"Astaghfirullah... kamu tu!! masuk rumah, bukannya Assalamualaikum.. malah teriak-teriak begitu!!" Omel papi sambil berjalan menghampiriku, kulihat beliau sudah dengan setelan kerjanya.
Kubuka tanganku dan tersenyum semanis mungkin, menunggu pelukan selamat datang dari ayah yang merangkap ibuku sejak lima belas tahun yang lalu. Yang ditunggu pelukannya malah melotot seram kearahku, "Ih.. kok gitu si papi.." dumelku dalam hati."Kamu..!" Ucapnya sambil menunjuk ke arahku dengan jari telunjuknya. "Keluar lagi lewat pintu itu sekarang juga, dan masuk lagi ke dalam dengan memberi salam yang baik dan benar," lanjut papi sambil melipat tangannya di dada.Kok... Jadi garang begini papiku.. takut dengan pemandangan menyeramkan si papi, aku langsung keluar rumah dan menutup pintu dengan tergesa-gesa. "Itu.. Papikan..?" Ucapku pelan sambil meyakinkan diri, kalau aku tak salah masuk rumah orang.Aku mengetuk sekali pintu rumah, lalu membukanya sambil mengucap "Assalamualaikum Papi, Fay pulang," cicitku pelan dengan pandangan mata menuju lantai, takut kena omel lagi."Waalaikumsalam... Seingat papi, dulu papi kasih nama anak bukan Fay..." Papi menggantung kalimatnya sambil menatap lurus ke arahku."Mami.... tolong Fay... kok papi jadi buas begini..." Teriakku dalam hati."Faiza pulang Pi.." Jawabku akhirnya, kunaikkan pandanganku ke wajah ayah kesayangan yang selalu mensupportku dalam semua situasi."Ke atas!! Masuk kamar!! Ganti baju kamu, sekarang!!" Ujar Papiku galak."Kenapa sii... Papi kok jadi galak gini sama aku??" Tanyaku cemberut. Seumur hidup gak pernah diginiin sama Papi."Dari dulu, papi gak pernah sekalipun mimpi anak perempuan satu-satunya keluarga ini, dandan seperti model-model yang bajunya kekurangan bahan!" Serunya serius sambil duduk di sofa yang ada di sebelahnya.Akupun ikut duduk di sofa persis didepannya."Papi.. kok gitu siii... sama aku, udah gak sayang ya?" Ucapku pelan, dengan kepala menunduk dan menahan isakan dan airmata yang mengancam turun.Sebelum aku kuliah ke Australia, papi dan aku sohiban banget, setiap aku pulang setahun sekalipun, saat aku melangkah satu jengkal dari pintu depan rumah ini, pasti akan disambut pelukan hangatnya sambil mengelus kepalaku lembut."Kamu naik ke atas, ganti baju yang sopan, lalu turun lagi soalnya papi ada yang mau dibicarakan..." Perintahnya masih melotot kearahku. Huu... si papi kenapa jadi hobi melotot begini sii... mamii... dumelku sedih dalam hati.
Tak mau kena semprot lagi, aku langsung naik ke lantai dua, tempat kamarku berada. Hmm... walau satu tahun sudah tak ku tempati, sudah pasti hukumnya kamarku rapih dan wangi, thanks to Mbo Sum, our personal helper, aku gak pernah mau nyebut Mbo Sum pembantu, enak ajah.. aku lebih ikhlas memanggilnya asistennya aku dan papi, ku jitak sini yang berani panggil Mbo Sum pembantu.Kubuka pintu kamarku, dan benar dugaanku bersih dan wangi, kulihat sekeliling.. tak ada yang berubah satupun. Kamar ber cat soft brown dan dipenuhi pigura foto di bagian kepala tempat tidur queensize bed, dengan bed cover bunga berwarna cream muda membuat surga pribadiku ini bernuansa romantis. kubuka walking closetku, tempat koleksi fashion item keluaran terbaru yang kumiliki, mungkin besar walking closetku ini hampir setengah besar kamarku karena aku sendiri yang request saat renovasi rumah keseluruhan 15 tahun yang lalu dalam upaya moving on dari meninggalnya mami.Kupilih-pilih pakaian mana yang akan kukenakan dan tidak akan memancing protes dari si papi.. humm... yang gak terlalu terbuka sepertinya. Ku jatuhkan pilihanku kepada Mohai knit shirtnya MaxMara yang berlengan panjang dengan motif kotak-kotak hitam putih, kupadu dengan legging hitam keluaran JBrand- Luxe Sateen yang ngepas banget di tubuhku. Tertutup tapi tetap cucok. Kuturuni tangga menuju ruang tamu, tempat sang green monster alias papiku menunggu untuk bicara. Aku memang sudah 25 tahun kawan, tetapi aku masih suka tokoh-tokoh film fiksi, jadi jangan kaget kalau aku sering membandingkan manusia nyata dengan superhero buatan asal Hollywood, seperti sekarang papi berubah menjadi mister Hulk, dan temanku a.k.a pengikut setia ku di Aussy, Evan adalah Clark Kent si superman, karena dia berponi tunggal dan sering memakai underwear merah, dan kalau kalian bertanya kenapa aku bisa tau dia memakai underwear warna apa setiap harinya, karena dia memakai jeansnya model si Beiber itu, ieewww banget kan?Terbangun dari lamunan ngacoku, saat ini aku sudah sampai di ruang tamu, dan di sana... persis di sofa yang sama sebelum aku berganti baju, duduklah mister Hulk dengan rambut memutih dibagian poni, aku duduk persis di depannya dengan senyuman semanis gulali, menandakan saya datang dengan damai, peace yo!"Kamu sudah lulus kan Faiza?" Tanya papi dengan nada bicara bisnisnya, 'sudah dewasa dan harus bisa bertanggung jawab!" Lanjutnya lagi, "jadi papi harap, kamu bisa berubah menjadi dewasa dan tidak bersikap seperti spoiled brat lagi." Papi menyelesaikan kalimatnya sambil menaikkan kedua alisnya, pertanda menunggu protesku.“Jadi Papi selama ini menganggap aku anak manja?" Tanyaku kecewa, "selama ini papi baik banget sama aku.. kenapa baru sekarang berubah drastis 180 derajat jahat sama aku?" Lanjutku menaikkan kedua alisku menunggunya menjawab. Warisan keluarga, papi dan aku berbagi kesamaan mimik wajah, caranya tersenyum, sedih, kaget dan sebagainya 100 persen serupa denganku."Bukannya jahat sama kamu... sayang, papi selama ini membiarkan kamu dan tingkah konyolmu, karena papi lihat kamu masih kecil, masih butuh perhatian lebih dari ayahnya, tapi lama-kelamaan bukannya tobat malah makin menjadi kamunya!" Ujar papiku dengan nada yang semakin tinggi di akhir ceramahnya."Suka-tidak suka kamu harus berubah!! Papi sudah setuju lamaran teman bisnis papi dari Brunei, dia melamarmu beberapa bulan yang lalu, dan kemarin sudah papi setujui dan besok kamu ke Brunei, pernikahanmu dua minggu lagi, kalau masih banyak protes dimajukan jadi besok!"Setelah menyelesaikan kalimatnya, papi berlalu pergi ke kamarnya yang terletak di samping ruang tamu, menutup pintunya dengan kencang. Aku yang masih terduduk di sofa masih bengong dengan percakapanku dengan papi, no.. no... bukan percakapan, karena percakapan adalah dua orang yang berbicara, ini lebih tepat dengan monolog, enggak.. nggak... bukan monolog, tapi eksekusi mati tepatnya. Demi apa.. yang aku denger barusan tadi adalah kenyataan? aku gak pernah minum alcohol, jadi aku gak mungkin mabuk kan?? Yess??No?Aku masih melihat sofa kosong yang beberapa menit lalu diduduki oleh papi, mencerna ulang apa yang dikatakan oleh the green monster. Aku anak manja, katanya, lalu harus berubah menjadi dewasa dan bertanggung jawab, oke aku ngerti, selanjutnya papi nerima lamaran teman kerjanya dari Brunei dan aku harus menikah 2 minggu ke depan atau besok? Gagal konsentrasi, apa kaitannya aku harus dewasa dan bertanggung jawab dengan menikah dengan orang Brunei, temen kerjanya papi lagi.. tuirr dong."Berpikir.. berpikir... what should I do?? Hmm...." Memutar otak dan seperti adegan di kartun-kartun, seakan bola lampu menyala saat aku menemukan ide briliant."Evan.. yup... Evan," aku berucap pelan dan bangkit dari sofa eksekusi ku itu, gak akan lagi aku duduki, hisshh...
Aku masuk ke kamarku dan menyalakan laptopku sambil berbaring di kasur super empukku, aku akan menghubungi Evan, si superman yang merangkap pengikut setiaku lewat aplikasi skype. Kuhubungi dia dan dalam dua kali panggilan, muncullah wajah Clark Kent kw.3 di monitor laptopku."Evan... you must help me..!" Aku berteriak pelan ke headset yang kupasang agar pembicaraanku tidak didengar siapapun."Help?" Tanyanya gak connect, bingung dengan ekspresi lebayku barusan."Yup... Bokap gw mau ngawinin gw sama om-om dari Brunei..!!" Jawabku dengan dramatis ke sohib kelahiran Melbourneku ini."Soo...??" Jawabnya lagi.. ihh ni anak, otaknya rakitan mana sih.. lemot banget gak loading-loading. Aku diam sambil memelototi layar laptop, menunggu si superman abal ini nyambung dan menangkap maksudku."Oh... my... Gosh... really??" Teriaknya lebay, "tell me... tell me..," dan akhirnya aku menceritakan kejadian aku di sofa ruang tamuku itu.Evan
Aku berdiri di depan pintu kayu rumah megah ini, memandang ke bawah melihat penampilanku. Coat pink selutut dengan renda keluaran ModCloth dipadu dengan dark wash jeans dan sepatu balet pink keluaran JimmyChoo, secara keseluruhan penampilanku sangat layak dan sopan.Kuketuk pintu di hadapanku sekali,... tak ada jawaban, kuketuk lagi pintu itu, ... tak ada jawaban lagi."Humm... pertanda buruk dari langit!!" Ucapku pelan dengan kesal.Kuketuk lagi pintu di depanku dengan kesal, dan masih tak ada jawaban, kulihat tanganku yang sudah memerah akibat mengetuk, no.. no.. menggedor lebih tepatnya pintu nyebelin di depanku ini.Supir yang tadi mengantarku akhirnya datang menghampiriku dengan senyum ramah, pria yang rambutnya semua berwarna abu-abu mungkin 50an menurutku, dia memencet bel rumah yang... ternyata oh ternyata ada di sebelah kananku, tepatnya di dinding dan berada 10 centi dari kepalaku."Memang orang Brunei jangkung-
Aku sudah ditelepon oleh ibu jauh-jauh hari. Ibu bilang bahwa sang calon akan datang sore ini. Memang sudah dari jauh-jauh hari Pak Reza memberitahuku jadwal kepulangan anak satu-satunya itu. Aku sudah memesan tiket penerbangan pulang, dan semua persiapan debut projek Lea juga sudah mau rampung, hanya menunggu beberapa MOU dari beberapa perusahaan untuk mendukung promosi debut Lea, dan thanks God bukan urusan aku, semua kerjaanku di sini selesai… aku sudah ijin dengan bos Yang, aku harus pulang karena diminta oleh ibu. Aku jujur kepadanya.. bahwa aku akan menikah, awalnya ia kaget dan tak setuju karena beralasan aku tak bisa fokus seperti semula, namun aku berkilah.. kalau aku tak menikah sekarang, ibuku akan terus khawatir. Akhirnya ia setuju dan memintaku merahasiakan ini semua dari rekan kerja yang lain.. karena bisa membuat iri.Pak Reza sudah mengirimkan foto tiket penerbangan anaknya.. hanya berbeda satu jam pendaratannya denganku. Aku akan meminta sa
Pagi hari, di hari yang telah ditetapkan oleh ibuku, setelah subuh, rumahku sudah sangat ramai. Ada beberapa orang yang keluar masuk kamarku. Seorang perias dan petugas yang membantuku memakaikan pakaian yang akan kupakai nanti saat akad nikah. Ya… hanya akan ada akad nikah, tak akan ada respesi. Pak Reza juga mau pernikahan anak satu-satunya sederhana. Enath kenapa seperti itu.Ada seorang pria yang membantuku memakai pakaian melayu dengan aksen bordir, sebuah adat pernikahan di sini. Ia melilit sarung dengan sangat rapih dan memakaikanku peci yang diberi beberapa bordir putih melati. Aku diberi wewangian dari dupa yang harum, aku diasapi. Lucu memang… tapi menurut ibuku dengan cara ini harumku akan berbeda.. dan akan lebih tahan lama. Aku jadi termenung, sambil menunggu proses pengasapan ini selesai, kesan pertamaku saat melihat gadis itu beberapa hari yang lalu, lucu... imut dengan fisik berisi… padahal aku sering melihat close-up wajahnya dari akun sosial medianya, tap
Keajaiban yang kunanti tak kunjung datang, karena saat ini di depanku Ben berjabat tangan dengan Ayahku, mengucapkan ijab qabul. Ben berpakaian tradisional dan aku menggunakan baju kurung khas melayu dengan tema emas dan peach. Beberapa perhiasan emas di sematkan kepadaku, dan disempurnakan dengan mahkota berbatu ruby di puncak kepalaku.Gadis cantik, kece, seksi sepertiku ber ending menikah dengan om-om ubanan dengan baju kurung pula, bukannya menghina... pakaian ini memang indah dan berkelas, tapi mimpiku sejak kecil menikah dengan gaun berekor panjang dengan belahan dada yang seksi.Ben walau tersenyum, wajahnya terlihat dingin. Alisnya taut lebat berwarna hitam kecoklatan. Bahunya tegak dengan dada bidang dibungkus baju koko berhias bordir dengan sarung tradisional terikat di pinggangnya.Ben menoleh ke arahku, wajahnya tanpa ekspresi dan aku berjalan mendekat. Ibunya mengarahkan untuk memasangkan cincin di tanganku, lalu menyu
Apartemen Ben terletak di pusat kota Seoul, tak jauh dari kantornya. Ia bilang baru saja membeli mobil dan mobil baru Ben itu, di parkir di basecamp agensi besar itu. Aku dengan segala daya-upaya, merengek agar bisa ikut Ben hari ini, walau Ben bilang ia akan rapat seharian, aku tetap kekeh. Cafetaria YG kan terkenal dengan kelezatan makanannya, ah... kali aja kaya di drakor gitu... pas lagi di cafe nabrak GD yang lagi lunch... ah so sweet... adek rela di tabrak abang GD.. Suwerr deh Bang."Jangan sampai ada yang tau kalau kita sudah nikah! Ngerti kan? Aku ada kontrak untuk stay single!" Ucap Ben ketus.Entah setelah sampai di Seoul ia jadi manusia kejam, dingin, ketus. Aku bodo amatlah, aku akan enjoy se-enjoy yang kubisa, hidup di lingkaran tempat tinggal grup idol favoriteku, kali aja si babang-babang tampan mau nyulik aku sambil nyanyiin lagu khusus buatku."Iya... Iya... aku juga single berarti ya...!" Balasku tak terima.
Kami tiba di Seoul dan aku langsung sibuk dengan pekerjaanku. Sebentar lagi jadwal release album Lea, aku sudah bilang kepadanya… aku mungkin hanya akan memproduseri Lea, aku sudah memberikan banyak ide dan lagu untuk sang big boss, terserah ia mau memberikannya kepada siapa.Pada awalnya aku hanya memproduseri dan melakukan urusan promosi untuk konser dan road tour.. tapi pada kenyataannya urusan debut dan materi yang akan ditampilkan aku juga yang mengurus, walau tak sepenuhnya. Aku membantu sebisaku, dan akhirnya sang pengantin baru perempuan itu duduk cemberut di atas kasur apartemenku. Ia beberapa kali merengek ingin ikut ke kantor dengan harapan bertemu GD, dan syukurnya ia sampai sekarang belum berhasil. Kemarin aku mengajaknya perdana ke kantor, aku harus dengan sangat buru-buru menyelesaikan pekerjaanku karena aku tahu Fay menungguku di bawah. Aku bilang kalau ia hanya sepupuku… dan aku sudah memintanya tak mengakui re pernikahan kami. Ia setuju dengan meng
"Rasa ini membunuhku!" Adakan lagu judul seperti itu? Ya itu tepat apa yang terjadi padaku saat ini!"But... wait... wait, aku kan ga pernah cinta sama Ben! Aki-aki sok ganteng yang dijododhin papi untukku? Iya... Ngapain banget aku sakit hati? Hello...? Aku selalu dikerubungi cowok kece... Ga akan abis cowok ngantri kalau aku buka lowongan pacar!" Monologku di depan cermin.Kusempurnakan riasanku, aku akan kembali ke ruangan karaoke itu dan jadi diriku sendiri. Get Wild!"Sorry... aku baru dari toilet!" Ucapku sok asik dan sok cool memasuki ruangan itu.Sepertinya saat ini giliran Tuan Su Min yang bernyanyi, karena ia memegang buku panduan untuk memilih lagu."Ya ampun... kita bahkan ga tau kalau kamu ga ada di sini!" Jawab Lea ketawa cekikikan, jemari kukunya berwarna shocking pink bertengger mesra di bahu Ben."Bodo Amat!" Ucapku tak bersuara, "Aku mau duet doong!" Kuhampiri Tuan Su Mi