Share

Kemunafikanku

“Jay! Lo tahu, nggak?” Tampak jelas sebuah perasaan bahagia di wajah Tio. Matanya perlahan-lahan menyipit. Senyumannya bertambah semakin lebar.

“Lah, lo belum ngasih tahu. Mana gue tahu.”

“Gue jadian sama Tasya!” ujar Tio sambil mengangkat kedua tangannya.

Sebetulnya, aku sama sekali tidak bahagia. Tidak akan pernah bahagia Tio menjadi bahagiaku. Sebut saja aku munafik, tetapi yang jelas, aku hanya berusaha untuk tidak membohongi diri sendiri.

Menyesakkan dada. Sebuah paku baru saja menancap di jantung hatiku. Teramat pedih hingga aku merasa sangat ingin berteriak sekencang-kencangnya, kemudian menghantam apa pun di sekitar sebagai lampiasan. Namun, itu tak perlu, sebab aku hanya perlu menampilkan wajah seakan-akan aku ikut bahagia di hadapan Tio.

“Bagus kalau gitu, Yo. Gue dukung lo seratus persen.” Aku pun melemparkan senyuman yang sungguh dipaksakan kepada Tio.

“Gue boleh minta sesuatu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status