Share

PART 9 - TRAUMA

NOAH DYLAN POV

Aku terduduk di kursi depan bar yang menyuguhkan bermacam-macam minuman yang akan membuat orang yang menenggaknya akan jatuh ke lubang yang lebih tenang. Cairan yang akan membuat siapapun yang mengonsumsinya akan kehilangan akal dan lupa akan hiruk-pikuk kejamnya dunia.

Aku menelan cairan itu dalam satu teguk. Hingga dua atau tiga teguk kemudian, aku tersedak ketika menangkap wajah yang sudah lama tidak ditemukan oleh kedua mataku.

Tubuhnya lebih tinggi dari yang ku perkirakan. Wajahnya masih sama teduhnya. Sialan, liuk tubuhnya membuat tubuh bagian bawahku menggeram.

Dress berwarna merah maroon yang super ketat di tubuh montoknya. Terlebih lagi dengan dadanya yang menyembul seiring kaki panjangnya melangkah menuju ke arah bar di ujung yang berlawanan dengan tempat aku duduk.

Sudut bibirku meninggi ketika melihat Mika, Ia berjalan dengan canggung sebentar-bentar menarik gaun yang minim bahan itu.

Sebuah takdir membawaku kemari untuk melihat pemandangan gadis yang kukenal sangat berani dan kukuh dalam pendirian kini menjelma macam putri kesayangan seorang Raja negeri antah berantah.

Rambut hitam itu, rambut yang berkilau dan lembut itu ingin sekali ku sentuh.

Sialan, Pria bangsat itu!

Buku-buku tanganku memerah akibat kukepal kuat-kuat. Laki-laki yang melingkarkan tangan kotornya di pinggang gadis pertamaku.

Darahku mendidih, kenapa harus pria sialan itu?!

Lebih mendidih lagi ketika pria yang kulitnya sudah luntur dan bau tanah mencoba menyentuh gadisku!

Dengan langkah yang dikuasai emosi, ku hadiahkan pria kolot itu dengan bogem mentah. Darahnya keluar, bisa kupastikan giginya yang lapuk runtuh akibat hantaman keras tanganku.

***

Aku masih tak percaya bisa bertemu dengan cinta pertamaku.

Walaupun tak selangsing dulu, mata hazelnya membuatku lupa daratan.

Aku terlalu banyak dan sering memimpikan malam tadi agar menjadi kenyataan.

Dan terimakasih Tuhan, akhirnya kau kabulkan.

“Pagi ndut” ucap Wanda sambil melenturkan tubuhnya.

Kuhadiahi ia dengan puluhan ciuman di berbagai tempat di tubuh telanjangnya

Ia terlonjak karena geli

Mika memang paling benci jika digelitik. Sepertinya Mika versi dewasa sudah mulai menyadari bahwa sentuhan seperti selalu bikin candu.

“Noah yang sekarang udah ga endut lagi. Justru Mika yang sekarang endut”

"Tubuhmu membuatku menggila"

Jawabanku membuat air mukanya berubah menjadi sedih. Aku kebingungan tak mampu berkomentar.

"Tubuhku tidak pantas untuk dilihat" Tangannya menutupi payudaranya yang licin.

"Kalau tidak pantas kenapa dari tadi otak mesumku liar ingin menidurimu kembali" balasku menarik tangannya agar kelihatan buah surga duniawi itu.

"Dasar, ndut" Muka ayunya merona.

"Anda yang endut"

Mukanya meredup dan menunduk. Baru kali ini aku lihat Mika bersedih. 

“I’m sorry, malah drama aku ya”

“Hei, hei kau tak perlu minta maaf atas apapun yang kau rasakan”  Mika yang sudah lama kukenal tidak mudah menangis. Dia tidak suka jika ada orang lain melihatnya menangis.

“Gara gara aku ngomong endut ke kamu?"

"Bukan, aku rindu kamu Noah, rindu Mami sama Papi juga"

“I know” ku usap punggungnya yang bergetar

Aku merasa bersalah ketika Ia sangat butuh penenang aku tidak ada bersamanya. Wandalah yang kerap menemaniku ketika kesepian dan sedih. Tapi aku tak sempat melakukan sebaliknya.

Aku tahu berita kecelakaan itu ketika setahun yang lalu kembali ke Jogja. Aku ingin sekali datang dan membantu meringankan kepedihannya. Kalau bukan karena wanita sialan itu!.

“Oh ya sekarang aku udah bisa gendong kamu” ucapku menimalisir kepedihannya.

Ia mengusap air matanya dengan buku-buku jarinya yang putih dan bersih.

“Ayo tuan putri, siap melayani tujuan menuju kota surga” ujarku mencoba untuk menggoda

Membuatku menyadari pipinya makin memerah dan bersinar akibat cahaya pagi yang terbias di wajah ayunya.

Sarapan dengan roti bakar yang setengah gosong bikinanku tidak sepenuhnya berantakan ketika ditemankan oleh cinta pertama.

"Ndak mau ah, rotinya pahit"

"Pengen dibikinin rendang jengkol"

"Emang bisa, bikin roti saja malah gosong gini"

T-shirt putihku melekat di tubuhnya yang tidak mengenakan pakaian dalam. Gelitikanku membuat tubuhnya berguncang terutama di bagian dua buah berbentuk bulat itu.

Ia yang memaksakan diri untuk memakan roti bakar yang aku buat.

Mulutku memagut mulutnya yang penuh dengan kunyahan roti.

"Manis" ucapku sehabis menerkam mulutnya yang ranum.

Lidahku merangsek masuk, menjejal mulut Mika yang sudah beradaptasi dengan mulutku. 

T-shirt putih yang ia kenakan sudah terlepas dari tubuhnya yang hangat. 

Tanganku meremas bokongnya yang berayun-ayun ketika tubuhnya merasakan ketagihan.

Rintihannya semakin membuatku liar di pagi hari. 

Ku masukkan jariku ke dalam intinya, bergerak memutar dan vertikal. 

Rambutku ditarik, lantas membuat pikiran mesumku semakin tak karuan. 

Dengan keadaan masih berdiri, selangkangannya ku lebarkan supaya jariku semakin masuk ke dalam lubang kenikmatannya.

"jangan menutup diri saya, keluarkan saja" tanganku denga lincah membuat bagian intinya menjadi basah.

"E-eh" mulutnya dibungkam.

"Lepasin Noah, Nanti kalau ada yang denger" kata Mika lagi.

"Biarkan saja"  balasku sembari memilin putingnya.

"Tidak usah malu di depanku" 

"a-apa?" Wajahnya begitu teduh, ku pagut bibirnya yang setengah terbuka, menari bersama lidahnya. 

"Kau semakin cantik ketika terangsang"

Tangannya menjambak dan mengacak rambutku. Bukannya membuatku tidak senang justru bagian itulah yang paling membuatku semakin terpicu untuk melihatnya menjerti saking senangnya mendapatkan kepuasan dariku.

"Tarik rambutku lagi dan lagi"

"Rambutmu wangi, tanganmu begitu lembut" Ia berbisik dengan lembut tepat di telingaku.

"Setelah ini, aku ingin digendong"

"Oh, kau ingin dipuaskan dengan cara digendong"

Aku mengangkat tubuhnya, menuju ke meja makan. Ku dudukkan dia di atas pahaku. 

Kedua kakinya ku tarik lebar-lebar, jariku meluncur lagi ke arah intinya yang kebasahan.

Suara jeritannya semakin menjadi-jadi, otakku kian gila.

"Mau sampai kapan gini terus?" Tubuhnya yang telanjang bulat bergelantung di belakang punggungku.

Katanya ini ganjaran yang pas untuk gendongannya dulu.

"Mau aku puasin lagi?" bisa kutebak mukanya pasti akan memerah. 

"N-ndak mau, e-eh nanti lagi maksudnya"

"Wah wah kekasihku sekarang sudah menjadi gadis yang nakal ya" 

Aku hanya tersenyum. Senyuman yang sudah lama ditutupi oleh amarah dan kebencian.

***

"Permisi pak Dylan, untuk makan siang nanti mau dipesankan di restoran mana?"

"Tidak saya tidak makan siang"

Tubuh semampainya serta mata hijaunya memaku pandanganku ke arahnya.

Sialan, aku sudah punya Mika!

“Marissa, benar kan marissa, nanti malam ada acara?” mulutku terbuka sebelum aku sadar akan ucapanku yang konyol.

“Ti-tidak ada pak, ada apa ya pak?”  jawabnya sembari menyodorkan beberapa berkas, memperlihatkan dadanya yang terjutai dari balik bajunya yang agak terbuka di bagian dada.

“Nanti malam ada acara pertemuan dengan kolega, tolong temani saya ya”

Persetan dengan pacaran!

Aku butuh pemuasan lain

Maafkan aku Mika.

Bagian diriku yang lain tak henti-hentinya menceramahi tindakanku. Bagian lainnya memakiku dengan berbagai nama binatang dan julukan kasar lainnya.

Aku benci diriku yang tidak bisa berhenti melakukan kelainan ini.

Ini salah! Sangat dan teramat salah.

Ketika hatiku ingin diterangi dan dipertemukan oleh satu-satunya wanita yang telah dan akan selalu berada dan menerima apapun diriku seutuhnya.

Tapi penyakit ini tidak bisa sembuh. Trauma ini terus menerus terulang tanpa jeda sedetikpun.

Apa yang sebenarnya yang ingin kutemukan.

Mika atau pemuasan nafsu belaka?!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status