"Keberatan?"
"Dengan senang hati, Pak."Dela, sekretaris barunya James tersenyum riang sambil berlari kecil untuk mengunci pintu. Ia dengan hati berbunga akan menuruti permintaan bos tampannya. Siapa yang bisa menolak pesona James Baskoro, CEO muda idaman wanita lajang seperti dirinya.Setelah mengunci pintu, Dela wanita muda berambut pirang itu mulai membuka kancing kemejanya satu persatu. Sejak Doni menghubunginya, satu minggu yang lalu, ia mulai gencar melakukan perawatan tubuh dan wajah di salon kecantikan langganannya. Dari ujung kaki hingga ujung rambut, ia bahkan sempat panik ketika satu jerawat tumbuh di pipinya. Menurut keterangan Doni, James menyukai wanita yang berpenampilan sempurna dari wajah serta bentuk tubuh yang proporsional. Dela bahkan rela memperketat dietnya untuk menjaga keindahan lekuk tubuhnya. Kemarin ia sempatkan untuk luluran agar kulitnya terlihat lebih glowing, tidak lupa ia membeli parfum mahal yang bisa membuat laki-laki semakin tertarik untuk menghidu tubuh séksinya. Menjadi sekretaris James Baskoro adalah impiannya. Bagaimana tidak, selain gaji yang besar, James terkenal royal kepada wanita yang bisa menyenangkan dirinya. Dela sudah melihat wajah James di majalah bisnis dan media infotaiment, ia langsung terpikat dengan ketampanan cowok blasteran itu dan kini kesempatan untuk berduaan merajut kasih terbuka lebar untuknya. Dela berusaha keras mengikuti seleksi yang di lakukan sangat ketat oleh Doni untuk mencapai di posisi ini."Masih virgin?"Gerakan tangan Dela yang sedang membuka kancing bajunya segera terhenti, ia grogi dengan pertanyaan James yang tidak disangkanya. Namun Dela sangat pandai menyembunyikan kekalutannya. Ia langsung melepas kemeja yang melekat di tubuhnya sambil berkata. "Saya tidak virgin, tapi saya bisa memberikan kepuasan seperti yang Bapak inginkan." Dela tersenyum menggoda melihat ekspresi wajah James yang tidak menandakan kecewa, ia berlanjut membuka pengait bra dan langsung melepasnya.Mata James melebar melihat keindahan buah dàda sekretaris barunya yang masih kencang dan padat. Gerakan jatuhnya kedua benda kenyal ketika penyangganya terlepas, terlihat sangat séksi. Benturan gunung kembar dari sisi satu ke sisi lainnya akibat gerak langkah tubuh pemiliknya membuat rasa lapar di perut James tergantikan oleh rasa haus syahwatnya. James melonggarkan dasi di lehernya yang terasa mencekik, mendadak tubuhnya terasa panas. Ia menunggu kejutan apa yang akan diberikan oleh Dela sebagai perkenalan di hari pertamanya bekerja."Umur berapa?""23 tahun, Pak.""Baru lulus?""Setengah tahun yang lalu, Pak." Dela berjalan mendekati James, ia sudah tidak sabar untuk menerima sentuhan tangan James di seluruh tubuhnya. Sudah lama ia tidak menikmati kehangatan ranjang. Tubuh Dela mendamba, berharap James akan membawanya melayang mengarungi kenikmatan surga dunia yang memabukkan."Pak …." suara Dela sudah serak, menandakan ia sudah bernafsu."Kenapa?" James terkekeh. "Bukankah kamu tadi bilang akan menunjukkan kelebihanmu, kamu sudah lupa?"Dela menggigit bibir bawahnya yang membuat bibir Dela semakin terlihat sensual. Otaknya berpikir keras, kelebihan apa yang ingin ia tunjukkan kepada James?"Waktumu terbatas, sebelum jam makan siang, Desi.""Dela, Pak, nama saya Dela bukan Desi."James mengibaskan tanganya ke atas. "Whatever, show me now!"Dela mengambil ponsel dari saku rok spannya, ia mendapatkan ide untuk menari erotis sebagai perkenalan dengan bos barunya. Setelah alunan musik genre RnB yang ngebeat terdengar, Dela mulai meliuk-liukkan tubuh séksinya yang sudah polos bagian atasnya dengan sangat luwes. Gerakan erotis, kulit mulus serta buah dàda yang menantang sungguh perpaduan yang membuat adrenalin James bergetar. Dela berjalan mendekati James sambil menyibak rambut panjangnya ke belakang. Ia langsung duduk di pangkuan James. "Bagaimana, Pak, Bapak suka?" Dela mengusap dàda bidang James."Not bad." James diam, tak bereaksi. Ia ingin melihat Dela frustasi karena menunggu sentuhannya."Pak, touch me." Dela mendesah."Apa?" James pura-pura tidak paham."Pak James, touch me now please …." Dela semakin frustasi.Senyuman James mengembang di bibirnya, satu lagi wanita bertekuk lutut di kakinya, mengemis mengharapkan sentuhannya. "Sure, Dewi.""Dela, Oak." Dela protes karena James salah memanggil namanya. Jangan salahkan James, terlalu banyak wanita di hidupnya sehingga ia tidak mampu mengingat nama mereka satu persatu."Berdiri.""Apa, Pak?" Dela bingung."Berdiri dan buka semua penghalang itu." James menuding rok ketat yang masih menempel di tubuh Dela."Siap, Pak." Dela langsung berdiri lalu dengan cepat membuka resleting roknya. Ia menarik serta celana dalam tipis yang menerawang berwarna merah, kedua benda itu jatuh di ujung kakinya, Dela langsung mengangkat sebelah kakinya lalu membuang rok dan celana dalamnya menggunakan ujung high heelsnya ke sembarang arah.James menggeleng melihat kelakuan calon sekretarisnya."Pak." Dela yang sudah polos tdn sehelai bensng pun, menarik tangan James untuk mengikutinya ke arah sofa. Tak menunggu lama, Dela langsung menyerang bibirJames dengan ganas. Dela berjinjit karena tubuh James yang tinggi. Jantung Dela berdetak kencang ketika merasakan bibir James yang terasa manis, lamunan fantasi untuk bercinta dengan James akhirnya terwujud. Napas Dela terengah ketika James mendorong tubuhnya."Kamu nggak sabaran banget, sih?" James tersenyum mengejek."Itu impian saya, Pak."James melongo mendengar jawaban Dela yang absurd."Saya sangat menantikan momen ini, bercinta dengan Bapak adalah impian saya." Tanpa malu, Dela melepas jas yang dikenakan James lalu mendorong tubuh James jatuh di atas sofa, ia lalu naik ke atas tubuh James." Pak, sentuh saya, saya butuh sentuhan Bapak. Terserah Bapak mau menilai apa, saya bisa gila karena Bapak nganggurin saya dari tadi. Please Pak, touch me right now." Dela yang duduk mengangkang, mulai membuka kancing kemejanya James."Dena, Dena, ck, ck, ck. Gila, kamu frontal banget, sih?" James berkelakar."Dela, Pak, Dela." Dela sudah tidak sabar dipermainkan oleh James, ia menarik tangan James untuk meremas salah satu buah dàdanya, bibirnya langsung membungkam bibir James yang bagai candu.James yang sedang tertawa langsung diam karena disumpal oleh bibir Dela.'Gila, gue mau di perkosa. Ya Lord … dunia memang sudah terbalik.' batin James sambil menikmati bibir dan buah dàda Dela.Erangan Dela tertahan karena ciuman panjangnya. Tanganya bergerak mulai membuka sabuk James. Ia sudah tidak sabar menikmati keperkasaan James yang hebat sesuai dengan rumor yang beredar."Ya Tuhan, apa-apaan ini?!" suara seorang wanita membahana setelah suara pintu dibuka dengan kasar."B-bunda.""James Oliver Baskoro!"TBC."Ya Tuhan … apa-apaan ini!" Suara seorang wanita membahana setelah pintu dibuka secara kasar. "B-bunda." "James Oliver Baskoro!" James langsung mendorong tubuh Dela yang berada di atasnya dengan keras. James tahu jika bundanya sudah memanggil nama lengkapnya, itu berarti beliau sangat marah. Tubuh Dela terjungkal kebelakang. "Aduh." Dela memegang pinggangnya yang terantuk meja tamu. Wajah Dela jatuh tepat di kaki seorang wanita bule paruh baya berambut coklat. "Memalukan! Wanita macam apa kamu!" Pandangan Felicia, bundanya James sangat tajam kepada Dela. "Dibayar berapa kamu oleh anak saya untuk melakukan pekerjaan tambahan ini?" "S-saya." Suara Dela bergetar, lenyap sudah nàfsunya berganti dengan ketakutan dan rasa malu. James yang tak kalah takut, segera mengancingkan kemeja dan membetulkan sabuk dan resleting yang sempat Dela buka tadi. "Pakai pakaianmu, dan mulai detik ini kamu dipecat dengan tidak terhormat." "N-nyonya, sa ….""Pergi, keluar dari sini sekarang juga atau s
"Kita mau kemana, kak?""Kita keluar jalan-jalan, ya … setidaknya untuk saling mengenal, Nam." James merasa aneh, seumur hidupnya ia tidak bisa mengingat nama seorang wanita, kecuali Malika. Namun kali ini ia dapat mengingat nama Nami yang baru sehari dikenalnya.Felicia menyuruh James, mengajak Nami keluar untuk pendekatan. Tentu saja James menurut setelah diancam."Oh, oke." Nami tersenyum riang, entahlah jantungnya berirama ketika harus berdekatan dengan James. Nami bukanlah tipe gadis pemalu, sudah sangat sering berhadapan dengan laki-laki yang mengejarnya. Namun saat ini, ia akui agak sedikit grogi ketika berduaan dengan James. Mungkin ini yang dinamakan cinta, pikirnya."Bagaimana kalau kita nonton? Kamu mau?" tanya James."Why not. Aku suka nonton." Nami terlihat antusias."Kamu suka film apa?""Terserah, Kakak. Aku penikmat semua genre.""Emm …." James melihat-lihat list film yang terpampang di layar monitor."Itu saja, Kak." Nami menunjuk sebuah film kartun animasi produksi da
"Demi apa, elo sudah tunangan, James?" Bagus menepuk pundak James dengan keras sehingga minuman yang ada di gelas tumpah di meja. "Woe …kira-kira Bambang, yang kena masalah gue, kenapa elo yang heboh." James melotot. "Sorry bray, gue syok aja. Elo tiba-tiba udah tunangan dan minggu depan mo nikah." Bagus memasang wajah melasnya. "Cewek yang kek gimana yang bisa meluluhkan hati elo James, penasaran gue." Dean yang baru gabung ikut nimbrung. "Bentar gue kasih lihat elo. Beri penilaian sendiri aja. Males ngomongin gadis ingusan seperti dia." "Busyet elo udah nyimpen photonya dia, James?" Bian ikut-ikutan kepo. "Mana mungkin lah, gue berteman sama dia di akun sosmed. Nih kalian lihat sendiri." "Wih, nggak salah James, elo bukan pedófil, kan?" Dean terbengong melihat photo Nami. "Sembarangan." James memùkul kepala Dean. "Buktinya ini masih kek anak SMA, tapi imut sih gue juga demen yang kek gini" "Coba, coba, mana, aku pengen lihat." Bian merebut ponsel James dari tangan
Mata malika memanas, airmata yang sejak tadi ia tahan, akhirnya luruh juga. Ia iri, hatinya berdenyut nyeri. James memperlakukan gadis muda itu dengan sangat manis. Kakinya tidak dapat ia kendalikan untuk mengikuti mereka berdua yang masuk ke dalam butik baju pengantin terkenal itu."May, ngapain lo? Kalau cuma untuk mengintip dari luar, mending lo pulang aja deh. Daripada kayak bintang sinetron di TV ikan terbang. Sekarang tanya dia, apa maunya? Ngegantung hubungan kayak gitu?" Fani kesal melihat sahabatnya itu beberapa kali mengelap matanya.Malika cuma menangis, tidak menghiraukan ucapan Fani."Ya ampun May, cinta boleh, bòdoh jangan. Udah sepuluh tahun lebih hubungan kalian tapi dia tambah sadis aja menyakiti elo. Kenapa lo masih bertahan, hem? Sumpah demi apa, gue nggak ngerti jalan pikiran elo.""Lo nggak ngerti apa alasan James berubah kayak gitu? Dulu dia nggak begitu. Itu semua salah gue, gue yang jadi penyebab James hidup dalam kebencian." "Segitunya elo masih belain dia? Se
"Nggel, hari minggu main ke rumah, ya?" James menemui Malika di saat jam sekolah sudah berakhir.."Nggak ah, aku ada kerjaan.""Nggak usah kerja, nanti gue kasih uang. Lo ikut aja sama gue, main ke rumah. Bunda pasti seneng lihat elo.""Nggak mau, aku mau cari uang sendiri.""Elo nolak? Baiklah, gue mau main gabung sama Kenzo dan kawan-kawan.""Eh apa-apaan, kamu jangan tawuran lagi." ucap Malika panik.James tersenyum senang saat Malika melarangnya untuk tawuran, ada rasa khawatir untuknya. Berarti perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan."Kenapa jadi senyum-senyum sendiri?" Malika terbengong."Nggak kok, kamu cantik banget."Pipi Malika langsung memerah. James selalu membuatnya tersipu. Cowok bule tampan yang urakan tapi bisa begitu manis ketika bersama dengannya."Yuk jalan, jangan bengong. Nanti pipi kamu meletus karena kepanasan." James mencolek pipi Malika. "Ih jangan colek-colek." Malika cemberut.Memang dasar cantik cemberut pun makin cantik. Pen gue …." James mendekatkan bi
"Jangan, James, jangan." Malika mulai menangis."Jangan takut, May. Gue bakal hati-hati, percaya, deh." James mengecup pipi Malika yang basah dengan air mata."A-ku takut, James." Buliran air mata jatuh berderai di kedua pipi mulus Malika."Gue janji kalau elo nggak kuat, gue bakal berhenti." rayu James."Bukan itu, kita masih sekolah, James." Malika menggenggam tangan James."Elo takut hamil?"Malika mengangguk."Gue udah siapin pengaman, lo nggak usah khawatir, percaya sama gue." James mengambil alat konstrasepsi yang sudah dibeli dari apotek terdekat.Malika tertunduk."Kenapa lagi, May." James menghela napas. "Lihat gue, May. Lo cinta nggak sama gue?"Malika mengangguk sambil tersipu malu."Ya udah, gue juga cinta sama elo. Banget malahan." Tangan James menyisir rambut Malika ke belakang.Malika menautkan kedua tangannya, gelisah."Please … May, gue pengen banget ngerasain yang begituan dari kemarin-kemarin, kata temen-temen gue. Enaknya ngalahin apa pun. Banyak cewek-cewek di luar
"Udah May, jangan nangis." James mengelus punggung polos Malika yang di penuhi keringat, sama seperti dirinya.Malika semakin kencang tangisnya."Shh … jangan gitu dong, May. Gue kan udah bilang, bakal tanggung jawab. Gue udah ambil harta yang paling berharga buat elo, maka dari itu, gue akan tanggung jawab, menjaga lo seumur hidup gue. Setelah bisa mimpin perusahaan bokap, gue akan segera nikahi elo. Mau kan jadi Nyonya Baskoro?"Malika menghentikan tangisnya sambil mengangguk pelan."Nah gitu, dong. Masih sakit?" James meraba pangkal pahanya Malika.Malika mengangguk."Nanti kalau udah terbiasa, juga nggak sakit, malah elo bakal keenakan." goda James."James," Malika memukul dàda James."Hahaha, gitu dong, ngomong, jangan diam saja."Setelah untuk pertama kalinya mereka berhubungan badan, James akan meminta Malika minimal seminggu sekali untuk melayaninya. Malika yang sudah cinta dan terlanjur memberikan kesuciannya kepada James, tidak pernah menolak ajakan James. Apartemen James yan
James terbelalak, melihat bundanya sudah berdiri di depannya. Ia tak menyangka di kunjungi bundanya dengan tiba-tiba. "Minggir." Felicia, bundanya James, mendorong tubuh James yang menghalanginya untuk masuk ke apartemen. Ia sangat terkejut melihat James yang hanya mengenakan bokser dengan senjatanya yang terlihat menonjol. Felicia melangkah tergesa, ia masuk ke dalam apartemen. Seketika Felicia menutup mulutnya saat melihat Malika yang terlentang di atas sofa dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. Malika yang masih menahan sakit di area bawahnya, ia berjingkat kaget mendengar suara Felicia. Belum sempat ia mengembalikan kesadarannya, Malika sudah mendapat teguran dari Felicia. "Bangun, kenakan pakaianmu di kamar, jangan keluar sebelum saya panggil." Felicia menatap Malika tidak suka, beda dengan sikapnya yang selama ini manis kepadanya. "Bun, bukan salah Malika, semuanya salahku." James tidak ingin bundanya membenci Malika. "Diam kamu!" Felicia menatap James dengan tatapan