Share

6. Calon yang Konyol

Aku pulang ke apartemen, ada beberapa karyawan dan manajer Lea memintaku untuk hang-out bersama di kafetaria. Kafetaria agensi yang katanya mahsyur karena kelezatannya... nyatanya aku tak pernah makan di sana.. aku memilih memasak makananku sendiri. Aku ingin cepat pulang ke apartemen.. karena ingin langsung menelepon ibu. Aku benar-benar penasaran dengan pendapatnya tentang video yang dikirim.

Aku sampai di apartemenku, sebuah unit bergaya modern dengan furniture canggih. Aku membuka sepatu dan melepas tas laptopku. Aku langsung mengambil air mineral di dalam kulkas dan meminumnya di meja makan. Aku mendial dan meminta panggilan video call dengan ibu.

"Ibu!" Panggilku saat terhubung. Aku tertawa ...."Pesan darimu.. hampir membuatku tertawa di sepanjang rapat penting di sini."

"Hha.. ha. Benarkah? Kubilang apa! Fay memang menyebarkan virus bahagia."

Aku tertawa. Memang harus kuakui.. ia sangat lucu. Ibuku tadi mengirim email berisi tautan update video Instagram Fay terbaru, aku melihatnya... ia sedang menyanyi di sebuah acara penggalangan dana...  walaupun suaranya kacau balau... gadis itu dengan sangat percaya diri melanjutkan lagu... walau para penonton berjengit dan menutup telinganya. Dalam caption video itu... ia menulis, 'giant versi cewek kece!' Bahkan aku tak mengencangkan suaranya, dari reaksi para penonton... aku bisa tahu... suaranya sangat hancur. 

"Ibu saja tak bisa berhenti tertawa. Dia tak bisa menyanyi... tapi kenapa di suruh menyanyi di panggung penggalangan dana itu! Sepertinya temannya mengejek... lucunya ia tetap menyanyi... dan sangat percaya diri!" Ibuku melanjutkan ceritanya sambil tertawa kecil. Aku bisa melihat wajah ibu yang matanya sedikit menyipit... karena tertawa.

Kalau memang Ibu sangat senang dengan gadis itu... dan hanya melihat instagramnya saja.. ibu bisa tertawa selepas ini.... apa tega aku menolak perjodohan ini?

"Ya. Aku belum mengencangkan volumenya... dan aku sudah tertawa! Konyol sekali!"

"Kau sudah makan Ben?" Tanya ibu setelah pulih dari tawanya.

Aku menggeleng. "Aku kemarin sudah berbelanja... mungkin aku nanti makan makanan tinggal goreng saja. Ibu tahu... aku lebih suka masak sendiri."

"Ya. Semoga Fay bisa memasak yaa..."

"Hha. Iya." Jawabku spontan. Apa aku sudah menerima perjodohan ini? Mungkin iya.

Aku membuka ponsel dan mencari video yang ibu maksud di Instagramnya. 

"Ah.. ini dia." Aku memencet tombol play dan terlihat wajah gadis itu sedang memegang mic dan rona wajah sangat percaya diri. 

"Aku akan bernyanyi untuk kelancaran acara penggalangan dana ini.... demi kalian!" Ucapnya lalu banyak orang bersorak-sorai.

"Kalian jadi yang pertama mendengar suaraku... get ready!" Ucapnya memberi aba-aba agar musik di setel.

Ada sebuah back song terkenal dari Alicia Keys, dengan judul Falling. Ia bernyanyi sangat menghayati.... aku tertawa terbahak-bahak.. mendengar suaranya yang lebih hancur dari istilah hancur. Apakah ia berpura-pura? Kenapa bisa... perempuan secantik dia memiliki suara hancur-lebur seperti ini.

Aku menontonnya sebanyak dua kali... dan tak bisa menahan tawa. Sangat konyol. Benar-benar Giant versi wanita.

Aku melihat ada notifikasi baru, sebuah video dengan background gadis itu. Sepertinya acaranya telah usai. Wajahnya terlihat lelah dengan rambut yang diikat asal-asalan.

"Hai gais..." Ucapnya dalam bahasa Indonesia. Mungkin ia mengkhususkan video ini bagi teman senegaranya.

"Jadi... gw dapet excel dong... jadi bisa selesai and lulus bentar lagi. Gw sengaja nyari dosen pembimbing yang baik hati dan tak sombong.. nyogok pake bakpia khas dari Jawa tengah... doi pernah ke Jogja dan jatuh cinta ama bakpia... hehhe. Jadi ceritanya gw mau lulus... maksud hati.. biar cepet kerja di sini... cari pengalaman... cari pacar bule... Ha.. Ha.. beneran serius gw! Niat banget gw kan! Soalnya bokap bilang.. 'kalau belum wisuda... ga usah banyak gaya, pake pacaran-pacaranan!' Lah, sekarang gw udah mau lulus.. udah ngincer mau nembak bule kece dong. Tau gak?! Gw disuruh pulang Ama bokap? Kok tau sih si bokap... gw lulusnya dapet program kilat! Terus gimana dong... program gw pacaran sama bule?!" Ocehnya di video itu.

Aku membaca beberapa komentar yang dikirim beberapa temannya. Video yang diupload memang baru dua menit yang lalu. Mungkin gadis itu sedang memantengi layar ponselnya dan membaca komentar yang ada.

"Nasip lu Fay! Awas dikawinin lu!" Tulis komentar teratas. Lalu langsung muncul sebuah komentar balasan dari si empunya akun.

"Ogah! Amit-amit...! Gw masih muda! Gw belom pernah pacaran .. gw belom pernah ditembak! Tembak Dede dong Bang!" Aku sukses tertawa dengan balasannya itu.

Aku membaca komentar kedua. "Yay.. ketemuan Fay! Traktir gw pokonya... nanti gw bawain cowo kece buat nembak elu... banyak yang ngincer lu di sini Fay! Lu satu-satunya cewek kece dan cantik tapi otaknya agak miring! Hha!"

Ada sebuah balasan dari Fay. "Awas... gw santet online! Bisa ga sih santet antar negara?" Aku menggeleng, mungkin memang gadis ini sangat konyol.

Aku mengetik sebuah komentar di bawah balasan terakhirnya. 

"Jangan pacaran! Itu dosa! Nikah aja!" Send. Aku menunggu sebuah balasan. Semenit selanjutnya ada sebuah balasan dari perempuan yang sebentar lagi lulus itu.

"Lah.. ini! Jangan-jangan ini bokap gw?! Tapi si Bokap ga maen IG. Mas... mas! Om ... situ bukan bapak saya kan?" Jawabnya.

Aku langsung membalas, "tidak. Tapi saya memang om-om." Send.

Kurang dari semenit... ada sebuah balasan. "Duh... om-om! Kirain masih muda... baru aja gw mau minta tembak! Hha... becanda Om! Tapi Om.. bukan mata-mata bapak saya kan?!"

Aku bingung mau jawab apa. Aku hanya diam dan menatap ponselku... berpikir mau memberi balasan apa.

Lalu ada sebuah balasan darinya. "Duh... mata-mata beneran ya? Om... saya ga jadi deh mau pacaran... saya tobat Om.. tobat! Jangan aduin ke bapak saya ya Om!" Aku menggeleng saat membacanya.

Ada sebuah balasan dari temannya yang berkomentar di awal. "Lu kalo gw kenalin sama temen gw, anak Korsel mau kaga? Mukanya 11-12 sama GDragon!"

Ia langsung mengirim sebuah balasan. "Kalau gitu gw ga jadi tobat! Mudah-mudahan si Om itu ga liat... hhe. Kalau liat .. elah Om! Namanya juga anak muda. Hha." Balasnya. Aku mematikan ponsel. Kenapa aku jadi mengikuti obrolan anak remaja ini. Ia benar-benar menebar virus tertawa.

Aku menyiapkan makan malamku di dalam apartemen sampai ada bunyi bel terdengar. Aneh sekali, padahal aku belum memiliki teman di sini. Aku berjalan dan membuka pintu. Wah luar biasa, ada tamu besar.

"Silahkan masuk Tuan Yang!" Sang big boss menyambangi apartemenku.

Aku memintanya masuk ke ruang tamuku yang berukuran mini. Hanya ada sebuah sofa berukuran sedang berwarna abu-abu dan meja tamu kecil. Aku langsung berjalan cepat ke dapur dan mengambil dua buah minuman kaleng. Aku juga membawa sepiring martabak telur dan sausnya, menu makan malamku hari ini. Biarlah kusugukan dulu kepada tamu... aku bisa mengulangnya lagi.

"Wah... aku jadi senang bertamu ke sini! Kau bisa masak?" Tanya Mr. Yang.

Aku hanya meringis kecil. "Sedikit. Tak terlalu ahli. Aku muslim, jadi lebih nyaman kalau memasak sendiri."

"Ah .. ya. Aku paham. Boleh kucoba? Apa namanya?"

"Martabak telur."

"Makanan khas Brunei?" Tanyanya lagi, karena ia tahu aku berasal dari negara itu.

"Sebenarnya lebih dari Indonesia... saya sering berkunjung ke sana... pernah belajar dari salah satu sahabat saya... yang saat ini sudah menjadi pengacara pribadi saya." Jelasku membicarakan Reno. Pria itu yang mengajariku membuat martabak telur.. karena aku terlanjur jatuh cinta dengan menu telur di kocok bersama daging dan bumbu itu.

"Ah... ya." Mr. Yang mencoba satu potong martabak buatanku. "Nikmat. Aku sepertinya jatuh cinta. Ha..ha."

Aku tersenyum kecil. Perutku sebenarnya sudah berbunyi tapi... tak sopan kalau aku ikut memakan, jadilah aku meminum sebuah minuman soda kalengan. Ah.. asalam lambungku... berbaik hatilah kau denganku.

"Aku datang ke sini karena projek Lea. Ada yang ingin kubicarakan." Ucap Mr. Yang.

"Ya. Silahkan." Jawabku meminum soda dengan berbagai macam doa lebih dulu... agar minuman ini tak akan membuat ke perutku kumat.

"Lea... penyanyi berbakat... dance bagus... image bagus, dan ia pekerja giat. Tapi ada satu masalahnya! Ini yang ingin kuberitahu kepadamu."

Aku diam dan mendengarkan dengan seksama. Memang sebagai orang yang akan mengurusi seorang artis... dan memproduserinya... aku harus tahu sang artis itu sendiri.

"Ia punya trauma... ia tidak bisa berpakaian terlalu seksi. Ia pernah dilecehkan. Ia pernah bercerita kepadaku. Saat ia masih bersama girlbandnya yang dulu.... ia menangis histeris saat disuruh memakai atasan berjaring-jaring dan terlihat perutnya. Sejak saat itu kami merubah konsep untuk grupnya. Saat ini .. Lea mau mencoba genre ini... tapi mungkin... kita jangan melangkah terlalu drastis... kalau bisa kau nanti kordinasi dengan penata gaya... agar tak memberikannya pakaian terlalu seksi dan terbuka.... kau paham maksudku?"

"Seksi.. tak harus terbuka... kita bisa bangun image... mungkin dari make-up.... kita bisa lebih tonjolkan." Usulku. Memang sedari awal.. aku tak suka dengan gaya berpakaian para artis atau penyanyi dengan lagu yang bertema dewasa dan seksi... menurutku pakaian yang terlalu terbuka... lebih berkesan murahan dibanding seksi. Menurutku... mungkin karena aku memiliki adat ketimuran dan berkesan kuno, yang jelas aku tak nyaman melihatnya.

"Aku setuju." Jawabnya. Ia mengambil lagi satu potong martabak telurku. Ah... aku bertambah lapar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status