Sejak sat itu, James tidak memperlakukan Malika sebagai kekasihnya. Hubungan mereka hanya untuk mendapatkan keuntungan. James menahan Malika di sisinya untuk membalaskan dendamnya. Sedangkan Malika bertahan karena rasa cintanya yang belum hilang. "Sini, Sayang, jangan jauh-jauh. Di atas kita lanjutkan yang tertunda tadi." James merangkul seorang wanita cantik berwajah oriental campuran Korea. "Kamu masih kuat?" wanita itu meraba dada James dengan nakal. "Kau meragukanku?" James semakin mendesak tubuh wanita itu ke dinding lift. "Ting," Pintu lift terbuka. Malika menutup mulutnya, ia melihat James sedang berciuman mesra dengan wanita cantik yang mirip dengan artis Korea. James tidak peduli, ia hanya melirik sekilas lalu merangkul wanita cantik nan seksi itu keluar dari lift seolah tidak pernah mengenal Malika. Malika berdiri mematung, ia melihat punggung James dengan perasaan hancur. Ia bingung harus melangkahkan kaki, kemana? Kembali ke apartemen, bukanlah pilihan yang tepat, ka
Tatapan mata merah James karena efek dari alkohol tidak membuat Malika takut. Malika justru tersenyum bahagia setelah mendengar permintaan James. "James, aku rindu. Maafkan kesalahanku, aku berjanji ….""Diam, gue nggak butuh janji elo!" James langsung menarik tubuh Malika jatuh di atas ranjang. Dengan brutal ia merobek baju Malika. Tanpa belas kasih James menggauli Malika tanpa pemanasan. Suara tangisan Malika yang minta ampun seakan tidak terdengar oleh James. "Bangun, ganti posisi!" James membalik tubuh Malika dengan kasar. "James." Malika hanya bisa menangis pasrah menerima perlakuan kasar dari James. Setelah beberapa kali pelepasan akhirnya James langsung ambruk tertidur di atas tubuh Malika. Malika mendorong tubuh James hingga telentang. Malam ini ia tidak merasakan nikmat sedikit pun seperti dulu saat James sangat memperhatikan kenyamanannya ketika berhubungan badan. James benar-benar menghukumnya. Dipandanginya wajah tampan James yang sudah terlelap dalam tidurnya. "Samp
"James, kamu pulang." sapa Malika setelah melihat kedatangan James dari balik pintu. "Elo sudah selesai bersih-bersih?""Sudah, aku juga sudah memasak makan malam untukmu." Malika mencoba untuk tersenyum walaupun hatinya kini sedang menangis. Setelah mengetahui sebentar lagi James akan menikah dengan seorang gadis manis dan sepertinya gadis itu adalah gadis baik-baik bukan seperti dirinya."Kalau begitu, Elo boleh pulang.""Tidak apa, aku ingin di sini menunggumu sampai selesai makan." Malika bersikukuh untuk tetap berada di apartemennya James malam ini."Gue tidak mau makan, gue baru saja makan." jawab James dingin. "Oh, begitu ya?" suara Malika terdengar serak dan hampir saja air matanya menetes."Mulai bulan depan Elo tidak usah ke sini lagi, gue akan mempekerjakan seorang tukang bersih-bersih. Tapi nggak usah khawatir gue tetap akan memberi Lo uang bulanan untuk hidup Lo dan keluarga Lo.""Kenapa, aku tidak boleh ke sini?" tanya Malika pura-pura. Padahal ia sudah tahu alasannya
Kini tubuh Malika sudah polos tanpa sehelai benang pun, ia berjalan pelan menghampiri James yang sudah terbaring di atas ranjang. Tanpa ragu wanita itu merangkak naik ke tubuh atletis James."James, sayang." bisik Malika lembut. Gadis itu mengusap pelan dada bidang James untuk membangunkannya."Heem," hanya gumaman dari mulut James karena laki-laki itu masih dipengaruhi oleh alkohol."Aku rindu," Malika mulai mengecup bibir James lembut. Berusaha membangunkan libido James yang setengah sadar.Mata James seketika terbuka lalu menatap Malika dengan tatapan sayu. Mata kemerahan akibat mabuk. Menjadikan James tidak begitu jelas dengan wajah wanita yang berada di hadapannya."Siapa Lo?" James mengerjapkan matanya yang terasa berat."Nggak penting siapa aku, malam ini kamu milikku dan aku milikmu. Kita ulang malam-malam indah kita dulu sebelum ada kesalahpahaman di antara kita berdua, Sayang." selesai mengutarakan isi hatinya. Malika mulai menempelkan bibir mereka lalu menggerakkannya pelan
"Jangan bilang Lo, manfaatin gue saat gue mabuk?!" bentak James."James," Malika menangis.James meremas rambutnya frustasi, ia berjalan mondar-mandir mengatur emosinya yang akan meledak. Dirinya sudah berjanji pada diri sendiri untuk menjaga jarak dengan wanita manapun. Termasuk Malika, apalagi menidurinya. Ia ingin menetralkan hubungannya dengan siapa pun itu.James langsung berhenti, segera mengenakan pakaiannya. Menetralkan pikirannya untuk menyelesaikan masalah remit ini."Bangun, pakai pakaian Elo!" James melempar pakaiannya Malika."Ayo cepat, tunggu apalagi?!" bentak James."B-baik," Malika turun dari ranjang lalu memakai pakaiannya. Mata James melirik tajam, melihat banyak tanda merah di tubuh mulusnya Malika. Bahkan bekas bibir itu berada di area-area private tubuh gadis itu. Ia tidak bisa membayangkan, seberapa ganas dirinya saat meniduri Malika.Sekarang bukan saatnya untuk memikirkan peristiwa semalam ataupun mengingat bagaimana prosesnya. Ada yang lebih penting untuk di
"Tidak mungkin, ini…" Nami menutup mukanya dengan kedua belah tangannya. Ia terduduk di lantai setelah membanting ponselnya ke dinding. Baru saja, dengan mata kepalanya sendiri. Ia melihat rekaman video dari tunangannya sedang bercinta bersama seorang wanita cantik dengan panasnya di kamar apartemen yang ia ketahui sebagai apartemen milik James, calon suaminya. Sedangkan mereka akan melangsungkan pernikahan dua hari mendatang."Nami, Nami sayang!" panggilan dari ibunya tidak ia hiraukan. Sakit, pedih, seakan sebuah belati menusuk tepat di jantungnya. Rasanya ingin meninggalkan dunia ini saja.Namida Hamasaki gadis muda ceria itu harus merasakan sakit hati karena pengkhianatan calon suaminya. Pernikahan yang berdasarkan perjodohan dari kedua belah pihak keluarga. Nami jatuh cinta pada pandang pertama, sedangkan James juga setuju dengan rencana perjodohan tersebut."Bodohnya aku, bagaimana mungkin dia juga mencintaiku yang baru dikenalnya beberapa minggu.""Sadarlah Nami, dia tampan, k
James berlari mengejar Nami, tentu saja ia kaget setengah mati. Bagaimana mungkin pernikahan yang sudah terencana matang dan siap sepenuhnya harus gagal karena larinya sang mempelai pengantin perempuan. Yang lebih mengejutkan, Nami menolak menikah dengan James. Tepat di altar di saat James sudah mengucapkan janji suci pernikahan. Padahal sebelumnya, Nami sangat antusias atas pernikahan ini. Tidak terlihat sedikit pun rasa tertekan atau terpaksa. James bisa melihat jika di mata Nami ada binar kebahagiaan dan cinta untuknya. Tapi sekarang apa? James sama sekali tidak mengerti."Feli!" Felicia tidak kalah syok, ia hampir saja terjerembab ke tanah jika Dimas tidak dengan sigap menopang tubuhnya. Wanita itu sangat kaget dengan kejadian yang baru saja terjadi. Calon menantunya melarikan diri. Membatalkan tepat di hari pernikahan. Di depan para tamu dan undangan."Sebaiknya Bunda istirahat dulu, biar Ayah yang urus." Dimas melambaikan tangan. Memanggil asisten rumah tangganya untuk mengurus
Malika terkejut dengan tuduhan James lalu tiba-tiba menangis."James, apa maksudmu? Memang benar aku tidak ingin kau menikahi gadis lain. Tapi dengan cara apa aku menggagalkan pernikahanmu? Aku tidak punya senjata untuk menghentikan pernikahanmu, bahkan aku tidak diperbolehkan hadir di tempat kamu menikah." ucap Malika dengan berlinang air mata. Padahal jauh di dalam lubuk hatinya, Malika sangat berbahagia karena rencananya menghentikan pernikahannya James telah berhasil."Lalu kenapa Nami bisa kabur dan membatalkan pernikahan kami?!" tanya James curiga."Bagaimana aku tahu?" dusta Malika yang masih pura-pura menangis."Apakah dia sangat berharga bagimu? Sehingga kamu sangat kehilangan?" tanya Malika yang penasaran dengan reaksi James yang sangat berlebihan.James semakin emosi mendengar ucapan Malika, ia mencengkram krah kemeja Malika. "Dengar, nama baik dan reputasiku hancur gara-gara pernikahan yang gagal ini. Bagaimana gue tidak marah dan ingin menemukan gadis itu.""T-tapi sunggu