Share

Bab 11

Apa pun yang kau inginkan, butuh perjuangan dan kesungguhan untuk mewujudkannya.

***

Pandangan Xander terpaku pada sosok Qeiza yang sedang berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Sudah dua hari Xander mengamati wajah Qeiza dengan sangat teliti dari kejauhan.

“Aku yakin sekali gadis itu adalah Nona Qeiza,” gumam Xander berulang kali pada diri sendiri.

Xander membuka data diri Qeiza yang berhasil dihimpunnya. Data terakhir menginformasikan bahwa mantan istri bosnya itu telah menamatkan program pascasarjana-nya beberapa bulan yang lalu dari salah satu universitas ternama di kota ini.

Jadi, tidak mengherankan bila dia bisa memperoleh pekerjaan dengan sangat mudah di sini. Masalahnya, gadis yang diyakininya sebagai Qeiza itu justru bernama Kim Ae Ri.

Xander tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Apakah hanya sebuah kebetulan mereka memiliki kesamaan wajah? Atau memang Qeiza yang telah mengubah identitasnya secara rahasia?

“Aaargh!” Xander menggeram bingung.

Bagaimana mungkin dia memberitahu Ansel kalau dia sendiri belum bisa mengumpulkan bukti valid tentang dugaannya itu?

“Jadi, kerjaanmu seharian ini hanya melamun?” sentak Ansel, membanting bundelan map di atas meja Xander.

“Aish! Bikin kaget saja!” gerutu Xander.

CTAK!

Buku jari tengah Ansel refleks mendarat di kepala Xander.

“Jaga pandangan matamu!” ujar Ansel.

Sudah cukup lama dia mengikuti arah tatapan Xander. Mengetahui asistennya itu tengah tenggelam dalam pesona Qeiza, darahnya jadi mendidih hingga ke ubun-ubun.

“Dia milikku!”

“Hah!”

“Kenapa? Ada yang salah?”

Xander bengong. Ansel begitu tergesa-gesa menyetujui perceraiannya dengan Qeiza. Kenapa sekarang lelaki itu malah mengklaim wanita itu sebagai miliknya? Ada yang korslet dengan isi kepala Ansel.

“Kau sudah menalak istrimu, Man!” ujar Xander, mengingatkan Ansel.

“Terus kenapa?” tanya Ansel. “Justru itu sebuah kebetulan yang menguntungkan, bukan?”

Raut muka Ansel berbinar cerah dan dia berkata dengan penuh percaya diri, seakan ia telah mengambil keputusan yang sangat tepat dengan menyetujui gugatan cerai dari Qeiza.

'Tunggu sampai aku menemukan bukti bahwa Kim Ae Ri adalah Qeiza,' cetus Xander. 'Aku mau lihat apa kau masih berpikir bahwa perceraianmu adalah sebuah keberuntungan atau malah sebaliknya.'

Sayangnya, semua perkataan itu hanya bergema di dalam hatinya. Dia tidak punya cukup keberanian untuk melontarkan rangkaian kalimat itu secara langsung kepada Ansel.

“Suatu hari kau akan menyesalinya,” ujar Xander.

No, no, no. No way!”

Ansel menyangkal dengan nada suara yang sangat yakin disertai jari telunjuk yang bergerak tegas.

Ia berpaling pada Qeiza yang sedang berkutat dengan desainnya. Senyumannya langsung merekah begitu melihat ekspresi lucu yang ditampilkan Qeiza saat tengah fokus dengan pekerjaannya.

“Aku telah menemukan tambatan hatiku, Xander,” gumam Ansel. “Dialah wanita yang kuinginkan.”

Ansel berkata dengan suara serak dan sarat dengan rasa damba. Manik matanya pun berpijar terang, seakan penuh dengan kerlip bintang.

“Dia sangat cantik … dan unik. Iya, kan?”

Xander hanya geleng-geleng kepala mendengar pujian yang dilontarkan Ansel untuk Qeiza.

“Dia tidak lebih cantik dari istri yang telah kau ceraikan!” sahutnya.

Ansel langsung berpaling kepada Xander dengan tatapan garang. Ia membungkuk. Tubuhnya yang jangkung mampu melangkahi meja kerja asisten pribadinya itu.

Ansel mencengkeram tulang geraham Xander dengan kuat. “Sekali lagi kau mengingatkanku pada wanita benalu itu, aku tidak akan segan-segan memulangkanmu ke tanah air,” ancamnya.

Ya. Bagi Ansel, sosok Qeiza tak ubahnya seperti benalu yang akan membunuh inangnya secara perlahan. Sialnya, ayahnya telah menempelkan benalu itu kepadanya hanya dengan alasan konyol bahwa ibunya menginginkan menantu berdarah Indonesia, sama seperti dirinya.

Untungnya, benalu itu justru memilih memisahkan diri darinya dengan mengajukan gugatan cerai tiga bulan setelah ayahnya meninggal dunia. Ibunya? Tentu saja Ansel harus merahasiakan semua itu dari ibunya yang masih berduka.

“Terserah kau saja!” tukas Xander. “Jangan bilang aku tidak pernah memperingatkanmu!”

Xander meraih map yang diempaskan Ansel tadi, lalu menyibukkan diri dengan dokumen itu. Masa bodoh dengan wajah tegang Ansel saat lelaki itu kembali ke ruang kerjanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yenny Sidharta
suka sama cerita,tp ada bbrp bahasa yang tidak saya mengerti....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status