ALEX ANDREW POV
Wajahku tertekuk tak beraturan seperti kertas yang sudah kusut. Sialnya aku, yang gagal menjadi pahlawan kepagian untuk menolong Mika.
Noah Dylan! Sejak kapan ia peduli dengan wanita?! Bukankah kepeduliannya tak lain dan tak bukan adalah tubuh telanjang para kaum hawa.
Kutenggak beberapa gelas minuman beraroma kuat yang membuat kepalaku semakin sakit dihantam pikiran liar tentang Wanda dan pria sialan itu.
Tak cukup ia merebut wanita jalang itu kemudian gadis yang aku, maksutku sahabatku.
Mentang-mentang berkantong tebal dan berwajah ganteng juga minim akhlak. Dia tak punya hak untuk menyentuh tubuh Mika yang meggunakan baju sialan itu. Seharusnya tadi aku menyebutnya jelek supaya ia berganti pakaian.
Seharusnya tadi aku tidak terpesona dengan pemandangan dadanya yang membuat pikiranku ngalor-ngidul
Aku merasa bingung karena tidak bisa mengendalikan pandanganku ke arah Mika yang sedang digendong oleh pria itu.
Untuk apa aku marah?
Batinku menghardik pikiranku berkali-kali. Berdentang-dentang menyulitkan diriku untuk menjangkau kesadaran yang semakin tertelan seiring kutenggak air dari beberapa sloki itu.
Bruk!
***
“Bangun woi, Lex c’mon babe. Aku ga kuat bawa badanmu yang segede ini” suara itu timbul dan tenggelam di pikiranku yang masih setengah mabuk.
Suara lain yang bisa kucerna adalah deru mobil yang membawaku pergi dari klub sialan itu!
Jari-jari lentik yang dicat warna biru mengkilap menggenggam tanganku di atas dadanya.
Aroma tak asing, Marissa.
Bunyi pintu mobil menutup sedikit membangunkan diriku. Tapi mataku terasa berat untuk dibuka.
“Sialan lu manusia alien. Buset berat kali badan kau!”
Beberapa kali kudengar Marissa mengeluarkan logat Bataknya memakiku karena bangor.
Aku tidak sepenuhnya ingat, selain tubuh mungilnya yang menyeretku ke apartemen yang sudah ku tinggali selama satu tahun ini.
Kami berdua jatuh ke atas kasur milikku.
Aku meliuk, menarik pinggang ramping Marissa mendekat dan menghilangkan jarak antara kami
Tanganku ligat meremas dada Marissa.
Astaga, dia adalah ciptaan Tuhan paling menggairahkan
Tak perlu dalam keadaan sadar untuk memahami keindahan tubuhnya
Suara desahannya membuat otakku makin buas
menghujani tubuh semampainya dengan ribuan ciuman
Desahannya makin keras ketika benda milikku yang keras dan menegang masuk ke lubang nafsunya
Lidahnya menjilati telingaku, tak lupa gigitan kecil menjadi tambahan kenikmatan.
Buah dadanya memutar dan bergoyang ketika bendaku keluar masuk ke tubuhnya
Semakin cepat , semakin keras erangannya.
Sampai kami merasakan orgasme yang menyembul sampai ke ujung kepala.
***
“Lu, suka sama Mika ya lex?” ujar Marissa sembari mengenakan kembali bra-nya
“Eh-eh kagak lah” Balasku skeptis
“Oh come on, gue udah lama kenal lo. Gue juga tahu semalem lu mau nolongin wanda tapi malah ada pak steve”
“Oh itu Noah Dylan, CEO baru di perusahaan kita” balasku pura-pura tidak mengenal Noah Dylan.
"Ngomongin Pak Dylan bikin gue nafsu lagi, sialan" Marissa tergelak.
"Mau lo embat juga tuh orang?"
"Lo bisa suka sama Mika, masak gue kagak?"
"Kan gue sama lo, ga percaya sama cinta-cintaan tai kucing itu"
Marissa tersenyum kecut mendengar kejujuranku.
Sama halnya dengan cara pandang Marissa mengenai cinta. Cinta tak lebih dari senyawa yang memicu sekaligus mempermainkan delusi manusia.
Aku merasa bahwa jatuh cinta hanyalah omong kosong. Apa gunanya mencintai satu orang kemudian kita akan mengalami masa transisi, fase konflik, fase kebosanan dan kemudian terhempas pada perseturuan yang akhirnya membuahkan perpisahan.
Bagiku cinta adalah tentang pemenuhan nafsu. Hasrat yang bisa dilepaskan kapanpun dan dengan siapapun tanpa sebuah ikatan, tanpa harus mewajibkan diri untuk bilang “aku mencintaimu” tanpa harus dipaksa oleh keadaan untuk berlutut di hadapan orang dengan menggunakan bunga, coklat atau boneka beruang yang hampir sebesar denga ukuran beruang asli. Kemudian berteriak dan meminta seseorang untuk menikah denganmu!
Untuk apa membuang-buang waktu hanya untuk menyakiti satu sama lain. Teori ini bukanlah teori tak beralasan. Beberapa tahun silam, perkelahian dua manusia yang rasa cintanya sudah kadaluwarsa menjadi pemandangan sehari-hariku. Kepahitan yang dialami oleh sang istri, Alice Andrew yang dikurung dalam jeratan istana megahnya serta citra palsunya bahwa ia akan selalu menerima dan mencintai istrinya hingga akhir hayat.
Orang orang memanggilnya Si Tampan berdarah dingin, alias Flyn Andrew, alias Ayahku. Bukan hanya itu, semua manusia yang tergila-gila dan kagum akan kesuksesannya mengenalnya sebagai Calon Suami Idaman. Bagaimana tidak, di depan kamera ia berlagak manis denga Bunda ku.
Ayahku adalah seorang berotak jenius yang telah memimpin perusahaan keluarga Andrew, dan menyandang julukan sebagai salah satu THE WORLD'S REAL-TIME BILLIONARES pada masanya.
Selain kedua julukan itu, Flyn Andrew adalah seorang maniak seks, alkoholik juga seorang yang kerap menyakiti istrinya. Tapi hal itu tidak pernah tertulis dalam media berita manapun. Entahlah yang pasti mengapa aib tersebut tidak dapat muncul ke permukaan karena ayahku menyuap makhluk penggila uang atau mungkin mengancam akan membunuh siapapun yang berani.
Nyatanya semua itu hanyalah bualan yang diciptakan oleh Si Tua Bangka itu.
NOAH DYLAN POVAku terduduk di kursi depan bar yang menyuguhkan bermacam-macam minuman yang akan membuat orang yang menenggaknya akan jatuh ke lubang yang lebih tenang. Cairan yang akan membuat siapapun yang mengonsumsinya akan kehilangan akal dan lupa akan hiruk-pikuk kejamnya dunia.Aku menelan cairan itu dalam satu teguk. Hingga dua atau tiga teguk kemudian, aku tersedak ketika menangkap wajah yang sudah lama tidak ditemukan oleh kedua mataku.Tubuhnya lebih tinggi dari yang ku perkirakan. Wajahnya masih sama teduhnya. Sialan, liuk tubuhnya membuat tubuh bagian bawahku menggeram.Dress berwarna merah maroon yang super ketat di tubuh montoknya. Terlebih lagi dengan dadanya yang menyembul seiring kaki panjangnya melangkah menuju ke arah bar di ujung yang berlawanan dengan tempat aku duduk.Sudut bibirku meninggi ketika melihat Mika, Ia berjalan dengan canggung sebentar-bentar menarik gaun yang minim bahan it
MARISSA LOURD POVAroma rose menguar dari sabun mandi yang aku gunakan. Busanya aku mainkan membentuk bola-bola tak beraturan kemudian ku tiup, membuat mereka jatuh dan hancur.Sepi dan kesepian. Kesibukan di kantor hanyalah sementara. Aku terjebak lagi di rumah ini.Rumah yang didesain ramping dan hanya berlantai dua saja.Rumah ini aku beli lantaran ingin menjauh dari keadaan rumah orang tuaku.Sudah lima bulan lebih aku tidak berbicara dengan Bunda.Apakah pria brengsek itu kembali lagi?Bunda tidak akan pernah menghubungiku sekalipun ia tengah menderita.Suara ketukan dari balik pintu rumahku membuatku malas beranjak dari bath-up.Mungkin Alex? Astaga aku lupa tentang ajakan Pak Dylan.Dengan tanggap, aku meraih handuk putih dan melingkarkannya ke badanku.Rambutku yang masih basah, airnya menitik seiring aku berlari kecil menuju pintu.
AUTHOR POVHigh heels berwarna merah berayun-ayun di balik meja di sebuah kantor, tangan putihnya meliuk-liuk dengan girang. Pena yang ia pegang. Mulutnya yang disapu lipstik merah mate tersenyum kecil takut dilihat orang lain di kantor itu.Marissa masih membayangkan kenikmatan yang dialaminya semalam. Ia kadung candu dengan kelihaian Mr. Dylan. Baru kali ini Marissa mendapatkan pria yang bisa memenuhi petualangan seksualnya. Alex, sahabatnya tidak begitu lihai membuat suasana seks menjadi lebih bervariasi.Ia sudah jatuh cinta dengan tubuh bosnya sendiri.Ponselnya berdering. Layarnya menganga menampilkan sebuah pesan teks dari si pengirim bernama Mr. Dylan.Nanti kita makan siang bareng yaMenu hari ini apa, Tuan?ku balas pesannya. Ia tersenyum di balik jendela kaca ruangannya yang menhadap ke mejaku.Tentu saja hidangan yang menggairahkan
NOAH DYLAN POVPerasaan bersalah membuat kepala ku pusing. Kuacak asal rambut, memaki wajah tampanku.Sial, bodoh sekali aku ini. Alisku berkerut tengok puluhan panggilan tak terjawab serta beberapa pesan dari Mika, pacarku.Aku meninggalkannya sehari setelah berpacaran dengannya, dan sibuk meniduri wanita lain. Ku kerutuki wajahku dengan berbagai julukan binatang.Tubuhku kini terjebak di kamar mandi seorang wanita yang belum lama kukenal, dan dia adalah sekretarisku sendiri.Rahangku mulai mengeras mengingat semalam bermimpi tentang wanita itu.Aku jatuh cinta dengan tubuh Marissa, tapi hatiku berdetak hanya untuk Mika.Penyakit ini telah membunuh jiwa kemanusiaankuKata Reigen, kerabat sekaligus dokter yang selama ini menangani gangguan psikologis ku yang telah mendiagnosa penyakit ini sejak lima tahun silam.Aku tidak yakin akan hidup deng
AUTHOR POVMika masih sibuk menunggu balasan Noah. Sudah 24 jam ia menghilang. Mika yang satu perusahaan tak bisa pergi seenaknya mencari Noah ke ruang kerjaMengaku pada staf lain bahwa aku kekasih barunya? BatinnyaIa menggeleng keras.Matanya bergidik risih, merasa bodoh jika melakukannya. Alex yang duduk di samping Mika tengah asik mengunyah sepiring nasi padang. Suara berisiknya yang makan tak mengganggu wanda yang masih sibuk menggeser layar ponselnya. Tidak seperti biasanya Mika yang selalu mengeluh kalau ada yang bersuara saat makan.“Dari tadi gue sengaja bikin suara pas makan, lu kok ga ngomel. Kagak biasanya, what’s happen, girl?“Pusing gue, pacar gue ga ngasih kabar dari kemaren” keluh Mika dengan intonasi yang masih medhog“Jangan-jangan doi maen sama ceweknya yang lain” ejek Alex.“Eh jancuk sekali anda, ga mungkin dia kayak gitu” elak
To be continuedAUTHOR POVWajah Mika yang ceria ketika masuk menuju lift membuat Alex keheranan. Alex merasa sahabatnya sudah sengklek sebab seharian kemarin wajahnya kusut dalam semalam berubah menjadi seriang atau segila ini. Tapi entah kenapa mukanya memerah dan menganggap Alex lebih imut dari biasanya.“Kenapa lu, kesambet?”“Eh, Mika seneng banget, banget dan banget. Tadi pagi Noah ngelamar aku, lex!” teria Mika, sontak membuat seluruh penumpang lift lainnya tertegun.Dalam satu kalimat saja yang terlontar dari mulut Mika sukses membuat hati tony runtuh pagi itu."Mickey, lu itu baru kenal dia. Ga mungkin dia langsung seserius ini. Bohong kali""Ndak lex, belum aku ceritain ya""Ceritain apa""Kita berkawan sejak kecil, lex." ucapnya menggebu-gebuAlex tercenung.Apakah Mika ini adalah gadis yang kerap N
AUTHOR POVViola membopong tubuh Alex yang sempoyongan dan beraroma alkohol keluar dari tempat itu. Ia mengamuk dan menghancurkan hampir seluruh tempat Viola mencari nafkah.Bukan tanpa alasan Alex membabi buta akibat kedatangan pria berumur yang penuh nafsu ingin menerkam tubuh Viola.Pekerjaan Viola bukanlah anggota prostitusi semacam itu. Pekerjaannya tidak lebih dari sekadar menemani orang-orang berkantong tebal yang mampir untuk minum dan berjudi. Tidak lebih dari ranjang dan kondom.Alex berlari dengan terhuyung dan menerjang pria busuk itu. Ia kalap ketika membayangkan wajah Viola adalah wajah teduh milik Mika.Dan pria tua itu adalah Noah sialan itu.“okay, stay disini. Aku carikan taksi online dulu” ucap gadis yang Alex selamatkan tadi sekaligus membuatnya dalam masalah.Tangannya menggenggam dan menggeser ke kanan, ke bawah dan ke arah lainnya secara acak untuk memesan layanan taksi online.Selang be
ALEX ANDREW POVSialan Noah Dylan!Manusia biadab yang tak tau diri telah mengkhianati sahabatnya sendiri, Mika Lodge.Dan kenapa harus Marissa? Tak habis pikir perempuan yang delapan tahun ini menjadi sahabatku berakhir menjadi seorang pelakor!Meskipun Marissa tak jarang bersama dengan kaum adam. Marissa bukanlah tipe yang memiliki hubungan lebih dari satu malam. Setidaknya aku adalah pengecualian sebelum malam ini.Noah dan Marissa masih mematung dan menunduk.Sudut bibirku yang sedikit berdarah tertarik ke atas.Cih, dua manusia laknat yang pantas bersama!Rumah mungil Marissa berada di area perumahan yang sepi sebab kebanyakan penghuninya adalah pekerja kantoran. Malam minggu adalah waktunya euphoria di tempat-tempat yang menyuguhkan penghiburan di waktu kerja yang ketat dan penat.Satu demi satu langkah kaki ku yang abstrak melaju