Share

02. It's You

Napas Alicia memburu ketika dia memacu kakinya untuk terus berlari dan memasuki area hutan yang ditumbuhi oleh pepohonan pinus. Dia berhenti, dan menyandarkan tubuhnya di salah satu batang pohon dengan napas setengah-setengah.

"Aku tidak mau bertemu dengannya," gumam Alicia dengan suara tercekat.

Dia mengintip dari balik pohon, memang mustahil bahwa pria itu akan mengikutinya sampai ke sini, jadi Alicia melanjutnya langkahnya dengan berjalan, sampai ia keluar dari rimbun pohon ke sebuah sungai yang airnya sangat jernih.

Untuk beberapa saat, sambil mengatur napasnya, Alicia duduk di salah satu batu yang menjadi tempat favoritnya di sana. Dia berniat untuk menunggu pria itu pergi, barulah Alicia akan kembali ke rumah, bahkan jika dia harus menunggu sampai malam sekalipun.

***

Matahari hampir tenggelam ke peraduannya, Alicia jatuh tertidur dengan bersandar pada batu yang didudukinya tadi. Namun, untuk satu menit belakangan, dia merasa terusik karena terus merasakan tatapan seseorang yang tengah menatapnya. Dan Alicia pun membuka mata.

Sayup-sayup penglihatannya menangkap siluet seseorang di depannya. Alicia menyipitkan matanya, akan tetapi kepalanya terasa berat sekali.

Menarik napas pendek, Alicia pun kembali tertidur, dia tidak tahu apakah yang dilihatnya barusan adalah nyata atau mimpi.

Sedangkan Lucius Denovan, masih menatapnya dengan tajam. Dan ketika menyadari bahwa Alicia benar-benar tertidur, dia menggelengkan kepala, kemudian memutuskan untuk menggendong gadis itu dan membawanya kembali ke rumah.

***

"Apa kalian akan kembali?" Alicia kecil bertanya pada seorang wanita paruh baya.

Wanita itu menggeleng, tersenyum simpul, dan pria di sampingnya hanya terdiam. Kemudian wanita itu mendekati Alicia, berbisik di telinganya:

"You've been bad, Alicia. Kami tidak akan kembali. Kau sendirian saat ini. Tidak akan ada orang yang menginginkanmu karena kau bukan gadis baik-baik. Kau akan sendiri dan kami tidak akan kembali padamu."

Kedua mata hijau gadis kecil itu berkaca-kaca.

"Kenapa?" tanyanya dengan suara bergetar.

Wanita paruh baya itu tidak menjawab, alih-alih dia malah tertawa lepas dengan suara yang membuat Alicia takut.

"Mama!"

Alicia terbangun.

Dia mengerjapkan kedua matanya yang basah akan air mata. Menatap dinding di depannya yang berwarna putih bersih dengan furnitur mahal, juga alat elektronik canggih berupa teve layar lebar yang melekat di dinding.

Perasaan Alicia, kamarnya tidak tampak seperti ini.

Alicia mengedarkan pandangannya sekali lagi, dan di saat itulah, matanya bertemu dengan sepasang mata yang saat ini tengah menatapnya tajam.

Pria itu, dia terduduk di sofa di ujung kamar, di mana lampu kamar saat ini hanya dinyalakan sebagiannya saja.

Pria itu mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung sampai siku. Duduk dengan menyilang kaki dan bersandar pada punggung sofa, memberinya kesan berkuasa sekaligus kejam pada figurnya yang dibangun sempurna.

"Alicia," panggilnya, yang membuat sekujur tubuh Alicia merinding oleh bagaimana pria itu menyebut namanya. Nadanya pelan, tegas dengan suara yang berat.

Tapi Alicia memilih untuk mengabaikan semua itu sejenak dan bertanya; "Kenapa aku di sini?"

Lucius menatapnya dingin dan tajam, seolah menegaskan kelancangan mulut Alicia karena telah bertanya. "Karena di sinilah tempatmu yang seharusnya," jawab Lucius dengan suara beratnya.

Alicia menunduk, memainkan kuku-kuku jarinya. Demi apapun, dia takut pada pria di hadapannya ini, sikap dan suara pria itu benar-benar menegaskan pada Alicia bahwa seharusnya dia tidak mendekat. Seharusnya dia menghindar karena pria itu berbahaya. Dan Alicia tidak bisa berkutik di bawah tatapannya.

"A-aku... aku ingin pulang," lirih Alicia setengah merengek dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Lucius kemudian bangkit dari sofa dan berjalan mendekatinya, sedangkan Alicia beringsut mundur. Gadis itu menatap Lucius penuh awas ketika lelaki itu duduk di pinggir ranjang.

Lucius setengah menyeringai. "Kau takut padaku?" tanyanya.

Alicia mengangguk tanpa ragu.

Seringaian Lucius semakin lebar. "Apa kau tahu siapa aku?"

Alicia menggeleng. Peluh mulai membanjiri pelipis dan punggungnya, padahal ruangan ini cukup dingin dan dilengkapi dengan AC, tapi entah karena udara atau memang kehadiran Lucius yang membuatnya begitu.

"Siapa kau?"

Lucius tidak melepas tatapannya dari manik hijau milik Alicia, sekalipun gadis itu tidak sedikitpun menatap matanya. Dia mengulurkan tangan, bukan untuk menyentuh Alicia melainkan untuk sekedar menakutinya. Dan ketika Alicia mundur, ada senyum puas di bibir Lucius karena berhasil membuat gadis itu takut padanya.

"Jangan mendekat!" desis Alicia.

Lucius tidak menanggapi, dia malah menganggap hal itu lucu dan sebuah tantangan tersendiri untuknya. Lucius menaiki ranjang dan meraih tangan Alicia sebelum gadis itu sempat merespon apapun dia sudah mendapati dirinya sendiri berada di bawah pria itu.

Seringaiannya. Alicia bergetar ketakutan.

"Bagaimana kau bisa takut padaku sedangkan kau tidak tahu aku siapa," bisik Lucius rendah.

Alicia mencoba meronta, namun kedua tangan Lucius menahan lengannya begitu kuat.

"Lepaskan aku!" pinta Alicia, kali ini benar-benar menangis, bahkan napasnya menjadi tersendat-sendat oleh rasa sesak yang saat ini dia rasakan di dada.

"Tidak semudah itu, sweetheart. Kau pikir kenapa aku perlu repot-repot menebusmu di paman gilamu itu, dan memberimu kehidupan yang layak di desa, sampai kau tumbuh menjadi gadis cantik seperti sekarang. Kau pikir untuk apa?"

Alicia menelan ludah dengan susah payah. "A-aku tidak tahu," jawabnya.

Lucius menyeringai lagi. "Exactly, you don't know, dan aku tidak akan pernah memberitahumu."

Dan di detik itu pula, Lucius bangkit dari atas tubuhnya. Iris mata gelap milik Lucius menatap Alicia seolah lelaki itu memendam kebencian yang begitu dalam padanya. Dia melihat Alicia turut bangun dan mengusap pergelangan tangannya sambil menangis penuh takut.

Di detik selanjutnya, seringaian Lucius kembali muncul. "Kau membuatku semakin ingin menyakitimu," gumamnya sebelum dia keluar dari kamar itu, meninggalkan Alicia seorang diri.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status