Share

Sky full of star

Dvorets Imperor, Peterburg

Tsar Louis Gernes 

Hujan deras mengguyur Peterburg, beberapa perjalanan ke luar kota Moskwa di berhentikan demi keselamatan para pengawal, tak banyak yang dilakukan rakyat dicuaca seperti ini kecuali duduk diperapian rumah untuk menghangatkan badan yang menggigil akibat amarah badai, namun tak demikian dengan Tsar Louis yang masih berkutik dengan banyaknya keluhan rakyat akibat pemasokan bahan makanan berkurang dimasa hujan ini, menjadi Tsar diusia muda tanpa pendamping sangat merepotkan, besok ia sudah pemberkatan untuk mensahkan jabatannya, sempat berfikir untuk merelakannya kepada Dominic, namun nasehat Koroleva mat’ membuat niatnya ia buang jauh jauh, kini lantunan harpa dan gemericik air hujan diluar Dvorets menghiasi malam Louis sendirian.

Semenjak pertemuan kedua dengan Ser Alan, membuat Louis semakin penasaran dengannya, apalagi saat ia tahu bahwa keponakan Ser Pun, Carlos Petra adalah teman dimasa akademi yang ia ingat ingat kembali pernah ia tolong saat hampir terjatuh dibebatuan gunung Peterburg, ia pun beberapa kali mengirim pesan untuk keluarga Ser Pun, ucapan terimakasihnya karena sudah menjaga dengan baik rakyat Moskwa disana, namun setiap ia mengirimkan surat ke keluarga Ser Punn selalu saja ada kendala, bahkan pesuruhnya mati dipanah seseorang di perjalanan ke Moskwa.

Kali ini Louis tidak ingin terus merindu bukan, ia pun mencoba membeli burung pengantar surat yang cerdik tanpa sepengetahuan siapapun kecuali Kenaken, karib Liam di ketentaraanya. Kenaken membawa burung pesanan Louis ke ruangan pribadinya dibagian sayap kanan Dvorets.

“Izin masuk Tsar, Kenaken dengan pesanan anda”.

“Ya masuk saja tidak dikunci” jawabku , kemudian Kenaken pun masuk dengan sova coklat ditangannya.

“Ini burung pengantar pesan tercerdas di akademi, bahkan bisa mengirimkan pesan ke luar negeri”.

“Baik terimakasih, kau bisa kesini setiap hari menjaganya karena aku ingin ini jadi privasi kita”.

“Tentu Tsar dengan senang hati”.

“Baik kau bisa pergi, beri nama dia Moskwa”.

“Moskwa?” tanya ken heran dengan keinginanku.

“Ya , karena aku hanya ingin mengirimnya ke moskwa saja”.

“Baiklah" angguknya dan berizin keluar dari ruanganku.

Ia meninggalkan Moskwa bersamaku, dan kini aku tengah melatihnya untuk menyampaikan pesanku pada Ser Punn, namun hujan deras mengurungkan niatku, dan aku kini hanya bisa membelai bulu lembut Moskwa disini, berharap rambut hitam pekat milik Alan yang aku belai

Ibu Kota Peterburg, 07.00

Pemberkatan Tsar Louis Gernes 

Suara gemuruh kaki kuda menampilkan jajaran tantara Peterburg di depan mansion biru milik ketentaraan kaisar, kini para petinggi dari seluruh rusia memenuhi halaman depan mansion, berkapasitas lebih dari 1000 orang, mansion sudah diisi oleh para Ser dan Prints dari berbagai negeri yang akan menyaksikan pemberkatan Tsar Louis, altar yang dihiasi bunga matahari merah muda, memberikan nuansa colorfull dan sangat nyaman dipandang, tamu kehormatan seperti keluarga Ramida juga ikut datang, bahkan banyak yang mengasumsikan bahwa acara pemberkatan ini akan jadi acara pertundangan Tsar Louis dan Printessa Frensques, meski sebenarnya bukan Louis tapi Liam.

Tsar Louis berjalan dari ujung altar dan melempar senyum tampannya untuk seluruh tamu dan rakyat dari berbagai pelosok negeri, ia dengan khidmat duduk dan mulai mengucapkan berbagai doa meminta dewa memberi rahmatnya, setelah pemasangan mahkota seluruh orang yang hadir menepuk tangan dan tersenyum gembira kecuali dua orang di tepi altar, Prints Dominic yang sedari tadi terpaksa datang hanya menyunggingkan senyuman kesalnya, dan Koroleva Alica hanya sesekali tersenyum untuk menutupi kemurkaannya.

Siapa sangka di kursi paling belakang hadir seseorang yang sejak beberapa minggu lalu ia rindukan, bibir itu seakan bersinar dan memanggil  Louis yang kini sedang khusyu menyambut Tsar dari negeri lain, tak henti henti memandangnya yang kini sedang tersenyum kepada seorang wanita yang tidak dikenalnya.

“Brat apa harus ku menutupi wajahku begini, aku sudah dandan cantik” rengek Adera membuat alan hanya terkekeh.

“Lihat disana ada siapa? Kau mau terkurung di bawah Belaya Bashnya?" Adera hanya menatap takut dan tertunduk.

Sampai akhirnya datanglah seseorang yang sejak sekian lama Ser Alan tanyakan pada Carlos, sosok seperti apa yang mulia Tsar dihadapannya ini.

“Bisakah aku mendapat uluran tanganmu untuk duduk Bersama dijamuan makan malamku?" tanyanya membuat Ser Alan meneguk salivanya, dengan tatapan yang sangat takjub, benar benar tampan Tsarnya ini.

Belum sempat menolak karena tak ingin meninggalkan Adera, namun kini Adera sudah melambaikan tangan pertanda tangannya ditarik Prints Liam, ah mengapa kedua saudara ini memisahkan kami, fikir Alan. 

Mansion biru, Ibu Kota Peterburg 

Althaphan  (Alan)

Tangannya menarikku lembut, kulihat tatapan dominic kearah kami penasaran, belum sempat dom menghampiri kami, tsar louis sudah lebih dulu mengunci ruangan yang hanya ada kami disini, menampilkan banyak lukisan di dinding ruangan seakan pameran seni di Moskwa tahun lalu, semua lukisan benar benar unik dan tak pernah ku lihat sebelumnya.

“Ini semua milikmu?" tanyaku ragu ragu.

Ia mengangguk dan tersenyum ke arahku, perasaan apa ini mengapa pipiku memanas.

“Ini semua karyaku yang ku lukis di setiap perjalananku”.

“Kau suka menjelajah?".

"Iya selama hidupku aku bepergian, sampai kewajiban Tsar Kiev ayahku mengharuskanku berhenti".

“Maaf bila kata kata saya kurang pantas tsar” aku merasa takut sudah bicara non formal padanya, namun kali ini ia malah meletakkan kedua tangannya dipundakku dan tersenyum dengan gelengan kepala.

“Tak apa, aku tidak suka pembicaraan formal, bisakah kita bicara layaknya teman?” ia mensejajarkan wajahnya padaku, benar benar tinggi fikirku, namun yang lebih menegangkan adalah wajah kami yang hanya berjarak 4 senti saja, membuatku berdegub kencang, setiap hembusan nafas yang diambilnya dapat kurasakan.

“Kenapa gugup? Aku biasa menemui rakyat yang takut padaku bukan gugup sepertimu” sial perkataanya membuat pipiku kembali memanas dan memerah sempurna.

“Aku hampir memanggilmu my lady jika saja kau tidak menggunakan pakaian ini, kenapa putra Ser Punn secantik ini?".

Dengan perkataanya tentu membuatu kesal, enak saja dia aku tampan begini

“Hei hei mengapa kau mengerucutkan bibirmu, apa perkataanku menyinggung?" tanyanya serius.

“Tolong jangan mendekatkan wajahmu pada wajahku aku malu, dan aku ini pria jadi aku ini tampan” aku kesal sekali, kenapa bisa jadi salah tingkah begini.

"Senangnya menggodamu, apa hanya aku yang menganggap mu cantik hmm"  aku mengangguk pada pertanyaan konyolnya.

Kami disini hampir 2 jam saling melempar gurauan khas kota ku Moskwa dan kotanya Peterburg, ia selalu memanggiku my star, atau sagitarius, entahlah ia sangat puitis dan selalu menggunakan sajak saat menggodaku, apakah pantas sesama pria saling menggoda, atau memang ini adalah kebiasaan rakyat Peterburg?, yang jelas aku sedang menatap bulan yang bulat sempurna dengan cahaya putihnya menyilaukan mata.

Sepenggal cerita Dominic

Halaman belakang, Mansion biru Peterburg

Dominic Seith 

Malam ini aku melihat dengan mata kepalaku, si Louis sang Tsar itu mengenggam tangan pujaan hatiku, apakah ia juga menyimpang?, Aku hanya diam dan menatap langit dengan cahaya bulan sempurna, berharap Alan tahu kisah kami dahulu, sebelum ia membenciku seperti sekarang ini, keberadaan Adera gadis yang selalu ibuku sembunyikan membuatku muak, usia kami terpaut 6 tahun dan aku sangat membencinya, sebesar benciku pada Louis, ia sangat menyusahkan, kenapa tidak dibunuh saja saat masih balita jika sampai saat ini masih disembunyikan keberadaannya oleh Koroleva yang merupakan ibuku, menyesalkan sekali.

Hidup selama 21 tahun di Moskwa membuatku kesal, Tsar Kiev enggan mengkuiku sebagai anaknya dengan alasan reputasi tsar yang tidak boleh rusak karena anak dari selir yang bukan keturunan tsar, rasa kesalku memuncak ketika ibuku melahirkan gadis yang bernama Adera, ingin sekali aku membunuhnya namun usahaku gagal karena sepengetahuan Alan dan mencegahku melakukan itu, semua orang membenciku di mansion Belaya Bashnya karena hampir membunuh Printessa Adera yang kini dicabut keputriannya oleh Koroleva semenjak ia masuk kekaisaran, entah mengapa Koroleva masih enggan mengakui Adera sebagai putrinya dan bahkan mengakui jika Adera ia temukan di danau Lagoda, aku sempat kasihan kepadanya namun semua berubah semenjak alan jadi lebih memperhatikannya, kufikir dia mencintai Adera.

Fikiranku semakin berkecamuk semenjak Koroleva memberiku tugas untuk mendekati Printessa Frensques yang mana merupakan putri Koroleva ramida yang memiliki janji tak terlanggar yang akan menikahkan putrinya dengan prints dari keturunan Koroleva mat’ nenekku dimana kini prints yang ada hanya aku, liam dan louis. Ibu pernah berkata siapapun yang bersiap menjadi suami frensques memiliki peluang menjadi tsar, apalagi dengan keadaan Louis yang lajang , ibu mulai khawatir dan memerintahku, tanpa tahu bahwa aku memiliki seseorang di dalam hatiku.

Belaya Bashnya, Moskwa 

Sepanjang jalan dikereta aku memikirkan perkataanya tentang ketertarikannya padaku, bahkan ia bilang akan sering sering mengunjungi mansionku untuk sekedar melukis ditemani aku yang bermain harpa, ia benar benar sesuatu, sungguh membuatku takjub, semua penggalan kata katanya, cara ia menatap, bagaimana matanya bergerak sangat menarik, apakah aku sudah terhanyut? Entahlah namun surat ini masih belum kubuka, ia memberiku amanah untuk membukanya di kamarku sebelum tidur, dan kini saatnya.

Kubuka pelan dan seraya meneranginya dengan cahaya lampu tidur.

Surat dari Louis Gernes kepada Ser Alan

Mata anda membawaku menjelajah langit, bagaimana bisa bibir anda mengajakku masuk? Bisakah kau menjadi alasanku melukis bintang, ketika aku ingin kau menjadi inti karyaku. Kita pasti bertemu, jika baca ini tolong balas kembali

Oh tuhan ia benar benar menggodaku? Apa Ia gila? Kenapa dengan surat ini terdengar seperti sebuah pernyataan kagum yang berlebihan, apakah tsar sering menggunakannya untuk mendekati para gadis

Aku masih mencerna isi surat, ingin rasanya membalas namun aku bukan seorang puitis, masa aku menjawabnya dengan gurauan garing yang biasa ku kirim ke pelatihan carlos di Peterburg saat ia kesepian tanpa aku disana, kami memang sepupu yang seperti anak kembar dimana kemana mana Bersama, dan selalu saja ku dianggap lebih muda darinya atau adiknya, padahal kami seumuran.

Carlos mungkin bisa membantuku, apa aku simpan untukku saja? Ahh otakku bingung ingin rasanya aku tenggelam dulu di danau Lagoda menjernihkan otakku, namun ternyata bukan aku saja yang menggila, kini Adera terus melantunkan lagu cinta diatas. 

Berhari-hari, berminggu-minggu, tak ada jalan kembali

Kita terbang dan hilang di sepanjang jalan

Aku tak tahu apakah kita akan bertemu lagi

Udara hangat, sungai yang deras

Kita berdua tak tidur selama tiga hari

Percayalah pada kata-kataku: “Kita kan hidup selamanya”

Lantunan menara yang sangat nyaring menghiasi malam dengan langit yang penuh bintang, mungkin benar langit membutuhkan bintang disana.

Mansion Biru, Ibu Kota Peterburg

Untukmu, suaraku yang halus dan lelah

Mengusik kebisuan larut dari malam gelap

Lilin yang sedih di dekat peraduanku

Bersinaran; sajak-sajakku, bersenyawaan dan berdeburan,

Beraliran, anak sungai kasih sayang, beraliran, dijejali olehmu

Dalam kegulitaan matamu bercahayaan di depanku,

Bersenyuman padaku – dan aku mendengar suara-suara:

Karibku yang lembut, karibku … kau aku asmarai

Lantun sajakku menghiasi malam ramaiku dengan dia yang memenuhi fikiranku, sampai seorang manusia dengan gagahnya menghamburkan lamunanku yang ternyata adalah Liam adikku.

“Waw jadi kau mengagumi Brat Alan?”.

“Apa kau sudah sedekat itu sampai menyebutnya brat hah?” tanyaku pada liam yang kini merebahkan tubuhnya bersamaku di loteng mansion.

“Yap, kami tadi mengobrol dan mencairkan suasana dengan bergurau, dia lucu kufikir dia kembaran Adera namun rupanya kakaknya, brat Alan sangat mungil dan cantik”.

“Tunggu apakau menganggap Alan cantik juga?”.

“Iya tentu, semua orang membicarakannya, banyak pritns dan printessa yang mengaguminya, beruntung Adera menutupi wajahnya jadi hanya aku yang bisa melihat wajah malaikatku, sana kau cepat dekati brat Alan, sebelum banyak tikungan” tuturnya Panjang lebar.

“Kau tahu kan bukan hal lumrah bagi cinta sesama pria".

“Lalu kenapa, sama saja hukumannya dengan jatuh cinta pada bukan selain printessa jadi dimana salahnya?".

"Kau mendukungku hah?".

“Tentu saja kau brat kesayanganku ku dan selamanya begitu”.

"Hah gombal dari sajak yang mana, biasa kau mengcopy sajak milikku untuk merayu para gadis” cibirku padanya yang dicibir malah menaikan pundak tak peduli.

“Selama jatuh cinta, sajak terus memenuhi kepalaku, dengan mudah merantai kata mungkin kini aku bisa mengalahkan kepopuleran buku sajakmu dikalangan negeri ini” sombongnya mencibirku balik.

“Coba saja” kami terkekeh dalam kesunyian sama sama merindukan pujaan hati, yang kini berlindung dimalam dimana liam merindukan bulannya dan aku merindukan bintangku.

Dvorets Imperor, Peterburg 09.45

Esok yang menjemput ku dengan kegiatan penuh sebagai Tsar sah pun mulai menyibukanku, banyak Menteri dan Ser menghampiriku, Dyadya Luke masih membantuku dalam kekaisaran, adik ibuku ini sangat membantuku begitu pula anaknya Liam, kami benar benar seperti anak dan ayah banyak yang menganggap begitu, karena memang dari awal aku ini jiwa seniman dan memiliki kecerdasan seorang raja sama seperti dyadyaku, sementara Liam memiliki jiwa perang dan berani seperti Tsar Kiev ayahku, kami bagai bertukar ayah, meski sebenarnya sifatku merupakan turunan dari orang tuaku. 

Liam selalu menolak menjadi ketua Menteri dengan alasan puas sebagai seorang panglima perang, iya dia memang tidak bisa dikalahkan karena kemampuan perangnya yang sudah lihai dan populer di kalangan tantara di negeri lain, seperti kecerdasan Louis yang tidak pernah ada tandangingannya, namun siapa sangka Dominic dengan karakter Kiev bisa memanupulasi segalanya sejak kedatangannya, dimana setiap alur hidupnya hanya dia yang tentukan dan dia yang binasakan penghalangnya.

“Butuh bantuan ku tsar?" tanya Dominic pada Louis, kini dom duduk di depan meja Tsar Louis dengan kaki kanan di atas kaki kiri dan memegang pisau beserta apel merah ditangannya.

“Tidak perlu, kau bisa mengurus bagianmu” ucap Louis ketus.

“Sejak kapan kau menyukai Tser Alan?" disambar petir, Tsar Louis menatap Dom tak menyangka membelalakan matanya.

“Jangan ganggu dia, aku sudah melebelinya sejak lama”.

Tunggu apa maksudnya, bintangnya milik si brengsek ini? Kesal Louis di dalam hatinya.

“Tidak ada yang Namanya melabeli, dan selama kami berbicara mesra ia tidak pernah dimiliki siapapun”.

Ucap Louis dengan kata kata dalamnya, membuat Dominic mengepalkan tangan dan menatap tajam sampai akhirnya

“Pintu keluar disebelah sana Prints Dom" lagi lagi ucapan Louis yang menunjukan letak pintu keluar menjengkelkan bagi Dom, yang kini dipenuhi amarah.

Brakk….

Dictionary

Dyadya : Paman

Sova ; Burung hantu

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status