Aku berjalan menuju kantor agensi ternama di Seoul. Hari ini, rencananya aku akan rapat dengan pemilik utama agency ini dan membahas mengenai kelanjutan Project Lea. Jarak antara apartemenku dan tempat ini cukup dekat, aku memilih berjalan kaki, dan memang selama aku di Seoul aku belum membeli mobil, selain pajaknya yang cukup mahal, aku juga lebih suka berjalan.
Aku disapa beberapa karyawan internal dari agency ini, aku juga termasuk dalam tim manajemen... selain menjadi produser. Pengalamanku bekerja di beberapa perusahaan dan mengelola bisnis ayahku, membuat sang owner memintaku untuk membantunya mengelola di bagian promosi... khususnya urusan konser artis asuhannya.
Aku berjalan menuju lantai 3 gedung eksentrik ini. Di beberapa lantai di khususkan untuk studio dan tempat berlatih, baik vocal dan dance. Aku menghuni lantai empat, di sana aku memiliki satu ruangan tempatku membuat musik dan lagu untuk artis asuhan agensi ini.
"Hai selamat pagi!" Sapa salah seorang artis perempuan yang kutahu bernama Lea. Ialah yang akan menjadi artis garapanku. Ia menyapaku dengan bahasa Korea dengan nada yang di lembutkan, seperti sudah budaya di tempat ini... seorang perempuan menyapa lelaki dengan nada manja dan para lelaki di sini sangat menyukainya, tidak untukku.
"Selamat pagi!" Balasku dengan nada normal. Aku diberi cap pria yang dingin di tempat ini, karena mungkin memang pembawaanku yang seperti ini. Untuk pria normal di tempat ini, pada saat dia disapa dengan nada imut yang sering disebut 'Aegyo' mereka akan tersenyum lebar dan menanggapinya dengan sangat positif, tapi aku merasa itu adalah hal yang menjijikan, makanya aku hanya berkata datar.
"Aku Lea. Mohon bantuannya." Idol berpakaian serba ungu dengan rok pendek dan kaus berlengan miring, sehingga satu bahunya terekspose. Sebuah adat bagi seorang artis atau penyanyi memberi penghormatan dan berucap kalimat yang sama yang diucapkan Lea barusan, gadis itu membungkukkan dirinya 45 derajat.
"Ah.. ya." Jawabku lagi, aku langsung duduk di salah satu kursi yang kosong. Ternyata baru aku dan Lea yang hadir dalam ruangan ekslusif ini, ruangan yang digunakan untuk rapat urusan penting dan melibatkan sang big boss.
Aku membuka laptopku, dan mempersiapkan materi yang akan kupresentasikan. Aku sudah menyiapkan lagu beserta liriknya... yang sudah di ACC oleh si big boss. Aku sudah siap, dan akhirnya memandang sekeliling karena tak ada yang datang, akhirnya pandanganku tertuju pada sang artis, yang ternyata sejak tadi memperhatikanku.
"Ah... apa kau yang namanya Benjamin? Aku Lea.... perkenalkan... aku artis garapanmu Oppa!" Lea memperkenalkan diri dan memanggilku sebutan Oppa atau berarti Abang.
"Ah. Yaa.. panggil Ben saja." Jawabku mengangguk.
"Ben Oppa, kudengar baru bergabung di sini? Wah hebat sekali..baru masuk langsung memegang posisi penting."
"Aku masih baru... tapi memang aku sudah lama kontak dengan Boss Yang." Jawabku irit. Semoga saja peserta rapat lainnya segera datang, aku malas bercakap-cakap.
Tiga belas menit aku duduk dan mengutak-atik ponselku, ada sebuah email dari ibu yang membuatku tersenyum. Saat aku selesai membaca, sang pemilik agency datang dan peserta rapat lainnya. Aku berdiri dan berjabat tangan.
"Ben... safe flight?" Sapa Boss Yang, pria empat puluh lima tahun yang sebenarnya adalah kenalan lamaku. Ia juga membeli salah satu propertiku di Bangkok.
"Ya. Sir." Aku memanggilnya Sir, atau Mr. Yang. Aku duduk kembali. Rapat dimulai, ada seorang pembicara... yang sepertinya adalah seorang manajer dari beberapa idol, termasuk Lea. Lalu Mr. Yang berbicara, mengungkapkan harapan dan target pasar yang ingin dicapai dari projek ini, ia juga menyampaikan bahwa ia telah mempercayakan semua projek ini kepadaku. Lalu Mr. Yang memintaku untuk mempresentasikan hasil kerjaku.
Aku berdiri di depan, dan memperkenalkan diriku. Aku langsung memberitahu sample musik dan lirik yang kubuat. Beberapa orang terdengar sedikit ragu dengan musiknya... karena beberapa dari mereka kurang tertarik dengan musik bernuansa EDM. Aku menggabungkan elecronic music bertema EDM dengan kesan feminim, membuat musiknya terdengar seksi. Lirik yang sudah disetujui oleh Mr.Yang. Seharusnya lagu ini kalau dinyanyikan oleh perempuan... akan mempunyai kesan seksi innocent yang diinginkan oleh sang pemilik agency.
"Bukankah musiknya tak sesuai pasar?" Tanya seorang produser senior.
"Ah... ya. Memang tak biasa, tapi seharusnya... dengan musik ini, lirik yang sudah disetujui oleh Big boss... akan membuat kesan seksi yang innocent, which is... sesuai dengan target yang diinginkan projek ini." Jawabku memandang langsung ke mata sang produser senior yang sedikit meremehkan hasil pekerjaanku.
"Kau bisa buat beatnya lebih rendah beberapa level?" Pintanya.
Aku mengangguk, aku mengutak-atik aplikasi di laptopku dan menuruti permintaannya. Aku memutar hasilnya... ia terlihat sedikit puas.
"Better. Lebih baik kan? Bagaimana Tuan Yang?" Tanyanya.
Sang big boss menggelengkan kepalanya dengan wajah tak suka. "Aku suka dengan yang awal." Jawabnya lagi. Aku tertawa dalam hati.
"Kurasa musik awal dan liriknya sudah pas. Aku suka." Lanjut Tuan Yang. "Bagaimana Lea? Kau suka?"
Lea mengangguk antusias. "Aku sangat antusias... ini kali pertamaku menyanyikan lagu dengan genre seperti ini."
"Sekarang... bagian dance? Kau sudah buat materi yang kuminta?" Tanya Mr. Yang kepada bagian koreo.
Aku duduk, karena tugasku selesai. Aku kembali duduk di tempatku semula. Lea tersenyum lebar ke arahku, yang kujawab dengan sebuah anggukan.
Bagian dance, di presentasikan oleh seorang koreografer andalan yang telah menghasilkan banyak dance move yang epic dan digunakan beberapa artis top agensi ini. Ia menyetel sebuah video yang berisi tarian yang ia persiapkan. Mr. Yang mengangguk, matanya mengikuti gerakan itu. Ia sepertinya menyukai video itu. Aku juga memperhatikan video tarian yang diisi oleh musik yang sudah kubuat. Aku telah memberikannya kepada Rodd, pria yang bertanggung jawab atas koreo untuk lagu ini. Ia telah melakukan tugas yang sangat baik.
"Saat gerakan di Chorus... bagian berbalik ke depan dan wave.... aku ingin pose-nya lebih on-point. Coba Lea.... kau berdiri!" Pinta Mr. Yang, Lea langsung berdiri dan menuruti permintaan big bossnya. Ia menirukan gerakan yang dimaksud dan digabung dengan permintaan tambahan dari Mr. Yang. Ia melakukan wave dengan tubuh belakang yang lebih menonjol.. membuat gerakan itu terlihat lebih seksi.
"I like it! Rodd! Tolong kau catat! Cukup.. saya suka dengan koreo. Lalu promosi? Ben... kau juga?" Tanya Mr. Yang yang mengira aku mengurusi urusan promo pada debut lagu ini. Aku menggeleng.
"Saya bagian konser." Jawabku irit. Aku mencatat dalam laptopku beberapa point yang diberikan di rapat ini.
"Ah ya? Seharusnya aku memintamu juga di bagian ini .." Lanjut Mr. Yang bercanda kepadaku.
Aku tertawa kecil. "Kau tak sanggup membayarmu nanti... kalau semua bagian kau beri kepadaku."
"Ah.. ya. Ratemu sangat mahal." Jawab Mr. Yang tertawa. "Coba.. bagian debut? Bagaimana rencana kalian?"
Sesuai dengan permintaan sang boss, mereka mempresentasikan rencana promosi mereka. Projek ini akan debut di beberapa stasiun TV, akan disiarkan Live oleh Channel Lea pribadi yang memang akan dibuat oleh agensi ini... sebagai salah satu cara promosi idol yang baru akan berkarir solo. Channel ini akan berupa semua proses terjadinya dan latihan, persiapan atas debut Lea sebagai artis solo.
"Good. Well done. Kita selesai." Ucap Boss Yang dan berdiri meninggalkan ruangan. Hanya dengan kalimat itu rapat ini bubar dan semua anggota bubar. Aku masih membereskan laptopku saat Lea menghampiriku.
"Terima kasih Ben Oppa. Please take good care of me!" Ucapnya membungkuk lagi.
Aku berdiri, "ya... kita akan bekerja sama... semoga projek ini lancar." Aku menawarkan tanganku sebagai jabatan tangan.
Ia dengan antusias menerima tawaranku dan menjabat tanganku.
"Kita akan jadi partner kerja yang solid."
Aku pulang ke apartemen, ada beberapa karyawan dan manajer Lea memintaku untuk hang-out bersama di kafetaria. Kafetaria agensi yang katanya mahsyur karena kelezatannya... nyatanya aku tak pernah makan di sana.. aku memilih memasak makananku sendiri. Aku ingin cepat pulang ke apartemen.. karena ingin langsung menelepon ibu. Aku benar-benar penasaran dengan pendapatnya tentang video yang dikirim.Aku sampai di apartemenku, sebuah unit bergaya modern dengan furniture canggih. Aku membuka sepatu dan melepas tas laptopku. Aku langsung mengambil air mineral di dalam kulkas dan meminumnya di meja makan. Aku mendial dan meminta panggilan video call dengan ibu."Ibu!" Panggilku saat terhubung. Aku tertawa ...."Pesan darimu.. hampir membuatku tertawa di sepanjang rapat penting di sini.""Hha.. ha. Benarkah? Kubilang apa! Fay memang menyebarkan virus bahagia."Aku tertawa. Memang harus kuakui.. ia sangat lucu. Ibuku tadi mengi
Aku kembali datang ke kantor ke esokan harinya. Aku langsung menuju ke ruanganku, di sana sudah ada Lea dan manajernya Su Min."Sudah menunggu lama?" Sapaku saat aku masuk ke dalam ruangan yang berisi perlengkapanku bekerja dan membuat musik. Bisa dibilang ini adalah mini studio tempatku bekarya dan menghasilkan musik plus lirik lagu. Aku bisa memainkan beberapa alat musik seperti gitar, piano dan keyboard bahkan drum... tapi dengan kemajuan tekhnologi aku bisa cepat menguasai semua alat musik."Ah... tidak. Kami baru sebentar di sini." Sapa Su Min. Ia pria yang hampir seusia denganku, aku beberapa kali terlibat perbincangan ringan dengannya.Lea berdiri, ia seperti biasa membungkuk 45 derajat dan menyapaku selamat pagi. Aku mengangguk dan menjawab sapaannya. Aku duduk di kursiku dan mengeluarkan bungkusan berisi roti lapis selai yang kubungkus dari apartemen. Aku membawa beka
Hari ini adalah moment-moment terakhirku di Aussy, saat ini aku sedang berdiri di lounge bandara internasional Sydney. Sambil menyesap iced caramel macchiato yang kupesan dari cafe bandara ini, aku menikmati saat-saat terakhirku disini, well... gak sepenuhnya saat terakhir sih, aku bisa minta tiket sama Papi untuk liburan lagi ke sini kapanpun aku mau, tapi yah.. tetap aja.. my last day in Aussy, sebelum kepulanganku ke Jakarta, mengingat si bokap yang ga ngertiin aku banget, hiks.Baruu.. aja aku wisuda, dan baruu.. aja aku merdeka dari kata 'BELAJAR'.. eh.. disuruh pulang ke Jakarta."You've had enough fun already!!" Katanya.. ishhh.... kupandangi sekelilingku.. hummh.. pemandangan yang selalu membuat segar mata semua kaum hawa, lelaki pirang dengan tubuh tinggi berisi, seliweran kesana-kesini. Mau yang pakai setelan kerja.. ada, mau yang rocker-style.. ada, mau yang church-boy style pun ada, tinggal pilih dan yang pasti hampir semua orang yang kutegur disini a
"Astaghfirullah... kamu tu!! masuk rumah, bukannya Assalamualaikum.. malah teriak-teriak begitu!!" Omel papi sambil berjalan menghampiriku, kulihat beliau sudah dengan setelan kerjanya.Kubuka tanganku dan tersenyum semanis mungkin, menunggu pelukan selamat datang dari ayah yang merangkap ibuku sejak lima belas tahun yang lalu. Yang ditunggu pelukannya malah melotot seram kearahku, "Ih.. kok gitu si papi.." dumelku dalam hati."Kamu..!" Ucapnya sambil menunjuk ke arahku dengan jari telunjuknya. "Keluar lagi lewat pintu itu sekarang juga, dan masuk lagi ke dalam dengan memberi salam yang baik dan benar," lanjut papi sambil melipat tangannya di dada.Kok... Jadi garang begini papiku.. takut dengan pemandangan menyeramkan si papi, aku langsung keluar rumah dan menutup pintu dengan tergesa-gesa. "Itu.. Papikan..?" Ucapku pelan sambil meyakinkan diri, kalau aku tak salah masuk rumah orang.Aku mengetuk sekali pintu rumah, lalu membukanya sambil men
Aku masuk ke kamarku dan menyalakan laptopku sambil berbaring di kasur super empukku, aku akan menghubungi Evan, si superman yang merangkap pengikut setiaku lewat aplikasi skype. Kuhubungi dia dan dalam dua kali panggilan, muncullah wajah Clark Kent kw.3 di monitor laptopku."Evan... you must help me..!" Aku berteriak pelan ke headset yang kupasang agar pembicaraanku tidak didengar siapapun."Help?" Tanyanya gak connect, bingung dengan ekspresi lebayku barusan."Yup... Bokap gw mau ngawinin gw sama om-om dari Brunei..!!" Jawabku dengan dramatis ke sohib kelahiran Melbourneku ini."Soo...??" Jawabnya lagi.. ihh ni anak, otaknya rakitan mana sih.. lemot banget gak loading-loading. Aku diam sambil memelototi layar laptop, menunggu si superman abal ini nyambung dan menangkap maksudku."Oh... my... Gosh... really??" Teriaknya lebay, "tell me... tell me..," dan akhirnya aku menceritakan kejadian aku di sofa ruang tamuku itu.Evan
Aku berdiri di depan pintu kayu rumah megah ini, memandang ke bawah melihat penampilanku. Coat pink selutut dengan renda keluaran ModCloth dipadu dengan dark wash jeans dan sepatu balet pink keluaran JimmyChoo, secara keseluruhan penampilanku sangat layak dan sopan.Kuketuk pintu di hadapanku sekali,... tak ada jawaban, kuketuk lagi pintu itu, ... tak ada jawaban lagi."Humm... pertanda buruk dari langit!!" Ucapku pelan dengan kesal.Kuketuk lagi pintu di depanku dengan kesal, dan masih tak ada jawaban, kulihat tanganku yang sudah memerah akibat mengetuk, no.. no.. menggedor lebih tepatnya pintu nyebelin di depanku ini.Supir yang tadi mengantarku akhirnya datang menghampiriku dengan senyum ramah, pria yang rambutnya semua berwarna abu-abu mungkin 50an menurutku, dia memencet bel rumah yang... ternyata oh ternyata ada di sebelah kananku, tepatnya di dinding dan berada 10 centi dari kepalaku."Memang orang Brunei jangkung-
Aku sudah ditelepon oleh ibu jauh-jauh hari. Ibu bilang bahwa sang calon akan datang sore ini. Memang sudah dari jauh-jauh hari Pak Reza memberitahuku jadwal kepulangan anak satu-satunya itu. Aku sudah memesan tiket penerbangan pulang, dan semua persiapan debut projek Lea juga sudah mau rampung, hanya menunggu beberapa MOU dari beberapa perusahaan untuk mendukung promosi debut Lea, dan thanks God bukan urusan aku, semua kerjaanku di sini selesai… aku sudah ijin dengan bos Yang, aku harus pulang karena diminta oleh ibu. Aku jujur kepadanya.. bahwa aku akan menikah, awalnya ia kaget dan tak setuju karena beralasan aku tak bisa fokus seperti semula, namun aku berkilah.. kalau aku tak menikah sekarang, ibuku akan terus khawatir. Akhirnya ia setuju dan memintaku merahasiakan ini semua dari rekan kerja yang lain.. karena bisa membuat iri.Pak Reza sudah mengirimkan foto tiket penerbangan anaknya.. hanya berbeda satu jam pendaratannya denganku. Aku akan meminta sa
Pagi hari, di hari yang telah ditetapkan oleh ibuku, setelah subuh, rumahku sudah sangat ramai. Ada beberapa orang yang keluar masuk kamarku. Seorang perias dan petugas yang membantuku memakaikan pakaian yang akan kupakai nanti saat akad nikah. Ya… hanya akan ada akad nikah, tak akan ada respesi. Pak Reza juga mau pernikahan anak satu-satunya sederhana. Enath kenapa seperti itu.Ada seorang pria yang membantuku memakai pakaian melayu dengan aksen bordir, sebuah adat pernikahan di sini. Ia melilit sarung dengan sangat rapih dan memakaikanku peci yang diberi beberapa bordir putih melati. Aku diberi wewangian dari dupa yang harum, aku diasapi. Lucu memang… tapi menurut ibuku dengan cara ini harumku akan berbeda.. dan akan lebih tahan lama. Aku jadi termenung, sambil menunggu proses pengasapan ini selesai, kesan pertamaku saat melihat gadis itu beberapa hari yang lalu, lucu... imut dengan fisik berisi… padahal aku sering melihat close-up wajahnya dari akun sosial medianya, tap