Share

Bab 6 - Perpisahan

Bab 6 - Perpisahan

Andreana lalu melakukan persiapan penutupan kantornya. Dia lalu mengambil beberapa barang miliknya yang dirasa penting baginya dan membuang sisanya. Setelah itu dia menyuruh peri buku untuk membawa buku-buku yang dimilikinya diberikan kepada perpustakaan.

Andreana lalu duduk sebentar di kursinya untuk menikmati momen terakhir di kantornya tersebut. Meskipun kantor ini jarang dipakai, tapi ada banyak kenangan yang membuatnya cukup bahagia menjadi seorang Grand Master. 

“Katedral Alpha.” panggil Andreana.

Katedral Alpha langsung muncul di samping Andreana seperti biasa dan mengagetkan Andreana seperti biasanya.

“Selamat siang, Grand Master.” ucap Katedral Alpha.

“Sialan, kau masih saja mengagetkan diriku,” balas Andreana, “Aku mau menutup kantor ini, berarti kau akan kubebaskan tugas sebagai pendampingku sekarang.”

“Baik, Grand Master. Terima kasih sudah menggunakan saya selama 35 tahun ini.”

“35 Tahun? Entah kenapa aku merasa jarang menggunakanmu. Tapi aku ada sesuatu untukmu.”

Andreana lalu berdiri, dia mengeluarkan sebuah tongkat salib berwarna merah dan mengetuk dinding kantornya. Lalu keluarlah beberapa panel dari sana dan yang dipilih Andreana adalah [Inventory].

Dia membuka isi dari panel tersebut dan menggulir antarmukanya untuk mencari sesuatu. Setelah ketemu, dia mengeluarkannya. Setelah itu dia kembali ke Katedral Alpha dan memberikannya kepadanya.

“Ini, pakailah.” kata Andreana.

“Ini….. jubah anda, Grand Master.” balas Katedral Alpha.

“Ya. terimalah dan pakailah. Setelah itu bebaslah.”

“Baiklah.”

Katedral Alpha lalu memakai jubah yang diberikan oleh Andreana. Saat dia memakainya, jubah itu benar-benar sangat cocok untuknya. Andreana tidak menyangka jubah saat dia masih kecil masih pas untuknya.

Setelah itu Katedral Alpha lalu pamit sambil menendang pelan ke lantai dengan ujung kakinya. Lantai tersebut lalu terbuka dan di dalamnya ada sebuah peti yang berukuran sama dengan tubuh Katedral Alpha. Katedral Alpha lalu menutup matanya dan merebahkan diri ke dalam peti tersebut.

Andreana lalu mengetuk lantainya dengan ujung kakinya untuk menutup lantai tersebut. Setelah itu dia bersimpuh sambil mengepalkan kedua tangannya di dada untuk berdoa.

Setelah selesai berdoa. Andreana lalu mengajak Muhanov keluar dari kantornya. Setelah itu Andreana mengunci kantor tersebut dengan memegang pintunya selama beberapa menit. Perlahan pintu kantor Andreana menghilang dari pandangan mereka dan berubah menjadi sebuah dinding biasa. 

Semua urusan penutupan yang dilakukan Andreana sudah selesai. Sekarang saatnya pulang dan melakukan hal terakhir yang dilakukan di kota ini sebelum dia ikut sepenuhnya dengan suaminya. Tapi sebelum itu dia harus pamit kepada ibunya.

“Ayo kita pulang ke rumahku dulu, Muhanov.” kata Andreana.

“Baiklah.” jawab Muhanov.

Mereka berdua lalu berjalan keluar dari Istana dan menuju gerbang keluar. Setelah mereka berdua sudah di luar wilayah Istana Templar, Andreana lalu membuka membuka panel [Preset Outfit], dia mengganti bajunya lewat panel tersebut dan memakai baju kasual. Muhanov yang melihat itu langsung kecewa.

“Kau benar-benar suka dengan seragam dan jubahku ya?” Kata Andreana melihat Muhanov yang kecewa “Lagipula ini sudah jadi barang tetap milikku—maksudku milik kita bersama. Aku bisa menggunakannya lagi kalau kau mau melihatnya nanti.”

Muhanov langsung tersenyum, dia lalu menawarkan tangannya untuk Andreana dan Andreana memegang tangan Muhanov dengan lembut— 

“Andreana!” tiba-tiba ada teriakan seorang wanita dari belakang.

Andreana lalu menoleh ke belakang, ternyata yang memanggilnya adalah Reina. Reina berlari menuju ke arahnya.

“Ada apa lagi Reina?” kata Andreana langsung berdiri di depan Muhanov untuk melindunginya, “Dan mana hormatmu, panggil aku Grand Master.”

“Grand Master? Males ah. Aku hanya mau memanggilmu sebagai Grand Master jika kau memakai seragammu.” balas Reina.

“Reina!!”

“Jangan judes begitu dong, Andreana,” Reina lalu membuka panel [Inventory], dia menggulir panelnya dan mengeluarkan sebuah kotak berisi penuh dengan bungkus permen Salmiakki “Ini, janjiku. Tiga puluh bungkus permen Salmiakki.”

“Oh. bagus sekali Reina!” kata Andreana sambil menerima kotak tersebut darinya dan memasukkan ke dalam [Inventory] miliknya.

“Tidak ada kata terima kasih sekali?”

“Sebagai permintaan maaf karena tidak menghormatiku, maka aku tidak akan mengucapkannya.”

“Eeeehhh! Kejam sekali. Iya deh, aku minta maaf. Aku, Reina Mcmilla, Santa Martha VII, minta maaf sebesar-besarnya, Grand Master Andreana.” ucap Reina sambil berlutut di depan Andreana.

Andreana terdiam sebentar melihat Reina. Setelah itu dia berbalik dan menarik tangan Muhanov menuju ke pinggir jalan. Andreana lalu mengangkat tangannya untuk memanggil taksi.

Sebuah taksi lalu berhenti di depan Andreana. Dia lalu masuk ke dalam bersama Muhanov dan langsung menyuruh kusirnya untuk berangkat menuju kediaman Sheffield. Mereka langsung meninggalkan Reina yang masih berlutut di sana.

Muhanov masih menoleh kepada Reina. Tapi setelah taksi mereka berbelok, Muhanov memandang Andreana. 

“Apa?” tanya Andreana tiba-tiba karena merasa Muhanov memandangnya dengan ekspresi tidak enak

“Eh ya, tidak ada apa-apa.” balas Muhanov dan pura-pura menoleh ke luar jendela.

“Kau berharap aku harus memaafkannya, suamiku?”

Muhanov terdiam sambil terus melihat keluar jendela dan berpura-pura menghiraukan pertanyaan Andreana. 

Andreana sendiri lalu membuka panel [Inventory] dan mengambil bungkus permen yang berwarna coklat kehitaman itu. Dia mengambilnya satu dan memakannya. Wajahnya tersenyum ketika dia sedang menikmati rasanya.

“Mau?” tanya Andreana sambil menawarkan bungkus permennya.

Muhanov mengambilnya satu. Dia lalu melihat permen itu sebentar. Terlihat seperti permen coklat. Dia lalu mencoba mencium baunya dan baunya terasa aneh. Hanya saja Andreana terlihat sangat menikmati permen tersebut. Apa ini benar-benar permen manis? Karena penasaran dia lalu memasukkannya ke dalam mulut— 

“HOOOEEKKK, apa ini?” kata Muhanov langsung melepehkan permen tersebut ke tangannya.

Rasa permen itu benar-benar aneh. Ada rasa asin yang menyengat langsung dan menusuk ke dalam lidahnya. Bahkan Muhanov rasanya ingin mau muntah. 

“Ahhh! Jangan dibuang! Berikan padaku, aku akan memakannya!” kata Andreana mengambil permen yang dipegang Muhanov dan langsung memasukkannya ke dalam mulutnya.

“Apa itu? Permen apa itu? Rasanya mengerikan!” kata Muhanov.

“Salmiakki.”

“Salmiakki?” rasa asin dari permen itu benar-benar sangat menyengat membuat Muhanov menggosokkan lidahnya ke jubahnya.

“Permen tradisional Skandanavia—Eh jangan mengusapkan lidahmu ke jubahmu dong,” Andreana lalu mengambil sebuah botol minuman dari [Inventory]nya, “Minumlah ini.”

Muhanov lalu mengambil botol dari tangan Andreana, dia buka dan langsung meminumnya. Setelah dia meminumnya, rasa asin yang menyengat tersebut langsung hilang dari lidahnya. Manis jeruk dari minuman itu juga menyegarkan dirinya.

“Rasa permen itu benar-benar mengerikan, Andreana.” kata Muhanov.

“Mengerikan? Enak kok.” kata Andreana memasukkan permen Salmiakki lagi ke dalam mulutnya.

Muhanov lalu menutup botol minumnya dan mengembalikannya kepada Andreana.

“Andreana?” panggil Muhanov.

“Ya?” balas Andreana.

“Ngomong-ngomong, kau tidak mau memaafkannya?”

“Siapa?”

“Reina tadi.”

Ekspresi Andreana langsung berubah.

“Tidak.” jawab Andreana dengan tegas

“Kenapa?” balas Muhanov bertanya.

“Lebih baik aku kehilangan harga diriku sebagai Grand Master dengan cara ditawan dan diperkosa olehmu daripada harus memaafkannya.”

“Kenapa analogimu seperti itu”

“Agar kamu lebih paham saja. Lagipula aku tidak suka dengannya. Dan aku lebih suka denganmu.”

“Pffttt. Baiklah.” kata Muhanov sambil pindah duduk ke samping Andreana.

“Ada apa?” tanya Andreana.

“Aku ingin memelukmu.”

“Ooh. Silahkan, suamiku.”

Muhanov lalu memeluk Andreana dan mengelus kepalanya. Andreana yang wajahnya agak marah langsung tersenyum dan menikmati elusan tersebut.

“Muhanov?” panggil Andreana.

“Ya?” jawab Muhanov.

“Sehabis ini, kita akan kembali ke Vangarian kan?”

“Ya.”

“Kalau begitu nanti aku minta sesuatu dulu sebelum kita berangkat ke Vangarian.”

“Apa itu?”

“Nanti aku beritahu setelah kita berangkat.”

“Baiklah.”

“Elus lagi kepalaku dong.”

Muhanov tersenyum dan dia mengelus kepala Andreana lagi.

Setelah 15 menit perjalanan. Mereka akhirnya sampai di depan pintu gerbang rumah Andreana. 

Sirly dan Elizabeth yang berdiri di depan pintu rumah Andreana penasaran dengan siapa yang datang. Ketika kereta tersebut membuka pintu, tiba-tiba Elizabeth berlari menuju ke pintu gerbang. Sirly yang tidak tahu ada apa langsung ikut mengejarnya.

Tidak disangka larinya Elizabeth sangat cepat sampai Sirly hampir tidak bisa mengejarnya.

Ternyata yang turun dari kereta tersebut adalah Muhanov dan Andreana. Sirly tidak mengerti bagaimana caranya Elizabeth mengetahuinya padahal jaraknya jauh sekali dari pintu rumah dengan pintu gerbang.

Elizabeth berlari terus menghampiri Muhanov dan dia langsung memeluk Muhanov yang baru saja turun dari keretanya.

“Master, master, master, master, master. Master, master, master, master,” ucap Elizabeth berkali-kali sambil mengeluskan wajahnya ke dada Muhanov.

“Aku pulang Elizabeth.” jawab Muhanov sambil mengelus kepalanya.

Sirly sendiri baru saja datang, dia lalu membungkuk di depan kami sambil berusaha mengambil nafas.

“Selamat datang—hosh hosh—Master Muhanov dan Nyonya Ana—Maaf, hosh hosh.” ucap Sirly terengah-engah

“Elizabeth merepotkanmu ya?” tanya Muhanov

“Tidak Master……... Dia berlaku baik di tempat kami.”

“Benarkah? Soalnya Elizabeth ini pelayanku yang paling cerewet. Dia pasti merepotkanmu kan? Aku bisa menghukumnya kok.”

Elizabeth menoleh kepada Sirly sambil berwajah sedih dan Sirly membalasnya dengan tersenyum.

“Tidak Master, dia tidak merepotkan kami sama sekali,” uap Sirly, setelah itu dia  menoleh ke Andreana “Nyonya Ana, saya sudah mempersiapkan barang-barangmu jika Nyonya sudah siap berangkat.”

“Terima kasih Sirly. Aku akan pamit kepada ibuku dulu.” balas Andreana.

Mereka lalu masuk ke dalam rumah Andreana untuk melakukan persiapan keberangkatan. Andreana dibantu oleh Sirly menaruh semua barangnya ke kereta kuda yang sudah disiapkan untuknya. Setelah selesai, dia pergi menuju kamar ibunya. 

Disana ibunya yang sudah tua dan lemah sedang berbaring di tempat tidur. Dia sedang memandang keluar ke arah jendela sambil menikmati momen-momen hari tuanya. Saat Andreana datang ke kamarnya, dia langsung bahagia dan menyuruh beberapa pelayannya untuk menaikkan kasurnya.

Andreana berlutut di samping kasur, dia memegang tangan ibunya dan diciumnya. Andreana lalu meminta pamit kepada ibunya dan minta maaf atas apa yang sudah dilakukan kepada ibunya. Apalagi ada kemungkinan bahwa Andreana tidak akan kembali ke Sheffield untuk waktu yang sangat lama—bahkan mungkin tidak bisa pulang ke Sheffield selamanya. Andreana akan sangat menyesali hidupnya sendiri jika suatu saat ibunya meninggal maka dia tidak punya kesempatan untuk meminta maaf.

Ibunya tersenyum dan memaafkan seluruh perbuatan yang sudah Andreana lakukan selama ini. Andreana seperti mau menangis saat mendengarnya tapi dia berusaha menahan tangisnya dan memberikan senyuman yang tulus kepada ibunya. Dia lalu memeluk ibunya dengan hangat. Setelah itu Muhanov juga ikut mencium tangan ibu Andreana sambil meminta izin untuk berangkat sambil membawa Andreana sebagai istrinya.

Rim tertawa dengan pelan ketika mendengarnya. Sebenarnya Muhanov sudah tidak perlu meminta izinnya lagi karena Andreana sudah mendapatkan restu dari kedua orang tuanya dan Andreana juga sudah resmi menjadi miliknya. Muhanov bebas membawa Andreana pergi kemanapun yang dia mau.

Rim hanya berpesan kepada Muhanov agar Muhanov bisa merawat dan membahagiakan Andreana, meskipun Andreana sangat cerewet dan suka memarahi orang lain jangan sampai Muhanov menyakiti hatinya. Meskipun Andreana terlihat wanita yang sangat kuat, dia mudah jatuh jika yang dia lukai adalah hatinya.

Muhanov mengangguk, dia akan berjanji melakukannya. Andreana terlihat mukanya memerah karena malu saat ibunya mengatakan hal tersebut.

Setelah mereka meninggalkan kamar Rim. Mereka lalu pamit ke beberapa saudara Andreana yang masih ada di rumah. setelah selesai mereka lalu menuju ke kereta kuda dimana Elizabeth berdiri menunggu di sana.

Muhanov lalu naik ke dalam keretanya dan duduk di bagian kusir. Andreana yang mau naik langsung terhenti dan berbalik kepada Sirly.

“Sirly, terima kasih ya sudah melayaniku sampai sekarang.” ucap Andreana.

Sirly menunduk sambil telinga kucingnya turun. “Sebuah kehormatan bagi kami untuk melayani Keluarga Pendiri Templar, khususnya Nyonya Ana.” balasnya.

“Maafkan aku selalu merepotkanmu”

“Nyonya Ana tidak perlu minta maaf.” Sirly memegang lengan Andreana “Jujur saja Nyonya Ana, sebagai pelayan yang sudah menemanimu sejak kau lahir. Rasanya itu seperti baru kemarin aku menggendongmu sewaktu masih bayi, sekarang kau sudah menjadi wanita yang hebat dan akhirnya kau sudah menikah. Melihatmu sudah bahagia mendapatkan apa yang kau inginkan adalah kebahagiaanku juga Nyonya Ana.”

Andreana lalu memeluk Sirly, Sirly lalu membalas pelukannya

“Kau jadi terlihat mirip Ibuku sekarang.” ucap Andreana.

“Aku dan Ibumu sudah berteman dekat sejak lama, yah tidak heran jika Nyonya Ana bilang kami mirip” balas Sirtly sambil memeluk dan mengelus kepala Andreana “Selamat jalan Nyonya Andreana”

“‘Ana’, Sirly”

“Ini hari terakhir aku mungkin melihatmu, jadi izinkan aku memanggilmu dengan nama penuhmu.”

Andreana tertawa pelan. “Baiklah, kau kuizinkan.” balasnya.

Andreana lalu melepas pelukannya, dia lalu berlutut dan mencium tangan Sirly. Sirly langsung terharu dengan apa yang dilakukan Andreana. Meskipun dia hanya ras yang paling rendah dari Manusia, Andreana memberikan penghormatan yang indah kepadanya.

Setelah itu Andreana berdiri dan langsung naik ke kereta kuda. Muhanov lalu memecut kudanya dan mereka langsung berangkat. 

Sirly melambaikan tangan kepada mereka dan Andreana membalas lambaian tangannya. Andreana jadi sedih harus meninggalkan rumahnya, tapi meskipun dia harus meninggalkan rumahnya. Sekarang dia sudah punya tempat baru yang akan disebutnya sebagai “Rumah”.

“Kenapa kau melihatku seperti itu Andreana?” Kata Muhanov saat Andreana tiba-tiba duduk di sampingnya dan menatapnya.

“Tidak ada apa-apa sayang.” Andreana lalu memeluk tangan Muhanov.

“Hei hati-hati, aku memegang tali kuda ini.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status