Meskipun kantor ini jarang dipakai, tapi ada banyak kenangan yang membuatnya cukup bahagia menjadi seorang Grand Master.“Katedral Alpha.” panggil Andreana.Katedral Alpha langsung muncul di samping Andreana seperti biasa dan mengagetkan Andreana seperti biasanya.“Selamat siang, Grand Master.” ucap Katedral Alpha.
Bab 7 - Nisan berdinding“Jadi, kita akan kemana dulu sekarang?” tanya Muhanov.“Dinding Templar.” jawab Andreana.“Apa itu?”“Nanti kamu tahu.”Saat Andreana ingin ke Dinding Templar, Muhanov mencoba melihat peta untuk menuju ke sana dan ternyata tempatnya lumayan jauh. Dinding Templar bertempat di Skotlandia dan untuk mencapai kesana butuh waktu empat minggu dengan menaiki kereta kuda dengan memutari hutan besar yang memisahkan antara Sheffield dan Skotlandia.Muhanov lalu menuju ke pasar terdekat dan membeli persediaan makanan. Saat membeli beberapa makanan, dia menemukan rombongan pedagang keliling yang berencana pergi ke