Share

Takdir Atau Kebetulan?

Lagi dan lagi. Dugaan Sinar akurat seratus persen. Bagaskara, suaminya benar-benar putar arah dan melipir ke rumah. Apalagi kalau bukan untuk bercinta dengan gundik gatalnya, si Sariti yang sok polos itu. 

"Kok bisa ya, lu betah gitu serumah sama mereka? Lu manusia bukan sih?" heran Gebby. 

Sinar mengangkat bahu. Ia sedang sibuk memilih kostum yang paling pantas untuk artisnya hari ini. Ada meet and great film Sebuah Analogi Cinta yang diperankan Anjani Killa dan Brian Arlen Mauten. Mereka memang artis yang sedang naik daun. 

"Dikuat-kuatin, Geb. Sebenarnya kalau ditanya, gue pingin banget mutilasi mereka terus gue buang ke rawa-rawa. Tapi sebagai wanita yang lucu dan keren, seorang Sinar gak bakalan kalah. Gak apa-apa sekarang naik darah, yang penting besok mereka yang bakalan ngerasain sakaratul maut di depan keluarga!"

Gebby merinding seketika. Ia tahu kalau temannya dari dulu memang tak suka dibohongi. Apalagi dibohongi atas nama pernikahan. Rasanya sangat mengilukan. 

Mereka sudah siap dengan membawa kostum paling disukai gadis seusia Anjani Killa. Gadis remaja yang terlihat imut dan manis. 

"Mbak Sinar, nanti aku gak bakalan semobil kan sama Vanya? Tahu kan, kalau dia itu gak suka sama aku?!" keluh Anjani. 

Sinar tahu, Vanya adalah artis Victoria yang memang sangat tak suka disaingi. Merasa paling cantik dan paling unggul. Modal muka putih mah samain aja kayak tembok, kan sama-sama putih. 

"An, nanti kamu bakalan semobil sama Brian. Biar makin disayang sama fans, tapi gak kelihatan skandal lokasi. Ini, aku pilihin kostum paling imut. Sesuai sama tempat yang akan kamu datangi, kayaknya sekarang fans kamu dari kalangan anak SMA deh," terang Sinar. 

Anjani menyerobot blazer simple dengan bahan beludru dan sabuk tali juga kancing yang senada. Ia memang suka memakai sesuatu yang tidak membuka lekuk tubuhnya. Beda dengan Vanya Calista, gadis usia 20 an tapi kelakuan tante-tante. 

Akhirnya pekerjaan Sinar selesai juga. Ia akan menunggu Anjani pulang dan membicarakan tentang jadwal besok, selain menjadi orang yang dipercayai Anjani untuk mengurusi urusan busana, make up dan beberapa hal penting, Sinar juga sangat dipercaya menjadi tempat curhat artis itu. Gadis yang masih sangat imut dan disukai banyak orang karena badan mungilnya.    

"Mau makan di Starbuck gak? Sekalian, ngademin otak lu yang kayaknya bakalan meledak gara-gara mikirin suami laknat dan gundiknya," ajak Gebby.

Saran Gebby boleh juga. Kebetulan Sinar sarapan sedikit pagi tadi, ia segera memesan taksi karena tak membawa mobil. Ah, mengingat tentang tadi pagi membuatnya langsung merasa kesal. 

Dua puluh menit kemudian mereka sudah berada di Starbuck. Gebby memesan plant-based Focaccia bread, double choco cream frapucino sedangkan Sinar memilih Grean tea strawberry blossom frapucino dan Mozarella Cheese burger. 

Sedang enak-enaknya mengigit burgernya, matanya mengarah ke arah pintu masuk. Ia jelas kaget melihat Arya datang dengan seorang wanita yang mungkin seusia Gebby. Kebetulan yang epic sekali.  

"Lihatin apa sih?" Gebby melambaikan tangan tepat di depan Sinar karena temannya tak berkedip beberapa detik. 

Kesadaran Sinar akhirnya kembali juga. Ia segera meminum minumannya dan sedikit melirik ke mana Arya duduk dengan wanita itu. "Pacarnya kah?" batinnya. 

"Itu yang namanya Arya," Sinar menggerakkan bola matanya ke arah tempat duduk Arya agar Gebby tahu kode yang ia gunakan. 

Dilihatnya Arya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Bahkan Sinar yakin kalau tatapan temannya sangat menggelikan, seolah Gebby sedang menelanjangi Arya dengan matanya. 

"Bisa bintitan lu kalau ngelihatinnya kayak gitu!" cibir Sinar.

Gebby nyengir kuda dan menyerot minumannya. "Ternyata dia lebih ganteng aslinya. Lu yakin gak mau gitu pdkt? Gini ya, kalau udah nikah terus cerai tuh rasanya gak enak. Yang biasanya tidur ada yang ngelonin eh tahu-tahu cuma ngelonin guling doang setelah cerai, gak anget!"

"Lu ngarep banget sih gue cerai? Siapa tahu nanti mas Bagas taubat dan nyembah-nyembah minta maaf sama gue."

"Kalau sampai lu maafin Bagas, gue gak bakalan mau temenan sama lu. Karena bagi gue, lu terlalu bodoh kalau mau nerima dia lagi. Dia udah membohongi lu, anak-anak lu, keluarga kalian juga membohongi Tuhan. Be smart, ladies!"

Ah, benar juga. Hampir saja Sinar oleng karena tak mengingat banyaknya kesalahan suaminya. Ia harus tahan banting dan pura-pura baik saja. Udah sejauh ini masa nyerah? Atas dasar cinta? Basi! 

Mereka kembali fokus dengan makanan masing-masing. Sesekali Gebby mencolek lengan Sinar dan bilang kalau Arya sudah sendirian. Pasti wanita tadi hanya salah satu kliennya atau temannya. Ah, bodo amat.

Tepat saat Sinar menatap Arya, pria itu sedang menatapnya juga. Dahi Arya mengkerut dan berusaha memastikan kalau yang dilihatnya adalah Sinar Mentari, wanita yang beberapa minggu yang lalu datang ke rumahnya meminta bantuan untuk mengungkapkan skandal perselingkuhan suaminya. 

Dan benar saja, Arya berdiri lalu menghampiri Sinar. Gebby sudah salah tingkah karena didatangi pria tampan yang ia stuck dijodohkan dengan Sinar. 

"Aku pikir tadi mataku yang tiba-tiba ngeblur. Ternyata beneran kamu, Mbak Sinar. Boleh kan aku duduk di sini?" Arya menunjuk salah satu kursi di dekat Sinar. Wanita itu mengangguk tanda mengiyakan. 

"Sebenarnya tadi aku tahu sejak kamu masuk ke sini. Cuma gak berani nyapa, takut ganggu."

Arya bingung, menggangu atas hal apa? "Memangnya kenapa?"

"Mas Arya sedang bersama orang lain.Tapi sepertinya dia klien kamu," tebak Sinar. Sejak tadi Gebby hanya mengamati kedua makhluk yang seakan baru putus cinta dan bertemu kembali. 

"Iya, dia memang benar klienku. Harusnya tadi kamu manggil aku, Mbak Sinar."

Merasa diabaikan, Gebby berdeham agar dianggap oleh mereka berdua. Dunia serasa ngontark aja deh kalau gini. 

"Ah, aku sampai lupa. Kenalin, ini temanku namanya Gebby."

Gebby sudah terlebih dulu mengulurkan tangan dan mengenalkan diri sendiri. "Gebbyy Rastanty, bisa dipanggil sayang,"

Sifat receh wanita itu mulai muncul kalau sedang berhadapan dengan pria setampan Arya. Kalau Sinar gak mau, boleh lah dijadikan list teman malam mingguan. 

"Bisa aja bercandanya, Mbak Gebby. Saya Arya Sagara, senang berkenalan dengan anda," Arya merasa kikuk karena Gebby tak melepaskan dari jabat tangannya. 

"Apanya mas Aldebaran, ah maksudnya mas Arya Saloka? Satu keluarga? Itu loh, aktor yang sedang digilai emak-emak se-Indonesia."

Dengan sekuat tenaga, Arya akhirnya bisa melepaskan tangannya. Itupun karena Sinar mendelik ke arah Gebby agar menjaga sikap di depan Arya. 

"Saya gak tahu. Hehe, bukan konsumsi sinetron."

"Jangan bicara formal gitu dong! Masa sama Sinar mesra gitu, sama aku kaku kayak kanebo. Pasti karena kita belum saling kenal. Bagaimana kalau tukeran nomor wa, biar makin kenal makin sayang gitu," saran Gebby. 

Sebelum temannya makin gila, Sinar segera menyumpal mulut Gebby dengan tisu. "Maaf ya, dia emang gini orangnya. Dimaklumin, biasa efek jomblo. Agak oleng kalau ketemu pria ganteng kayak kamu,"

Mendadak Arya menyunggingkan senyum tanpa sadar. Ia tak menyangka kalau Sinar ternyata menganggapnya ganteng, kok jadi kegeeran gini sih? Kenapa dengan Arya Sagara? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status