Siapa yang menyangka kalau Sinar akan bertemu Arya secara kebetulan. Apalagi kini Gebby pamit lebih dahulu karena ditelpon oleh asisten artisnya. Gebby memang menjadi penata busana seperti Sinar, ia lebih memilih mengambil job Sinar sekarang dan membiarkan temannya pdkt. Bagas? Buang ke laut aja deh!
"Aku gak enak deh kita berduaan gini, rasanya kayak sama aja ya sama Bagas dan pembantu kamu," Arya mulai tidak nyaman karena perginya Gebby. Keadaan mendadak jadi canggung, padahal tidak biasanya Arya merasa begitu.
"Maksudnya kita kayak orang selingkuh gitu, Mas Ar? Haha, ya enggaklah. Beda versi beda pandangan juga. Kalau ditanya ya tinggal bilang kebetulan ketemu, kamu juga sekarang jadi pengacaraku bukan?"
Arya mengakui kalau Sinar terlalu santai dengan lingkungan di sekitarnya. Bahkan menurutnya, Sinar adalah wanita yang tegar dan tak terintimidasi dengan orang lain. Buktinya Gebby sejak tadi menyuruhnya melabrak Bagas dan Sariti, tapi Sinar tetap stay cool
Mendapat tamu istimewa, Aurora dan Aksara sangat antusias. Bahkan Sinar sudah menyiapkan kostum agar nanti mereka bisa berfoto dengan Brian."Nanti kamu nyuruh bang Halimin angkatin kursi di taman belakang. Jangan sampai pilih kursi yang jelek," Sinar masih terus mengecek taman yang sudah diubah menjadi ala-ala cafe. Dengan meja panjang juga lampu-lampu kuning agar terlihat aesthetic.10 menit lagi Anjani dan Brian akan datang, Gebby sedang bermain dengan si kembar di dekat ruang tamu. Mereka memang tak sabar menyambut paman Arthur si super hero. Sedangkan Bagas akan pulang setelah maghrib. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, Aurora memekik sekencang-kencangnya dan berlari ke arah Brian. "Paman Arthur!"Anjani tersenyum dan berjongkok. Memperkenalkan diri di depan anak kembar Sinar. "Halo little girl and little boy, aku Anjani. Panggil Sista Ann ya,""Yes, Sista Ann!" kompak mereka."Kamu pasti Aksara, ganteng bang
Demi Tuhan!Bisa-bisanya si Bagas dan gundiknya tak tahu tempat dan situasi. Gebby bahkan tak habis pikir kalau mereka akan seberani itu. "Please, kirimin ke aku foto yang udah kamu ambil tadi, Ann. Jangan disebarin, kamu gak tahu apa-apa tentang kehidupan Sinar,"Gebby mengajak Anjani ke teras agar tak ada seorang pun yang mendengarkan pembicaraan mereka. "Ini bahaya kalau kamu ikut-ikutan. Karir kamu sedang bagus-bagusnya loh,""Tapi Mbak, aku sayang sama mbak Sinar. Aku yang baru ketemu si kembar aja langsung dekat dan juga sayang sama mereka," kilah Anjani. Gadis itu bersikukuh tak memberikan ponselnya kepada Gebby. Siapa tahu kalau Anjani yang mempostingnya akan langsung viral dan Sinar tak perlu bersusah payah membeberkan kebusukan suaminya.Gebby juga tetap bersikukuh menjelaskan untung-ruginya bagi Anjani kalau menggugah apa yang baru saja dilihatnya. Ia harus memberi penjelasan masuk akal agar artisnya tidak ngotot dan bikin ker
Satu hal yang paling diyakini oleh Sinar di dunia ini, keajaiban. Ya, ia harap akan menemukan keajaiban setelah badai berlalu. Strateginya selama ini akhirnya membuahkan hasil juga.Ia sudah memiliki data video, dokumen foto, rekaman, hasil dari sadap HP tersangka, saksi dari beberapa orang dan Sinar juga memiliki saksi lain seperti Anjani, Gebby dan juga Gina. Itu sudah lebih dari cukup bukan?Saat ini Sinar sedang menuju rumah Arya Sagara, pria yang sudah membantunya banyak hal dalam penyelidikan. Sayangnya Gebby tak bisa ikut lantaran ada kencan buta dengan barista idaman.Kenapa mendadak jadi nerveous gini sih menemui pria lajang?Sinar menepikan mobilnya persis di depan halaman rumah Arya. Ada motor di samping taman mini, ah motor itu motor yang pernah ia naiki saat dengan Arya beberapa hari yang lalu. "Assalamu'alaikum," ucapnya sambil memegangi tasnya. Ia mencoba melirik ke sekitar, siapa tahu Arya sedang berada di luar rumahny
Aksara menatap penuh ke arah Arya, pria jangkung yang turun dari motor besar itu membuatnya sedikit ketakutan. Baru pertama kali bocah dengan tas BoBoiBoy itu melihat teman bundanya."Dia teman Bunda, Ara. Kenalin namanya Om Arya," ucap Sinar sambil menuntun Aksara untuk bersalaman dengan Arya.Sedangkan Aurora hanya diam saja dan mengambil sesuatu dari saku tasnya, ternyata gadis kecil itu mengeluarkan permen karet yang ia dapatkan dari Lintang, temannya. "Om Arya, ini permen buat Om. Tapi Om juga harus panggil aku princees, tadi kan Om panggil kak Aksa pangeran,"Tingkah polos Aurora sontak membuat Arya langsung menyunggingkan senyum selebar-lebarnya. Baru kali ini ia mendapatkan perlakuan manis dari anak kecil. "Wah, terima kasih permennya, Princess Aurora. Kamu sangat imut seperti nama kamu,"Aurora langsung menghamburkan diri ke pelukan Arya. Gadis kecil itu memang mudah dekat dengan orang lain. Aurora saja sering diajak Bagas bertemu dengan te
Mendengar namanya dipanggil oleh Arya, Sinar langsung menoleh ke arah pria itu dengan tatapan penuh tanya, maksudnya apa?"Coba kamu tanya sama istriku, siapa tahu dia punya teman yang masih jomblo. Kamu itu harus punya pasangan, Ar, biar ada yang nemenin tidur. Iya kan, Yang?" Bagas menyentuh lengan Sinar dan membuat wanita itu hanya tersenyum kaku. Memangnya punya istri cuma dijadikan teman tidur doang, pikir Arya."Aku sih sebenarnya ada pandangan buat nikah, cuma sekarang itu lebih ke perbaikan diri aja. Siapa tahu nanti kalau aku sudah punya istri aku nggak bisa jaga diri dan jaga pandangan aku pada wanita lain. Jaman sekarang kan banyak tuh yang katanya cinta tapi ternyata mendua," terang Arya.Mendadak suasananya langsung hening seketika, Sinar ingin tertawa terpingkal-pingkalnya karena pria yang jadi pengacaranya tengah mengejek suaminya dan juga Sariti. Bagus Arya, kamu pintar juga jadi partner kerja.Akhirnya mereka sibuk dengan piki
Hari ini tepat semuanya akan berakhir. Sinar bahkan sudah menyiapkan beberapa tas yang berisi pakaian anak-anaknya. Ia pun juga sudah mengurusi segala hal seperti surat perceraian yang akan datang kepada Bagas setelah Sinar sampai di Jakarta.Bagas tak pernah tahu kalau ternyata istrinya memiliki segudang cara untuk membongkar kebusukannya bersama Sariti.Pagi-pagi sekali, wanita itu bangun lebih pagi dari biasanya dan bahkan menyiapkan sarapan. Sariti saja kaget majikannya sudah sibuk di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan menyapu halaman depan.Sinar sengaja melakukannya karena ingin memberikan waktu lebih lama kepada Bagas dan anak-anak seperti sarapan bersama dan mengobrol, membincangkan mengenai pentas seni yang dilakukan di sekolah PAUD si kembar."Pagi, Mas. Mandi dulu gih, terus kita sarapan bareng,"ajak Sinar.Ia melirik ke arah pembantunya. "Sar,bangunin si kembar juga ya, entar m
Bubar jalan, selesai, titik. Baginya hubungannya dengan Bagas memang sudah berakhir. Sudah lebih dari sepuluh menit pria yang masih menjadi suaminya meneleponnya berulang kali dan mengiriminya puluhan banyak pesan.Ia tahu pasti sekarang Bagas kelimpungan mencari keberadaannya yang sama sekali tak terdeteksi dan hilang kabar. Ia pun sudah menghilangkan nomornya dan membuangnya ke tempat sampah lalu memberi nomor baru lagi di dekat minimarket menuju perumahannya."Bunda, ini di mana?" tanya Aksara sambil melihat ke arah bundanya juga Arya.Mereka memang sudah sampai dekat perumahan, baru saja keluar dari salah satu mall di Jakarta untuk membeli mainan dan boneka si kembar."Kita akan bertemu kakek dan nenek, sayang!" Sinar berusaha memberikan alasan paling masuk akal agar anak-anaknya tak salah paham."Yeay!" sahut Aurora riang.Dilihatnya Arya yang sudah mengeluarkan koper beserta tas Sinar. Setelah ini Arya mun
Karena sudah larut, Sinar lebih memilih untuk berbaring dan menemani anak-anaknya. Ia cukup pusing memikirkan alasan apa yang paling masuk akal memberitahu anak-anaknya tentang tidak ikutnya Bagas ke Jakarta.Kalau untuk alasan kerja, Aksara jauh lebih peka dan teliti. Anak laki-laki itu memang selalu tahu apa yang dikerjakan ayahnya saat liburan. Ia tak langsung percaya pada sang bundanya mengenai sibuknya ayahnya di Bandung.Melihat Aksara dan Aurora sudah terlelap, Sinar pun pelan-pelan beranjak dari ranjang dan mencoba mencari udara segar. Ternyata ia belum terbiasa berpisah dari Bagas terlepas seperti apa kelakuan suaminya itu."Kenapa belum tidur?" bahu Sinar ditepuk pelan oleh papanya. Ia merasa sangat bersalah karena rumah tangganya harus hancur dan digulung waktu."Tadi mau tidur, tapi kayaknya enggak bisa, Pa."Papa-anak itu pun masih saling diam. Sinar tahu betul bagaimana perasaan papanya sekarang, betapa kecewa