Share

Bab 4

“Ya, untuk sikap burukku pada awal kehadiranmu dalam keluargaku.” Dae Hyun menatap lekat wajah Qeiza.

“Aku tahu, saat itu aku terlalu kekanak-kanakan dan mungkin juga sedikit picik.”

Qeiza tersenyum manis lewat tatapan matanya. “Kau tidak perlu minta maaf,” jawabnya. “Semua orang mungkin akan bersikap sama mengenai hal itu.”

“Kau tidak dendam?” tanya Dae Hyun. Sulit dipercaya bahwa Qeiza ternyata tidak menaruh dendam kepadanya.

Qeiza menggeleng. “Aku justru sangat berterima kasih, Oppa,” aku Qeiza. “Sejak kecil aku tidak punya siapa-siapa, lalu tiba-tiba saja memiliki orang tua dan kakak yang luar biasa.”

Qeiza menatap hangat wajah Dae Hyun. “Itu anugerah terindah yang Tuhan beri untukku.”

Mendadak hati Dae Hyun merasa miris. Sekelumit sesal menikam ketenangannya. Dia sungguh menyesal karena pernah menolak kehadiran gadis itu di dalam keluarganya.

Penolakan itu menjadi penyebab dalam peningkatan frekuensi kepulangannya ke Korea. Hampir setiap musim dia mengunjungi orang tuanya. Bukan karena kesibukannya sedang berkurang atau ingin menunjukkan bakti kepada orang tuanya, melainkan karena ia khawatir gadis asing yang diangkat anak oleh orang tuanya itu hanya akan mendatangkan masalah dan memanfaatkan kekayaan orang tuanya saja.

Awalnya dia bersikap tak acuh kepada gadis itu, walaupun dia juga tidak berani menunjukkan rasa tidak sukanya secara terang-terangan. Terlebih di hadapan kedua orang tuanya. Namun, setelah beberapa kali pertemuan, hatinya mulai tersentuh oleh ketulusan dan keluguan gadis itu, sehingga akhirnya dia benar-benar menganggap dan memperlakukan Qeiza seperti adik kandungnya sendiri.

“Tidak, Ae Ri. Kaulah anugerah terindah yang dikirim Tuhan untuk keluargaku,” balas Dae Hyun. “Jadi, jangan marah kalau aku benar-benar akan mengawasimu dengan ketat. Aku, terutama orang tuaku, tidak ingin hal buruk menimpamu.”

Hati Qeiza mendadak dipenuhi kehangatan. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan. Ia baru tahu bahwa ia masih memiliki seorang paman ketika lelaki itu mendadak menghubunginya dan memaksanya untuk menikah dengan Ansel lantaran ia tidak mempunyai anak perempuan. Sungguh tidak adil, bukan?

Parahnya lagi, lelaki yang mengaku adik dari ayahnya itu juga tidak pernah lagi mengontaknya setelah proses akad nikah empat tahun yang lalu. Paman macam apa dia?

Tuhan tidak pernah tidur. Keberuntungan bisa datang kapan saja dengan cara yang tak terduga, maka yang perlu dilakukan hanyalah menjemput keberuntungan itu dengan terus menabur benih kebaikan pada setiap musim di sepanjang tahun.

Qeiza sangat bersyukur, nasib baiknya mendapat beasiswa ke Korea Selatan juga mempertemukan dirinya dengan keluarga baru.

***

Waktu terus bergulir seperti anak panah yang terlepas dari busurnya. Terus melesat hingga tiba saatnya berhenti pada tempat yang semestinya.

Qeiza memutar tas selempangnya ke belakang. Keluar dari apartemen, dia segera mengayuh sepedanya menuju sebuah perusahaan fesyen ternama. Hari ini ia akan mengikuti wawancara kerja pertamanya setelah puas menikmati waktu libur untuk menenangkan diri. Melupakan bayangan kelam masa lalu sembari menunggu Adnan mengirimkan akta cerainya.

Jarak apartemennya tidak terlalu jauh dari perusahaan tempatnya melamar kerja. Jadi, tidak butuh waktu lama bagi Qeiza untuk tiba di sana.

Qeiza memarkir sepedanya di bagian khusus sepeda karyawan. Sesaat ia merapikan lagi letak tas dan jilbabnya sambil curi-curi kesempatan untuk becermin muka pada spion mobil dengan cara yang tidak mencolok.

Qeiza mengembuskan napas kencang setelah merekam bentuk gedung pencakar langit di depan matanya itu dalam memori otaknya.

Dengan membaca bismillah, ia pun melangkah masuk dan langsung menuju tempat wawancara setelah bertanya kepada petugas resepsionis perusahaan itu.

“Kim Ae Ri!”

Seorang lelaki muda memanggil dari depan pintu ruangan wawancara.

“Ya.”

Qeiza segera bangkit dari kursi yang didudukinya. Dia langsung mengekori lelaki itu, memasuki ruangan.

Setelah dipersilakan, Qeiza pun duduk berhadapan dengan pewawancaranya. Seorang lelaki berusia sekitar akhir tiga puluhan.

Lelaki itu membaca detail CV yang dilampirkan Qeiza dalam surat lamarannya.

“Anda belum memiliki pengalaman kerja, Nona Kim Ae Ri?” tanya lelaki itu, melayangkan tatapan sedikit meremehkan kepada Qeiza.

“Belum,” jawab Qeiza, mengakui kebenarannya.

Lelaki itu mendesah. “Sayang sekali, Nona!” ujarnya. “Prestasi akedemik Anda sangat bagus, tapi perusahaan kami membutuhkan desainer yang sudah berpengalaman, bukan fresh graduate.”

Tiba-tiba saja Qeiza menyesal karena telah menolak tawaran Dae Hyun untuk bekerja di perusahaannya. Qeiza pikir ia ingin meniti karier dari nol dengan usahanya sendiri tanpa rekomendasi atau campur tangan Dae Hyun.

“Tunggu!” sela seseorang tanpa diduga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status