Share

3.Bantuan

Sesulit apapun, Tuhan tidak akan melepaskan tangan-Nya.

Akan selalu ada jalan bagi yang berserah pada-Nya.

* * * * *

“Tidak!” Flora menggelengkan kepalanya. “Jika kau berpikir karena situasiku sedang buruk dan kau bisa mengajakku ke rumahmu untuk menjadi penghangat ranjangmu, maka kau salah besar, Xander. Aku bukanlah wanita murahan seperti yang kau pikirkan.” Sembut Flora setelah membayangkan maksud dan tujuan Xander mengajaknya pergi ke rumahnya.

Xander masih terdiam mendengar omelan Flora. Bahkan pria itu sama sekali tidak terkejut dengan suara keras wanita itu. Lalu detik berikutnya pria itu tertawa. Seketika semua orang takjub melihatnya. Pasalnya sejak dulu Xander bukanlah tipe orang yang mudah diajak bercanda dan tertawa. Tapi sekarang pria itu dengan mudahnya tertawa setelah mendengar ucapan Flora.

Wanita yang masih berdiri dengan berjuang mempertahankan harga dirinya tampak kebingungan melihat reaksi Xander. Dia pikir Xander akan meninggalkannya setelah dia menolak tawaran pria itu. Tapi pria itu justru tertawa membuatnya kebingungan. Karena Flora sama sekali tidak tahu bagian dari kata-katanya mana yang lucu bagi pria itu.

“Aku mengajakmu pulang bersamaku bukan untuk tidur bersamaku. Kau akan tidur di kamar yang terpisah dariku dan sendirian. Lagipula aku tidak tinggal sendirian. Arion tinggal bersamaku.” Jelas Xander membuat Flora menunduk malu.

“Betul sekali.” Ucap Arion tiba-tiba sudah berdiri di samping Flora membuat wanita itu terlonjak kaget.

“Aku setuju jika Flora tinggal bersama kita. Aku bisa masuk dalam kamarmu saat tengah malam, Cantik.”

Flora menyunggingkan senyuman paksaannya. “Jika kau berani melakukannya, percayalah Arion, kaki ini akan menendang selangkanganmu.” Flora menunjuk kakinya dan hendak menendang di antara sela kaki Arion.

Segera Arion menutup kakinya dan melindungi burung berharganya. “Kau kejam sekali, Cantik.”

“Jadi masih berani masuk kamarku?” tanya Flora kembali.

Arion menggelengkan kepalanya. Layaknya anak kecil yang berhasil ditakut-takuti. Xander tersenyum melihat Flora berbeda dengan wanita lain. Wanita itu mengetahui tentang Arion dan Xander. Tapi Flora tidak mudah melompat ke tempat tidur mereka meskipun kondisi gadis itu sedang kesulitan. Dia mementingkan harga dirinya. Karena itu Xander tidak ragu menawarkan tempat tinggal pada wanita itu. Karena Xander memiliki rencana.

“Jadi bagaimana? Kau menerima tawaranku?” tanya Xander.

Flora menganggukkan kepalanya. “Aku menerimanya.”

“Kalau begitu bawalah koper itu dan ikut denganku.” Xander menunjuk koper milik Flora yang sudah berdiri di samping wanita itu.

Flora menganggukkan kepalanya. Dia mengambil koper itu dan berjalan mengikuti Xander menuju mobil pria itu. Xander membuka bagasi sehingga Flora bisa memasukkan kopernya di dalam. Setelah masuk, mereka berdua pun masuk ke dalam mobil. Terlihat Arion juga hendak mengikuti mereka dengan menghampiri motornya.

“Kau tidak tinggal dulu, Arion? Pesta belum selesai.” tanya Xander menjulurkan kepalanya keluar.

Arion menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Pestanya membosankan. Karena wanita menariknya sudah berada di dalam mobilmu.” Arion menunjuk ke arah Flora.

Flora bingung dengan ucapan Arion. Tapi dia tidak mau memusingkan. Dia berpikir harus berusaha keras menghindari Arion. Karena pria itu suka sekali mempermainkan wanita.

Setelah Arion mengenakan helm dan melesat pergi, Xander mulai menyusulnya. Pria itu jauh lebih tenang membawakan mobil mewah itu melintasi jalanan. Flora bisa bernafas lega. Dia tidak lagi memikirkan di mana dia harus tidur. Meskipun harus memasuki kandang dua singa berbahaya, tapi Flora percaya pada kemampuan bela dirinya sehingga dia tidak perlu cemas jika Arion atau Xander mau melecehkannya. Lagipula Flora percaya Xander tidak akan melakukannya. Dia benar-benar menghargai seorang wanita. Flora hanya perlu waspada pada Arion.

* * * * * 

Flora terkagum saat memasuki rumah Xander. Rumah besar dengan desain modern serta didominasi warna putih itu tampak begitu mewah. Sebagai desainer interior, Flora sangat menyukai rumah Xander. Hanya saja tidak banyak sentuhan artistik di dalam rumah. Dari ruang tamu yang menghadap langsung ke halaman belakang di mana ada kolam renang serta tempat untuk beristirahat. Tidak ada lukisan, maupun foto yang menunjukkan sisi lain pemilik rumah.

Flora berjalan menaiki tangga mengikuti Xander. Sampai di lantai dua, Flora melewati satu pintu sebelum akhirnya berakhir di depan pintu berikutnya. Xander berhenti melangkah dan berbalik. Pria itu membuka pintu itu.

“Ini adalah kamarmu. Di sana adalah kamar Arion.” Xander menuju pintu yang baru saja mereka lewati. Lalu pria itu menunjuk ke arah pintu di ujung lorong. “Di sana adalah kamarku. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa bertanya padaku.”

“Atau bertanya padaku.” Ucap Arion yang sudah sampai di rumah dan berdiri di belakang Flora.

Flora menoleh lalu menampilkan wajah kesalnya “Sayangnya aku tidak mau bertanya padamu bahkan jika dipaksa sekalipun.”

Arion menyentuh dadanya seakan terasa sakit. “Baru kali ini ada seorang wanita yang menolakku.”

“Dan kau akan terbiasa dengan hal itu.” Flora berbalik ke arah Xander yang tersenyum melihat pertengkaran Flora dengan Arion. “Terimakasih banyak sudah membantuku, Xander. Aku akan beristirahat dulu.” 

Xander hanya menganggukkan kepalanya. Dia melihat Flora menarik kopernya masuk ke dalam kamarnya. Arion hendak mengikuti wanita itu. Tapi langkahnya terpaksa terhenti ketika Flora menutup pintu di hadapan pria itu.

“Kau membawakan mainan yang menarik di rumah ini, Xander.” Ucap Arion tersenyum senang.

Xander menggelengkan kepalanya. “Dia wanita, Arion. Bukan mainan. Lagipula aku memiliki rencana untuk membantunya.”

Xander berjalan menuju kamarnya. Tapi Arion berlari dan menghalangi langkah sahabatnya. “Rencana apa?”

“Rahasia.” Xander berjalan melewati Arion dan masuk ke dalam kamarnya.”

Arion hanya bisa menghela nafas berat. “Dasar pria sok misterius.”

Akhirnya pria itu kembali ke kamarnya. Meninggalkan rasa penasaran yang tertinggal dalam hatinya. Dia berencana akan menanyakan kembali kepada Xander besok.

Di dalam kamarnya, Flora merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk. Dia menghela nafas lega karena bisa merasakan tubuhnya berbaring di tempat yang nyaman. Lalu terdengar ponselnya berdering. Flora mengambil ponsel dari tas kecilnya. Dia melihat nama Mareva muncul di layar ponselnya.

“Halo, Mareva!” Sapa Flora menempelkan ponsel di telinganya.

“Flora, apa kau baik-baik saja?”

Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Flora ingin menjawab seperti itu. Tapi dia tidak mau sahabatnya khawatir.

“Aku baik-baik saja. Ada apa?”

“Aku tadi ke apartemenmu, tapi kosong. Kupikir kau sedang pergi minum untuk melampiaskan kekesalanmu.”

“Aku hanya berjalan-jalan tadi. Tak usah khawatir.”

”Kau yakin?” Mareva tampak tidak yakin.

“Sangat yakin, Mareva. Aku akan tidur sekarang. Rasanya hari ini membuatku sangat lelah.”

“Baiklah. Aku mungkin tidak bisa membantu banyak. Tapi jika kau membutuhkan bantuan aku akan mencari cara lain.”

Flora tersenyum mendengar tawaran Mareva. Dia tahu betul Mareva adalah tulang punggung keluarganya. Mana mungkin dia tega meminta bantuan wanita itu.

“Aku tahu. Sampai jumpa lagi, Mareva.”

“Sampai jumpa lagi, Flora.”

Flora meletakkan ponsel di meja samping ranjang. Dia kembali merebahkan tubuhnya. Wanita itu perlu memikirkan tentang hari esok. Tapi rasa lelah membuat wanita itu mengurungkan niatnya. Dia bahkan tidak sempat mengganti pakaiannya tatkala matanya mulai terpejam.

* * * * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status