Novel Baru
Judul : Jaran Goyang Ratu Rengganis
"Berikan aku ragamu, maka akan aku kabulkan segala keinginanmu, Rengganis.” Suara melantun itu membuat wanita berparas rupawan yang dipanggil Rengganis, menengadah dari posisi bersimpuh, menatap sosok wanita setengah tembus pandang yang melayang di hadapannya dengan kabut tebal menyelimuti tubuh wanita itu.
Manik hitam segelap malam milik Rengganis terlihat basah, memancarkan kesedihan yang begitu dalam. Debu dan kotoran tebal menghiasi wajahnya, menunjukkan betapa tersiksa dan terabaikan dirinya untuk waktu yang cukup lama.
Melihat keterpurukan Rengganis, wanita itu menyeringai, kakinya turun menapak tanah. “Aku bisa membantumu membalaskan dendam, entah kepada jalang bernama Madhavi … ataupun bajingan yang kau panggil Kakang Prabu Abra itu.”
Rengganis mengepalkan tangan, membayangkan wajah kedua orang yang membuat hidupnya terasa bak neraka. Namun, melihat kabut hitam yang menyelimuti wanita di hadapannya, Rengganis merasa bahwa menyetujui mungkin saja bukan keputusan baik.
“Aku tak percaya padamu,” balas Rengganis dengan pandangan waspada, dia mengepalkan tangan menahan tubuh bergetarnya.
Jari-jari lentik wanita tersebut mengangkat dagu Rengganis, memaksa untuk menatap dalam-dalam manik merah miliknya bak menghipnotis. “Tidakkah kau teringat bagaimana kepala ibumu itu terpisah dari lehernya untuk melindungimu?” ujar sang wanita dengan nada suram seraya mengibaskan selendang merah saat membalikkan tubuh. “Bagaimana suamimu, Gusti Prabu Abra, memenggalnya tanpa belas kasihan setelah semua kebaikan yang kalian curahkan padanya?”
‘Tidak!’ teriak Rengganis dalam hatinya, membayangkan jelas kematian sang ibunda dalam benaknya. Bagaimana Abra mengayunkan pedang, menyayat kulit dan mematahkan tulang. Bau anyir darah menguar di udara masih teringat jelas membuat Rengganis mual dan marah.
Tawa wanita di hadapan Rengganis menggema. “Kau lemah, tapi aku bisa mengubah hal itu,” ujarnya dengan sebuah senyum menggoda terlukis di bibir. “Raih uluran tanganku, akan aku ajarkan ilmu milikku juga ajian Jaran Goyang padamu. Balas rasa sakit hati, berikan hukuman setimpal untuk para pengkhianat," tekan wanita berselendang merah itu.
Rengganis menggertakkan gigi dan mengepalkan tangannya. Ucapan wanita itu membakar tekad yang sudah bulat, "Hukuman yang pantas untuk pengkhianat adalah kematian!" cebik Rengganis seraya meraih uluran tangan wanita tersebut.
Giveaway
Assalamu'alaikum
Hallo saya KarRa, terima kasih banyak untuk semua pembaca Love Sugar Daddy. Ada rasa lega tapi juga sedih, bahkan author sempat menangis seharian waktu bikin part tamat. Alhamdulillah sudah selesai, sesuai janji, sebagai rasa terima kasih saya ada bingkisan dari saya untuk pembaca yang kasih vote gem, dan juga yang komentar. Untuk yang di luar jangkauan, nanti saya ganti yang lain ya ☺🙏
Silahkan yang nama saya sebut bisa inbox ke efbe KarRa atau bisa dm ke akun i* terbaru saya, @lovely_karra I* yang lama kena retas orang tidak bertanggung jawab jadi ke akun baru ya🙏
1.istriyangdisyang
2.Ichal Gondrong
3.Dinda Irwan
4.Oyon
5.Hafana Sutrisno
6.Rico Ardianto
7.Raja Deon
8.Anton Pranata
9.Nurhayati Shakila
10.Mila RML
11.Kiki Sulandari (pulsa)
Jangan lupa baca novel Godaan Memikat Lelaki Penguasa dan juga novel terbaru saya Tumbal Pengantin Iblis, sudah ada di aplikasi GoodNovel:
Axelle Zeroun baru saja meninggalkan gedung perusahaannya dengan perasaan dongkol. Dia melajukan cepat mobil yang dikendarai. Diingat kembali beberapa menit lalu, dirinya masih bersitegang, berseteru, mengenai status pernikahan dan status anak kandungnya di keluarga besar Zeroun Group. Zeroun ayahnya benar-benar keras kepala. Lelaki tua tersebut tak pernah mau menerima Freya, wanita yang ia pacari sejak masuk kuliah. Hingga sampai Freya hamil pun sang Ayah tak pernah menggubris. Zeroun selalu menggagalkan rencana pernikahan anaknya dengan sang kekasih. Tak ada cara selain menikahi Freya secara siri, demi nama baik keluarga Freya. "Ayah, kenapa Ayah begitu keras kepala? Tidak kah Ayah kasihan pada Mirza, cucu Ayah. Dia sudah berusia sembilan belas tahun sampai sekarang, statusnya masih ikut catatan sipil keluarga Freya, Ayah. Tidak bisakah Ayah berlapang dada memasukkan identitas Mirza ke dalam keluarga kita
Ruang tamu berubah menjadi seperti tempat perang, bukan perang senjata melainkan perang emosi. Axelle beranjak berdiri, berkacak pinggang mengucapkan sumpah serapah terhadap sang ayah. Sopan santun yang selama ini ia junjung tinggi seolah menghilang bersama luapan emosi memuncak. Dia merasa ketika sang ayah telah melebihi batas dalam mengurusi kehidupannya. Mirza berlari mendekat, dia memeluk sang papa dari belakang agar tidak menyerang sang kakek. "Hei, Pak Tua," pekik Axelle menekankan kata 'pak tua'. "Kau sudah tidak waras, kah? Bagaimana mungkin aku menikah secara resmi dengan gadis belia? Freya adalah istriku satu-satunya yang aku cintai," cerocos Axelle. "Kalian hanya menikah siri, ingat?" cemooh Zeroun. "Dasar anak durhaka! Tidak bisakah kau, menuruti keinginan terakhir ayahmu yang telah renta ini?" dengus Zeroun kesal. Dia beringsut membenarkan letak duduknya. "Aku tidak mau,
Axelle membuka pintu kamar dengan perasaan lesu. Bayangan wajah Stela, gadis muda yang secara tak sengaja harus terlibat dalam kemelut masalah keluarganya. Dia masih ingat benar wajah pasrah tak berdaya sang gadis. Zeroun, ayah terlalu menekan gadis tersebut. Bahkan beliau menghubungi pihak kampus tempat Stela kuliah. Dengan kekuasaannya, Zeroun meminta pada mereka untuk mengeluarkan gadis tersebut. Peringatan kecil bagi Stela lantaran menolak keinginannya. Gadis tersebut terdiam tanpa sepatah kata, tatapannya kosong, buliran air menggenang di pelupuk matanya. Stela berusaha tenang dan menahan semuanya. Napasnya sesekali terdengar berat. Betapa terpukulnya gadis tersebut. Axelle merasa sangat bersalah pada Stela, dia merangkum wajahnya dengan kedua tangan, menghilangkan semua bayangan wajah gadis lugu itu. Ditarik dasi, dan melepas jas yang ia kenakan. Berulang kali Axelle menghela napas berat. Jemari tangannya sibuk mengutak-atik kancing ujung kedua lengan hem y
Axelle nampak gagah dalam balutan set tuxedo warna putih yang ia kenakan. Rambut klimisnya tersisir rapi ke belakang. Dia memandang cermin di dalam kamar. Rasa bersalah melanda, tak pernah terpikir dia akan menduakan sang istri. Terlebih lagi pernikahan kali ini secara resmi. Axelle begitu diliputi ketidak berdayaan, di sisi lain dia melakukan demi anak. Di satu sisi lagi Axelle pasti melukai Freya pada akhirnya. Wanita itu selama ini menguatkannya, selalu di samping mendukung dalam setiap langkah. Axelle menghela napas panjang. "Sayang, kau belum berangkat?" tanya Freya saat keluar dari kamar mandi. Axelle menoleh ke arahnya. Wanita tersebut tersenyum manis sembari menggosok rambut basah dengan handuk kecil. Freya melepas mantel handuk, mengganti dengan dress setinggi lutut, berwarna biru nampak sintal. Payudara bagian atasnya menyembul seperti meluber keluar. "Freya, kau yakin akan mengizinkan aku menikahi gadis itu?"
Masih ada beberapa kerabat yang tengah sibuk membukakan kado, pemberian sahabat maupun relasi bisnis sebagai ucapan selamat kepada pernikahan Axelle dan Stela. Zeroun memandang gadis manis yang kini menjadi menantunya tersebut. Ada rasa bersalah bercampur rasa lega. Lelaki tua itu mengingat kembali malam hari sebelum acara pernikahan berlangsung. Sang gadis kecil marah besar dan menolak. Namun, Zeroun membuatnya tak berkutik. Dengan kekuasaannya, lelaki tua itu menghubungi pihak kampus. Alhasil Stela dikeluarkan dengan paksa. Mata bening gadis tersebut berkaca, air mata meleleh, Stela terdiam seribu bahasa tak berkomentar lagi. Dia akhirnya berjalan gontai menuju kamar yang telah Zeroun persiapkan. Gadis itu meringkuk di tengah ranjang. Hidungnya memerah, matanya sembab dalam kelelahan. Zeroun mengurut dada berpikir perbuatannya terlalu kejam. Lelaki tua itu sempat ingin membatalkan niatnya. Dia melangkah keluar kamar tersebut dengan hati g
Axelle masih tertegun mendapati tubuh mungil tersebut. Stela nampak menggoda dalam balutan lingerie hitam yang terkesan menerawang, memperlihatkan lekuk ramping tubuhnya. Seharusnya ia tidak menarik selimut. Akan tetapi ia tidak bermaksud kurang ajar, dia hanya ingin berbicara dengan bertatap muka. Tidak pernah terbayang Stela berpakaian sesexy itu. Jiwa lelakinya berkobar, sebagai lelaki normal dirinya tidak dapat memungkiri ketertarikan yang membelenggunya kini. Wajah Axelle memerah, dia memalingkan wajah, menelan ludah membuat jakunnya bergerak naik turun. Dihela napas panjang berat. Stela langsung menarik kembali selimut di tangan Axelle. Lelaki itu sadar seketika dari lamunan sesaatnya. Stela beringsut duduk, membalutkan selimut ke tubuh. Kali ini kepala sampai badan tertutup rapat, hanya bagian wajah yang terlihat. "Sudah saya katakan jangan tarik selimutnya," dengkus Stela. "Maa
Angin dingin di pagi hari berhembus mesra, menelusup masuk dari sela-sela ventilasi. Tangan nakal Axelle masih mengelus mesra pipi istri barunya. Stela sendiri mendelik saking terkejut. Gadis tersebut tengah menahan kantuk di sela doanya dan tiba-tiba dikejutkan dengan adanya tangan hangat berotot membelai pipi. Tubuh Stela melonjak, netra keduanya saling bertemu pandang. Debaran jantung masih terasa bergejolak. Rasa terkejut Stela perlahan menghilang, pandang masih tertuju pada mata bening suami barunya. Tidak ingin terlalu terhanyut akan pesona tampan yang tak mampu Stela elak. Gadis tersebut menutup mata, menghela napas panjang. Dia mengelus dada berulang kali, mencoba berpikir jernih. "Ada yang bisa Stela bantu, Om?" tanyanya. "Ah, maaf," kata Axelle, lelaki itu celingukan. Dia merasa malu akan tingkah spont
Hari pertama sebagai pasangan suami istri yang baru menikah, dilalui Axelle dan Stela dengan cukup berat namun, ledekan demi ledekan berakhir dengan perginya para kerabat yang berpamitan pulang. Saat itu Axelle berencana untuk kembali ke kediamannya. Akan tetapi ada saja alasan yang membuat ia tak dapat beranjak. Mulai dari Zeroun yang tiba-tiba pingsan mendadak. Saking terkejutnya Axelle panik, Stela yang melihat suaminya kelabakan berusaha menenangkan dengan kata-kata yang terdengar manja. Kepala pengurus rumah tangga, seorang wanita bertubuh gempal dengan tinggi hanya 155 cm, berusaha tenang di antara kerusuhan yang terjadi. Dia menghubungi dokter pribadi keluarga. Di usia tuanya Zeroun masih saja mengkhawatirkan banyak hal. Dia hanya butuh istirahat lantaran kelelahan dan banyak pikiran. Kata dokter yang memeriksa. Seorang lelaki tampan, maskulin mirip aktor korea yang sering wara-wiri di saluran tv.