Share

Meminta Bantuan Mencari Pembelaan

Setelah mengetahui bahwa suaminya selingkuh dengan pembantunya sendiri, Sinar mulai menyusun rencana demi rencana. Pertama, ia akan langsung datang ke pengacara. Kebetulan teman dekat Bagas adalah seorang pengacara yang sedang naik daun di kotanya.

Meskipun mereka teman dekat, tapi Sinar tahu kalau pekerjaan tetaplah pekerjaan. Ia yakin kalau pria bernama Arya Sagara akan tetap membantunya menyelidiki kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya sendiri.

"Nanti kalau sudah pulang dari mengantarkan anak-anak ke sekolah, tolong mampir belikan susu formula buat mereka ya, Sar?" pinta Sinar. 

Melihat wajah polos sang pembantu, rasanya Sinar ingin mengguyur air minum yang sedang ada di hadapannya. Sabar, Sinar, sabar!

"Baik, Bu," sahut Sariti. 

Hari ini Sinar akan langsung pergi menemui Arya. Dengan alasan ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal di kantor.

Ternyata inilah alasan mengapa Bagas tak pernah mempermasalahkan hubungan mereka. Suaminya yang sebentar lagi akan menjadi mantan suami ternyata sudah menemukan bunga yang lebih muda yang sedang mekar-mekarnya. Tapi Sinar tak habis pikir, selera suaminya sangat rendahan. Sariti hanya bermodal tubuh seksi, ya hanya itu yang dimiliki Sariti. 

Sambil memikirkan puluhan ide, Sinar berusaha fokus dengan jalan raya menuju rumah Arya Sagara. 

***

"Wah, ada angin apa Mbak Sinar datang ke sini? Biasanya aku ketemu Mbak kalau kondangan sama Bagas. Bagaimana kabar dia, Mbak? Bahagia dong pasti punya istri cantik dan anak-anak kembar yang lucu?" 

Sinar tersenyum kecut. Ia sudah sangat malas mendengar nama suaminya disebut.

'Bagas ke laut sama kekasih gelapnya! Jelas dia bahagia lah, karena sekarang hasratnya terpenuhi tanpa memikirkan untuk membayar wanita bayaran ataupun memesan hotel!' 

Sinar terus-terusan membatin tentang suami setannya itu. 

"Dia baik-baik saja, Mas Ar. Kamu gimana kabarnya nih? Kok kayaknya masih santai-santai saja? Aku nunggu undangannya loh," balas Sinar santai. 

Arya hanya mengangkat sudut bibirnya sebentar. Mengenai pernikahan, terlalu jauh memikirkannya. Arya sudah lama sendiri setelah lulus kuliah S2-nya. Padahal tuntutan dari orang tua sangat-sangat mendesaknya. Karena itulah Arya memilih untuk membeli rumah sendiri di Bandung. 

"Gini-gini saja, Mbak. Masih nunggu jodohnya yang kayaknya lama banget nongolnya," sambil menuangkan kopi, Arya bisa melihat kalau Sinar ingin bicara banyak. Wajah Sinar sangat kelihatan sedang banyak masalah. 

"Ini, diminum dulu kopinya. Bandung pasti lebih adem daripada Jakarta, kan?" 

Sinar mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan rumah Arya. Rapi dan tertata. Ia tak menyangka pria itu lumayan juga soal kebersihan. Padahal dulu saja saat Sinar masih di kos hidupnya sangat tidak teratur dan berantakan. 

Setelah menyesap kopinya beberapa kali, Sinar mulai mengambil napas panjang-panjang. Siap tak siap, Sinar harus tetap hadapi keresahannya saat ini. 

"Begini, maksud kedatanganku ke sini sebenarnya ingin meminta bantuanmu, Mas Ar," ucap Sinar. 

Melihat tangan wanita itu mulai meremas tangan yang lainnya, Arya yakin ini pasti masalah rumah tangga. Ia hanya mengangguk sebagai jawabannya. 

"Hmm.. aku butuh bantuan meminta kesediaanmu menjadi pengacaraku, Mas Ar." 

"Mengenai kasus apa sampai kamu membutuhkan bantuanku, Mbak Sinar?"

Sinar mulai menceritakan kejadian kemarin. Kejadian di mana dengan mata kepalanya sendiri melihat suaminya tengah memadu kasih dengan Sariti, pembantunya sendiri. Ia tahu kalau sekarang harus terbiasa dengan menceritakan tentang kelakuan jahannam suaminya.  

"Ah, ya ampun! Sampai gak tahu aku harus ngomong apa lagi. Serius! Apa sih yang ada di pikiran suamimu saat melakukannya? Nafsu? Cinta? Mustahil!" 

Tuh, kan? Arya saja keheranan. Arya adalah salah satu teman Bagas yang kebetulan memang mengetahui kisah percintaan Sinar dan Bagas di kampus dulu. Gak menyangka aja, apa kurangnya Sinar? Cantik, cerdas, pekerja keras dan sudah memiliki anak kembar yang lucu. Aksara dan Aurora. 

"Aku bahkan sangat malas untuk menyebutnya suami sekarang, Mas Ar. Kalau bukan karena anak-anak, aku pasti sudah menyeretnya dari rumah beserta dengan kekasih gelapnya itu!" Sinar mulai menunjukkan drama hebatnya. Tangisan palsu yang ia gunakan agar Arya percaya. Ya, Sinar sudah mati rasa untuk menangisi kelakuan bejat suaminya. 

"Waw, ternyata kamu bisa murka juga. Kayaknya sekarang lagi trend jadi pelakor ya? Apa karena saingannya lebih gak berat, yaitu cuma istri sahnya aja?"

Arya geleng-geleng kepala. Ia langsung menyanggupi untuk menjadi pengacara pribadi Sinar Mentari. Istri dari temannya sendiri. 

"Aku sudah tidak akan meminta bukti apa lagi karena aku mempercayaimu, Mbak Sinar. Kita hanya tinggal tunggu bukti-bukti lainnya terkumpul sekarang. Mbak Sinar punya rencana lain?"

Lagi, Sinar mulai mencetuskan beberapa ide. Di kepalanya, ia sudah menyiapkan beberapa persiapan untuk menjatuhkan lawannya. 

"Pertama, aku akan menyuruh orang memasang CCTV di tempat di mana mereka biasa melakukannya. Di kamar pembantuku tentunya. Dan kedua, aku juga akan memata-matai Bagas di kantornya melalui koneksi. Tapi sayangnya aku tidak mengenal banyak rekan kerja Bagas di kantornya yang bisa kuajak kerja sama."

Arya mulai menggabungkan isi otaknya dengan ide-ide yang brilian. Ia akan berusaha membantu Sinar dengan sekuat tenaga. "Tapi jangan sampai melakukannya pagi atau siang hari, Mbak Sinar. Terlalu mencurigakan bukan? Biar aku yang menyewa jasa pemasang CCTV. Mengenai rekan kantor di tempat Bagas bekerja, aku akan mencari tahu bagaimana situasi di sana," 

Sinar puas. Part balas dendam yang pertama telah selesai. Kini Sinar memiliki sekutu yang akan menghancurkan Bagas dan Sariti. Ia lalu pamit pulang setelah menyampaikan maksudnya. 

Setelah pulang dari rumah Arya, Sinar merasa pria itu beruntung dan kasihan. Ah, kenapa pria sesukses Arya masih saja sendiri? 

***

"Bagus deh karena lu udah mulai bertindak. Sekarang gue yakin suami lu lagi mesra-mesraan dengan pembantu lu di sekolahannya si kembar. Mumpung ada waktu berdua kan?"

Apa yang Gebby bilang ada benarnya juga. Ia tahu kalau Bagas memang mengantarkan Aksara dan Aurora bersama Sariti ke sekolah paudnya sore ini.

Ah, biarkan saja. Sinar tak peduli lagi. Mereka mau jungkit-jungkit di ranjang puluhan kali Sinar sudah lepas tangan. Biarkan Bagas dan gundiknya terimbas karma akan perbuatan mereka nanti. 

"Mendingan lu fokus kerja aja demi si kembar. Jadiin diri lu lebih cantik daripada pembantu kurang ajar itu. Lu harus lebih good looking daripada dia." 

Sinar setuju. Baginya dihianati bukanlah suatu hal yang mengharuskannya lemah. Ia harus bangkit, berdiri dan melawan dengan cara yang elegan. Dengan itu lawannya akan tersungkur tanpa lupa bagaimana caranya untuk berdiri lagi. 

"Kalau gitu kita ke salon yuk! Biasanya minggu-minggu gini salon lagi ramai. Sekalian spa dan facial. Udah lama banget gue gak perawatan!" ajak Sinar. 

Gebby setuju dan langsung berangkat. Sebelum itu ia sempat mampir ke tempat paud si kembar. Dan benar, si kembar hanya bermain dengan gurunya dan teman-temannya. Tak ada Sariti ataupun Bagas. Ah, bodo amat! Yang penting sekarang waktunya mempercantik diri dan tunjukkan siapa dirimu Sinar. 

"It's okay. Nanti kalau lu udah benar-benar cerai sama si buaya, gue yakin akan banyak antrian panjang yang mau jadi bapak si kembar. Secara, lu awet muda dan bodinya semampai gini. Pria mana sih yang gak suka janda sekarang? Gue doain lu nemu suami yang lebih setia dan gak mata keranjang kayak si kompor gas, Bagas!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status