Suara gedoran di pintu membuat Gemma mengerang tanpa ia sadari. Kepalanya seperti mau pecah, dan matanya begitu berat. Perlu beberapa saat untuk Gemma mengumpulkan tenaga, merasakan setiap pergerakan otot dari tubuhnya.
Gedoran di pintu
"Kau tahu, aku tidak suka setiap kali pergi bersamamu ke tempat umum.""Aku tahu. Kau mengatakannya setiap kali kita pergi bersama."Mereka berdua tengah makan di restoran cepat saji paling populer di Ayria, yang terletak sekitar empat ratus meter ke selatan dari perpustakaan tempat Gemma tinggal. Cukup lima belas menit berjalan kaki.Cuaca hari ini cerah dan menyenangkan untuk dihabiskan dengan menyantap makan siang di tempat duduk yang ditata di pinggir jalan. Sepertinya banyak yang satu pemikiran dengan Gemma dan Jo, karena kursi-kursi di sekitar mereka nyaris penuh.Dua orang cewek, sepertinya masih kuliah, berbisik-bisik ketika melintasi tempat Jo dan Gemma duduk. Mereka bukan cewek pertama yang sengaja melakukan hal-hal konyol untuk menarik perhatian.Perhatian siapa?Siapa lagi kalau bukan Jo."Kau hanya iri, itu saja. Tidak ada laki-laki yang bertingkah seperti itu saat melihatmu.""Jika ada, malah mengerikan."Gemma meng
"Hatchii!!!"Ini sudah keempat kalinya ia bersin dalam kurun waktu kurang dari setengah jam, membuat konsentrasinya terganggu."Sedang tidak sehat, Jonah?"Lawan main caturnya bertanya. Bukan sekadar pertanyaan biasa, itu lebih kepada sebuah ejekan."Aku maklum jika kau tidak bisa mengalahkanku. Kau bisa pakai alasan kesehatan, kok."Jonah menatap orang di hadapannya. Tetangganya yang tinggal di lantai bawah ini selalu berhasil membuatnya kesal dengan ocehannya. Tapi Jonah sudah hidup berdampingan selama delapan belas tahun untuk membuatnya paham bahwa itu adalah cara Michael bercanda."Aku baik-baik saja. Mungkin ada yang sedang membicarakanku sehingga aku bersin-bersin."Jonah memindahkan posisi bidak caturnya. Sekarang dia punya bidak yang siap mengantar Michael pada posisi skakmat."Membicarakanmu? Siapa? Paling juga anakmu."Michael yang menyadari bahwa posisinya tak menguntungkan, memindahkan bidak caturnya yang la
Mobil Maya berhenti di depan perpustakaan. Sebuah city car berwarna kuning lemon yang mengkilat. Sebelumnya Gemma tak pernah bertanya darimana Maya bisa memiliki mobil, mengingat pekerjaannya sebagai manajer belumlah bisa memberinya kemewahan seperti sebuah mobil. Tapi kini Gemma mulai menduga-duga bahwa, mungkin saja para pemberontak mendanai Maya.Itu jika memang benar Maya adalah pemberontak. Gemma belum tahu pasti karena sejauh ini yang ia punya hanya asumsi.Gemma menenteng gitar dengan satu tangan dan berjalan menuju ke mobil. Ia meletakkan gitarnya di bangku penumpang belakang, kemudian ia duduk di kursi penumpang di sebelah pengemudi.Maya menginjak pedal gas, membawa mereka melaju menembus suasana sore di kota Ayria yang perlahan mulai lengang.Orang-orang yang masih ada di trotoar berjalan dengan terburu-buru sembari menundukkan kepala. Jika mereka mengalami kebahagiaan seharian tadi, rasa itu kini tak terlihat di wajah mereka. Yang ada han
Draconian menyabetkan tangannya pada seseorang dalam jangkauannya, dan hanya sekejap mata, orang itu tergeletak di lantai. Kulitnya menjadi sangat keriput dan tubuhnya tak lagi berdaging. Hanya ada ceruk hitam di tempat mata seharusnya berada. Tiga sayatan memanjang di dada orang itu, di tempat Draconian menyarangkan jemari tajamnya. Tidak ada darah mengalir di sana, hanya ada luka dalam berwarna hitam yang tampak kosong seperti celah yang sangat dalam. Cairan berwarna hitam mengalir keluar dari mulut manusia itu, bersamaan dengan asap pekat.Para penjaga menembaki makhluk-makhluk itu dengan putus asa. Bodoh, tentu saja hal itu sia-sia. Draconian tidak bisa dilukai dengan senjata biasa.Keheningan singkat berubah menjadi kepanikan dan kengerian. Semua orang berlari tak tentu arah untuk menyelamatkan nyawa mereka.Draconian tak tinggal diam. Mereka bergerak dan berjalan seperti orang yang kejang, namun dengan kecepatan yang luar biasa. Mereka semua menyebar, dan tak
"Sakit?"Nero mendongak untuk menatap Gemma saat ia bertanya. Gemma menggeleng pelan."Katakan kalau sakit, aku akan lebih hati-hati."Nero melanjutkan membebat kedua telapak tangan Gemma dengan perban. Gemma tidak mengatakan apa yang terjadi pada dirinya, karena pastilah tidak ada yang percaya. Nero juga tidak menanyakan hal itu sedari tadi. Entah kenapa Gemma jadi merasa tenang. Jika ia bersama Jo sekarang, Jo pasti sudah bertanya macam-macam dan memasang wajah khawatir yang berlebihan seperti ayah Gemma.Mereka tidak bisa pergi keluar sebelum fajar tiba, dan Gemma pikir Nero hanya akan menjaganya saja di salah satu sudut King's Door sampai mereka bisa pergi dari situ.Tapi ternyata Nero punya ide lain. Dia menyambar kotak pertolongan pertama yang ada di kelab malam itu, lalu mengajak Gemma menuju ke tangga darurat yang mengarah ke atas.King's Door terletak di ruangan bawah tanah sebuah gedung yang digunakan sebagai pusat perbelanjaan. Nero ter
Apa yang terjadi di King's Door menimbulkan kegemparan di seluruh Elenio. Puluhan nyawa manusia melayang, sekaligus membuka sisi gelap Elenio, khususnya Ayria, yang selama ini terkenal sebagai negara yang tentram.Beberapa orang yang dianggap bertanggung jawab, termasuk Heros, kini menjadi buronan.Semua berita tentang hal itu berseliweran di berbagai media selama berhari-hari, kebanyakan berita diberi bumbu dan dipelintir supaya menarik dan menjual. Padahal hampir semua pemberitaan yang ada hanya berisi asumsi dan tidak sesuai kenyataan.Efek dari apa yang terjadi di King's Door membuat Archturian melakukan razia besar-besaran di tempat-tempat ilegal di Ayria dan kota-kota sekitarnya. Hal itu membuat Gemma saat ini menjadi pengangguran dan hanya mengisi hari-harinya di perpustakaan.Gemma pada dasarnya suka membaca, karena ia suka mendapatkan ilmu baru dari buku yang ia baca. Jadi tak masalah untuknya jika harus terkurung di perpustakaan. Toh ia jug
Laju kereta membawa Gemma dan Jo menjauh dari Ayria. Kemarin Jo menemani Gemma seharian setelah apa yang terjadi di hutan. Dia merawat luka Gemma sembari terus melontarkan pertanyaan, yang akhirnya membuat Gemma menceritakan kejadian di King's Door."Jadi, Draconian yang hancur lebur waktu itu, karena ledakan dari tanganmu?"Gemma mengangguk.Sejak kemarin, Jo terus mencoba menarik kesimpulan dari dugaan-dugaannya sendiri, tapi tak ada yang terdengar tepat."Apa kau menggunakan obat-obatan?"Jo bertanya pada Gemma, yang sedari tadi hanya memandang keluar jendela. Kedua matanya berusaha menikmati alam Elenio yang berisi hamparan padang rumput, serta hutan dalam lembah-lembah yang berkabut. Tapi usaha untuk mengalihkan diri dari hal yang mengganggu tidak berhasil, karena Jo terus-terusan membahasnya.Gemma menelengkan kepalanya pada Jo. Sepertinya itu adalah teori Jo yang kedua puluh dan semakin ke sini teorinya jadi sekadar tebakan konyol."A
Hari ini adalah hari paling aneh dan canggung sepanjang sejarah hidup Gemma. Bagaimana tidak, ia harus bertemu dengan ayahnya setelah tiga tahun mereka tidak bertegur sapa. Lalu, Gemma kini berada satu atap dengan dua orang asing. Salah satunya adalah seseorang yang jaketnya ia pakai sekarang."Siapa dia sebenarnya, Jo?"Gemma bertanya sembari sesekali menggigiti ujung jempolnya. Kebiasaannya saat kecil kembali muncul, mungkin karena sekarang ia berada di rumah.Mereka berdua duduk di lantai di pojok ruang keluarga tempat ayah Gemma tinggal, dan membiarkan pintu yang menuju ke foyer terbuka. Hal itu dilakukan semata-mata agar mereka dapat menatap ke arah tangga. Gemma dan Jo kini persis seperti anak kecil yang penuh dengan rasa penasaran.Sudah kurang lebih satu jam Nero dan si wanita yang diperkenalkan dengan nama Sarah itu naik ke lantai dua, tempat Paman Jonah, ayah Jo, tinggal.Gemma tahu kalau Paman Jonah juga seorang Archturian, yang