Share

PART 5 - HILANGKAN KEPERJAKAAN GUE

MARISSA LOURD POV

Sialan!

Pengarku tidak hilang dari tadi.

Brengsek, si Alex. Kenapa semalam bisa berakhir tidur dengannya?!.

Iya, aku dan Alex memiliki hubungan. Tapi perlu digaris-bawahi kami menjalaninya sebatas pemuasan nafsu tanpa cinta.

Aku dan pria setengah gesrek itu telah kenal satu sama lain sejak menjadi anak kuliahan penganut sistem kapitalisme. Alex tak lain cowok cupu yang anti-sosial yang kerjaannya cuma memeluk buku-buku tebal.

Orang-orang yang melihat Alex yang sekarang tidak akan pernah percaya bahwa perawakannya pernah dekil pada masanya. Aku bahkan sampai lupa bagaimana awal kita bisa bertemu bahkan berkawan.

Satu-satunya yang paling aku ingat ketika ia menghampiriku dengan kemeja bergaris berwarna monokrom ciri khas manusia kutu buku. Ia datang ke kost-an yang aku tempati yang berada tidak jauh dari kampus.

“Hei, cewe ganjen” teriak Alex di depan halaman kost khusus perempuan yang membuat seluruh penghuninya menjulurkan lehernya untuk melihat adegan kami berdua.

"Siapa Mar, pacar lu yang baru?" celetuk Pinky, kakak tingkatku.

"Serius kak, wah sekarang sukanya yang modelan polos-polos gitu ya" imbuh Saras, mahasiswa baru ikutan nimbrung.

"Lu kira motip kain, setdah!" ucap Monic masih menggunakan crop tee meski perutnya menyembul seperti orang yang sedang hamil.

"Bule ngab. Ga papa culun asal itunya gede" kata Pinky lagi.

"Kalo kek beginian aja, otak gesrek lu bisa on fire" Tidak habis si Monic menimpali.

"Apaan tuh artinya" Ibu kos datang, semua penghuni beringsut dari jendela kecuali aku.

“Sialan lu, buset ngapain lu bocah?” Aku tertegun melihat manusia cungkring dan jangkung itu. Bisa-bisanya ia masuk ke dalam kawasan kos yang seratus persen ditinggali kaum perempuan.

Dia hanya diam kikuk sembari merapikan kacamatanya dengan canggung. Wajahnya penuh dengan keringat. Kulihat mata birunya bergerak dengan gusar.

“Kencan sama tante mau?!” ejekku agar nyalinya semakin ciut seukura plankton

“Mau netek sama tante?” kataku lagi.

“iya” teriaknya membuat para perempuan alias penghuni kamar kost seketika bersorai setelah melihat reaksi ku mendengar jawaban tidak tahu dirinya.

Sejak hari itu kami semakin lengket melebihi hubungan antara surat dengan perangkonya.

Lambat laun Alex mulai bertranformasi menjadi cowo idola di kampus kami. Tapi, Alex tetaplah Alex yang anti-sosial dan jatuh cinta dengan buku yang katanya adalah pacarnya.

Kedekatan kami yang begitu intens membuat perasaan ku mengalami kondisi yang aneh dan cenderung tabu untuk ditangkap oleh hatiku.

Sejak mengenal pria aneh yang tidak jelas seluk beluk latar belakangnya ini membuatku berhenti mengencani para pria yang kerap menggodaku dengan cara klise atau monoton. 

Seisi kampus iri melihatku bergumul dengan Alex yang awalnya kerap dibully akibat tampilannya.

***

“Eh bukannya ini hari ulang tahun lu ya, Mar?” celetuk Alex

“Inget aje lu, terus mo ngapain ngasih hadiah? Sini gue terima dengan lapang dada” cerocosku

“Lu yang seharusnya ngasi gue hadiah. Kan yang ulang tahun lu?”

Aku terkekeuh manusia di sampingku memang agak gesrek “Mana ada budaya kek gitu. Dari jaman pithecanthropus javanicus sekalipun kagak ada yang punya acara yang ngasih kado, goblok lu”

"Ya elah cantik cantik agak sempit pikiran lu. Jaman dulu mana paham bikin acara ulang tahun, yang penting mah makan" Celoteh Alex.

"Makan mulu lu, tapi lemak kagak pernah nyampe ke badan lu"

"Lagi traveling kali lemak gue" Meskipun Alex ini terkenal akan otaknya yang encer alias jenius. Tapi tampangnya macam orang aneh dan setengah blo'on ditambah candaan recehnya.

"Jadi gimana nih, ulang tahun gue diapain?"

"Dimakan" Alex mendengus.

"Serius, bangke" Kutarik kaos hitan kesayangannya, membuat dadanya yang terpahat indah terekspos sedikit. Sukses membuat pipiku tersipu.

“Katanya lu ga suka yang standar, yang normal, yang klise, yang mainstream” ucapnya sarkas. Sukses membungkam suaraku yang beberapa detik sebelumnya ingin menyumpahinya.

“Ya udah sebagai manusia UP-normal, gue bersedia nurutin kemauan orang yang ga berulang tahun alias kawan paling bangsat yang pernah ada ini” Aku berdecak lidah.

“Gue mau lu jadi orang yang ngelepasin keperjakaan gue”

Kopi hitam yang urung kutelan tersembur deras di depan wajah tampan sahabat karibku itu. Aku tergelak melihat wajahnya yang putih dihinggapi cairan pekat beraroma kopi bercampur dengan salivaku.

"Bangke banget anda, tapi manis enak" kata Alex menjilati mukanya sendiri.

Aku berteriak “Serius bocah ini jorok banget. Lagian salah lu, ngadi-ngadi bikin permohonan. Udah ga waras situ ya. Cewek lain yang mau ditidurin sama lu kan banyak banget tuh. Ngapain kagak lu sikat”

“Gue pengen lu yang jadi guru spiritual gue dalam mengarungi perjalanan seksualitas gue. Sebagai satu-satunya sahabat sudah sepatutnya lu ngebantuin gue”

“Yeee, lu sakit. Bener-bener sakit lu” Seisi kafe memandang kami dengan sinis. Saking terbiasanya kami tidak peduli.

“Please Mar, ga ada rasa cinta-cintaan janji!” Ucapnya sok memelas.

Beberapa helaan nafas kutarik dan kuhembuskan. Ada hal yang membuatku tidak bisa jauh dari makhluk absurd ini. Mungkin ini satu-satunya cara supaya dia selalu ada di sekitarku. “Lu harus janji ini ga lebih dari pemuasan nafsu. Lu harus inget gue ga becus soal cinta atau tai kucing apalah itu. Gue ga percaya bahwa hal itu ada”

“Terus?” jawabnya malas

“Okay deal” ucapku dengan menekankan kata per kata

Aku tidak percaya dengan cinta!.

Orang tuaku bercerai sejak usiaku masih tujuh tahun.

Ayahku seorang alkoholik yang abbusive sedangkan bundaku tak lain hanyalah wanita bodoh yang menerima manusia brengsek seperti ayahku ke dalam kehidupan normalnya.

Persetan dengan masa lalu.

Meskipun demikian, pernyataan Alex membuat dadaku nyeri. Seakan apa yang telah aku ucapkan menjadi bumerang untukku. Seakan tidak ikhlas bila Alex hanya ingin tubuhku.

***

Datang ke kantor dalam keadaan setengah mabuk membuat tubuhku kesulitan menahan mual.

Suara derak kaki dan aroma maskulin dalam sekejap memusnahkan rasa nyeri di kepalaku.

Hari senin yang paling menggairahkan. Jakarta tidak lagi membosankan setelah mataku disuguhkan dengan pemandangan surgawi. Noah Dylan , Manusia dingin bertampang cakep sekarang tengah duduk di depan tempat kerjaku.

Aura kelam dan buasnya merebak ketika aku menghampirinya untuk memberi tahu tentang jadwal meeting.

Beruntungnya aku menjadi sekretaris seorang pria tampan dengan garis rahang tegas, berkulit eksotis dan yang paling penting berpantat montok-ciri khas cowo metropolis penyuka olahraga.

Aku penasaran dimana biasanya ia nge-gym. Kalau tahu aku akan segera mendaftar kesana supaya bisa melihat bokong seksinya turun naik.

Fantasi soal per-bokong-an tak cukup sampai disitu. Nampaknya aku sudah keranjingan dengan bersenggama. Tubuh Alex Andrew tak cukup memuaskan hormonku yang impulsif.

“Pak, jam sepuluh nanti akan ada rapat bersama anggota direksi” kataku sembari menyodorkan beberapa berkas.

“Yang ini adalah berkas yang berisikan pegawai baru”

Sengaja ku tekuk tubuhku dengan gaya feminim sekaligus seksi ketika menunjuk ke arah berkas berwarna biru itu.

Mata birunya menangkap mata hijauku dengan buas.

Sepertinya pria ini sejalan dengan jalan pikiranku yang kerap dipenuhi imajinasi  liar dan kotor, batinku. Membuat mulutku menerbitkan sebuah smirk yang ku sembunyikan dari wajah tampan di hadapanku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
tonight purple
ga ada malunya si Alex haha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status