Kenapa Sariti membicarakan soal tumpangan? Maksudnya wanita itu meminta ikut ke timpat tinggalnya? What! Demi apa!
"Jangan konyol!" bentak Wira.
Sinar masih berdiri dan menepis tangan Sariti. Sebenarnya ia masih tak sudi bertatapan apalagi berbicara dengan mantan pembantunya.
"Maksudnya?"
Sebelum Sariti menceritakan kemalangannya tinggal bersama mertua, Laras sudah lebih dulu menarik tangan Sariti untuk masuk ke ruangannya kembali. Sinar jelas tak tega karena mantan mertuanya terlihat kasar sekali.
"Bu, aku akan mendengar penjelasannya. Tolong jangan kasar, dia sedang hamil cucumu bukan?"
Ah, pertanyaan Sinar sangat menyentil hati Laras. Ia sungguh tak sudi memiliki cucu dari seorang pelakór seperti Sariti.
Tepat setelah permohonan dari Sariti, Bagas tiba dan mendatangi mereka. Ia agak terkejut melihat Sinar bisa ada di lokasi yang sama dengannya.
"Mas!" Sariti kembali keluar dari kamar rumah sakit dan terjun ke pelukan
Setelah meminjamkan uang kepada mantan suami beberapa minggu yang lalu, Bagas dan Sariti bagai hilang ditelan bumi. Entahlah, mungkin mereka malu menunjukkan batang hidung di depan Sinar."Kalau mereka gak balik-balik, 100 jutanya gimana, Mas?" Sinar masih sibuk mengupas apel. Mumpung Arya sedang mengambil cuti beberapa hari karena ingin menikmati liburan di rumah dengan keluarga."Gak masalah, toh hitung-hitung bagiin rejeki. Jangan karena kamu punya masalah sama mereka, kamu gak rela mereka bahagia. Uang bisa dicari lagi kan?" jawab Arya dengan entengnya.Membicarakan uang memang terasa mudah dan enteng bagi suaminya. Pria itu bahkan selalu mengajak Sinar rutin ke salon karena mutlaknya wanita memang suka perawatan. Sinar sendiri makin ayem dong."Aku mau apelnya dong, yang gede kayak punya kamu."Ucapan Arya barusan membuat Sinar refleks mencubit perut suaminya. Ia tahu betul apa maksud ucapan suaminya tadi, duh dikit-dikit minta nyusù ka
Karena pernah hamil bahkan kembar, Sinar tak susah adaptasi dengan bentuk tubuhnya yang mulai berubah. Kini usia kandungannya memang memasuki bulan ke enam. Sungguh, tak terasa ia akan melahirkan 4 bulan lagi, jadi tak sabar menyambut anak ke tiganya."Aku gak kelihatan gendutan kan pakai ini? Aku takut kamu malu kalau aku kelihatan gendut, Sayang."Sejak perutnya mulai membesar, Sinar sering insecure. Padahal suaminya tak masalah dengan itu, baginya Sinar malah terlihat seksi karena hamil tua."Pakai apa aja kamu selalu cantik kok, Sayang. Lagian mana ada hamil gak gendut sih, kalau nanti ada yang ngomong macam-macam tentang penampilanmu, bakapan kubeli omongannya biar malu."Duh, semenarik itu memang suaminya. Bahkan mereka jarang sekali berantem ataupun cek-cok. Arya terlalu santai saat Sinar merajuk, bahkan Sinar lupa kapan terakhir mereka bertengkar.Mereka akan datang ke pesta pernikahan Gebby dan Yudis, menitipkan si kembar ke rumah orang tu
Sinar Mentari. Wanita cantik yang sudah menikah dengan salah satu seniornya di kampus. Di usianya yang masih 25 tahun, Sinar sudah memiliki anak, kembar dua. Aksara dan Aurora. Buah hati hasil pernikahannya dengan Wira Bagaskara.Seperti biasa, Sinar selalu bangun lebih awal. Pergi ke kamar si kembar dan membangunkan mereka untuk ke sekolah paud. Umur mereka baru empat tahun, tapi semangat belajar mereka sangat tinggi."Molning, Bunda. Aku udah bangun dulu dalipada Kak Aksa," ucap Aurora yang sudah turun dari tempat tidurnya dan memeluk bundanya. Dikecupnya pipi Aurora dengan tulus dan memanggil pembantu untuk memandikan Aurora."Sariti, nanti setelah ayah anak-anak pulang tolong siapkan makan ya? Rencananya aku pulang agak malam karena harus rapat penting di beberapa tempat," titah Sinar pada pembantunya."Iya, Bu."Sariti adalah pembantu yang sudah
Akhirnya rapat selesai lebih cepat. Sinar cukup lega bisa pulang lebih awal, apalagi hari ini suaminya pasti sudah ada di rumah. Bagas memang sering pergi ke luar kota karena dinas."Gue mau pulang karena suami udah stay. Lu mau nebeng gak? Katanya tadi motor lu mogok?" tawar Sinar pada Gebby.Wanita itu menggeleng karena sudah lebih dulu memesan taksi online. Sambil menunggu dan menemani temannya, Sinar berusaha menstater mobilnya, tapi anehnya tidak mau menyala. Ah, ya ampun! Kenapa Sinar bisa lupa kalau ia belum mengisi bensin."Gebb.." bujuk Sinar. Ia mungkin akan menginapkan mobilnya semalam. Besok gampang deh."Apa? Pasti lu lupa lagi kan ngisi makan mobil lu sampai gak mau jalan. Iya, lu boleh nebeng taksi gue. Bentar lagi juga datang," sahutnya.Lima belas menit kemudian, taksi pesanan Gebby datang. Beruntung banget karena Sinar pasti akan lumutan. Ponselnya han
Setelah mengetahui bahwa suaminya selingkuh dengan pembantunya sendiri, Sinar mulai menyusun rencana demi rencana. Pertama, ia akan langsung datang ke pengacara. Kebetulan teman dekat Bagas adalah seorang pengacara yang sedang naik daun di kotanya.Meskipun mereka teman dekat, tapi Sinar tahu kalau pekerjaan tetaplah pekerjaan. Ia yakin kalau pria bernama Arya Sagara akan tetap membantunya menyelidiki kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya sendiri."Nanti kalau sudah pulang dari mengantarkan anak-anak ke sekolah, tolong mampir belikan susu formula buat mereka ya, Sar?" pinta Sinar.Melihat wajah polos sang pembantu, rasanya Sinar ingin mengguyur air minum yang sedang ada di hadapannya. Sabar, Sinar, sabar!"Baik, Bu," sahut Sariti.Hari ini Sinar akan langsung pergi menemui Arya. Dengan alasan ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal di kantor.Ternyata inilah al
Satu kata untuk pelakor, tenggelamkan! Sinar harus bermental baja saat berada di rumahnya. Bagas memang tak pernah menunjukkan kemesraannya dengan Sariti, tapi Sinar sudah sering melihat suaminya pergi tengah malam. Alasannya selalu sama yaitu mencari udara terbuka untuk merokok.Malam itu Sinar masih ingat jelas bagaimana suaminya memperlakukan Saritu begitu perhatiannya. Bahkan panggilan kesayangan untuk Sinar juga diberikan oleh Sariti."Kamu pasti sangat merindukanku kan, Mas Bagas?" suara Sariti seakan dibuat-buat agar suami Sinar terpancing.Sinar bisa mendengarkannya karena Arya memang sudah meletakkan alat perekam di beberapa titik yang memungkinkan mereka melakukannya.Bagas terdengar seperti menciumi Sariti karena wanita itu terdengar mendesah pelan. Sebenarnya hati Sinar sangat terluka, apalagi mereka sudah melakukannya berulang kali. Mungkin hubungan mereka memang sudah lama. Dan bod
Kedekatan anak kembar Sinar dengan Sariti makin membuat Sinar tak ingin berlama-lama menyimpan kebusukan suaminya dengan sang pembantu. Sinar sudah memiliki beberapa bukti akurat yang akan membuat mereka tak bisa mengelak."Bunda, tadi di sekolah Mbak Saliti nyuluh Aulola nyanyi!" curhat putrinya.Sinar hanya tersenyum sambil melihat ke arah Sariti, sedangkan Sariti hanya membalas senyuman majikannya."Terus Aurora nyanyi apa?""Nyanyi balonku ada lima! Tapi kak Ala gak ikutan nyanyi malah diam aja. Katanya Aulola belisik, Mbak Saliti juga pelgi dengan Ayah."Mampus kau Sariti. Akhirnya Aurora cerita sendiri kau memang pergi dengan suamiku, batin Sinar."Pergi ke mana, Sar?" tanya Sinar.Mendadak raut wajah Sariti tak bisa diterka. Menunduk dan meremas ujung dasterny
Entah kenapa Sinar merasa kegerahan. Padahal wanita itu sudah menaikkan volume AC dan memakai pakaian yang lumayan tipis. Ia mulai membuka matanya dan kaget ternyata suaminya sudah tidak ada di sebelahnya. Pasti menemui gundik gatalnya itu.Sinar akhirnya terbangun dan mengambil air minum di atas meja. Kalau dulu saat Sinar mengetahui suaminya diam-diam ke kamar Sariti tengah malam Sinar akan menggerutu, kesal, gelisah dan marah. Tapi kali ini ia sudah bisa menahan emosinya. Rasa cintanya terhadap Bagas lama-kelamaan semakin terkikis habis.Sinar mengambil bluetooth yang langsung terhubung dengan suara-suara dari kamar Sariti. Ia yakin kalau suaminya berada di sana."Istri kamu itu, Mas! Dia keterlaluan tahu nggak! Dia marahi aku gara-gara aku manggil Aurora dan Aksara anakku. Padahal sebentar lagi aku akan menjadi ibu mereka juga, kan? Mas Bagas akan menikahiku, kan?"Suara Sariti terdengar sangat serak. Ia sesenggukan sambil menahan napas