Share

KAU MEMBUATKU SUSAH

"Apa yang kau lakukan!" Eden menatap kesal Katnis. 

"Tugasku sudah selesai. Kau boleh pergi dari sini," usirnya. 

"Tolong aku ... paling nggak antar aku sampai ke kota xxx," pinta Katnis dengan wajah melas. 

Eden geleng-geleng kepala. "Menyusahkan saja." 

Merasa sudah membuang waktu karena berdebat kusir dengan Katnis, Eden pun menjalankan mobilnya. 

Namun, belum sampai di perbatasan kota, mobil Eden berasap. Mungkin karena baku tembak tadi yang membuat mesin mobil rusak. 

BRUAK! 

Eden membanting tutup kap mesin dengan keras setelah melihat keadaan mesin yang tidak mungkin diperbaiki kembali. Dan kemudian dia mengambil koper uang lalu pergi, membiarkan mobilnya begitu saja di jalan. 

"Hei tunggu! Kau kenapa meninggalkanku?" Katnis pun gegas keluar dari dalam mobil. 

Eden tak memperdulikan. Dia terus melangkahkan kakinya cepat. 

"Cepat sekali jalanmu, apa kau tidak lelah? Sebenarnya mereka itu siapa? Kenapa kau menyerahkanku kepada mereka? Lalu, kenapa mereka juga sepertinya ingin membunuhmu?" Oceh Katnis. Namun tak ditanggapi oleh Eden sedikitpun. 

"Ya sudah lah, lupakan saja. Kau masih menyimpan roti? Aku lapar." 

"Hei! Aku sedang berbicara kepadamu, apa kau tuli!" Katnis meninggikan suaranya. 


"Aku tidak ada urusan lagi denganmu, pergilah. Dasar menyusahkan!" balas Eden sinis. 


"Kau yang sudah membawaku ke sini. Kau harus mengembalikan aku ke kota xxx." 


"Perempuan aneh!" umpat Eden. 


Katnis geram, dia menarik lengan Eden dan menghadang jalanya. "Kau bicara apa!" Katnis menatap Eden serius. 


Eden menghela napas kasar. Sikap Katnis membuatnya muak. Eden mendorong pundak Katnis, sehingga Katnis bergeser dari hadapanya. 


Sementara Eden terus melangkah, memasuki keramaian kota besar. 


Katnis masih mengikutinya. Hingga sampai ke pasar rakyat. Banyak sekali orang ramai berdatangan. Karena esok, tepat hari raya kebesaran kota, jadi membuat warga setempat bersiap-siap untuk menyambut hari yang dianggap sakral bagi penduduk setempat di kota ini. 


Warna-warni indah sebagai hiasan kota, nampak memanjakan mata Katnis. Tanpa sadar, dia sudah kehilangan jejak Eden yang semakin jauh di depan. 


"Sial! cepat sekali jalanya!" Katnis pun mempercepat langkah kakinya. 


"Hei tunggu!" panggil Katnis dengan suara keras. 


BRUAAK! 


Tanpa sengaja, Katnis menabrak pundak seseorang. "Maaf Tuan," ucap Katnis menyesali. 


Pemuda itu menatap Katnis penuh napsu karena melihat kecantikan wajah Katnis yang alami. 


"Bidadari jatuh dari langit rupanya," ucapnya. Ternyata pemuda itu tidak sendiri. Dia bersama dua orang rekanya. 


Dan kemudian, Katnis melanjutkan jalanya. Tapi, tangan pria itu menahan Katnis. "Kau mau kemana, gadis cantik? Di sini saja dulu, bersenang-senang dengan kita." 


Katnis mulai ketakutan. "Maaf Tuan, aku tidak bisa." 


"Tidak bisa bagaimana? Hmm. Sepertinya kau bukan berasal dari kota ini." 


Katnis berusaha melepaskan diri dari tangan pemuda itu. Namun tidak bisa. Genggamanya terlalu kuat. 


"Tolong lepaskan aku ... " pinta Katnis. Tiga pemuda itu terkekeh. Dan kemudian, mereka membawa paksa Katnis ke lorong jalan yang sepi. 


Katnis nanar. "Tuan tolong lepaskan aku." 


"Tolong!" teriak Katnis. Namun dengan cepat, tangan pemuda itu menutup mulut Katnis. Katnis meronta. Sebagian orang yang melihat kejadian itu hanya melihat saja tanpa melakukan apa-apa. 


Tiba di lorong sepi, Katnis dikeliling oleh mereka. Wajah mereka sudah nampak sangat napsu untuk menjamah tubuh Katnis. 


"Kau cantik sekali," ucap salah-satu dari mereka. 


"Tolong jangan ... " 


Dua pemuda memengangi lengan Katnis. Di mana yang satu pemuda lagi membuka paksa baju Katnis sambil terkekeh. 


"Tolong! Jangan!" 


DDUAAAR! DDUAAR! DDUARR! 


Suara tembakan keras, menjatuhkan ketiga pemuda itu. Katnis semakin ketakutan. Dia menangis sambil menutup mata. Ketiga tubuh pemuda itu berjatuhan bersimbah darah, menindih Katnis. 


"Gadis lemah! Kenapa kau tidak melawan mereka!" Suara tak asing membuat Katnis membuka matanya. Eden kembali untuknya. Dengan cepat Katnis bangkit lalu menghampiri Eden. Dan memeluknya. 


Katnis menangis sambil mendekap erat Eden. Namun tidak ada tanggapan baik dari Eden. Dia membiarkan Katnis tanpa membalas memeluknya. 


"Aku takut ... " ucap Katnis lirih. 


"Menyusahkan saja!" decak Eden kesal. 


Dan kemudian, mereka pun beranjak. 


****


Eden terpaksa menyewa motel untuk istirahat sehari. Tubuhnya sangat lelah untuk melanjutkan perjalanan. Belum lagi Katnis yang membuat bebanya bertambah, pikirnya. 


Selepas mandi, Katnis menemui Eden kembali. Sikap Eden masih sama, masih dingin dan tak peduli denganya. 


"Aku lapar," ucap Katnis. Membuat Eden mematikan rokoknya lalu beranjak. 


"Hei, kau mau kemana? Jangan tinggalkan aku sendiri," panggil Katnis, Eden tak menghiraukan. 


"Pria aneh!" umpat Katnis. 


Tanpa sengaja bola mata Katnis menangkap sebuah tas koper kecil yang selalu dipegang Eden. Katnis memberanikan diri untuk melihat apa dari isi tas itu. Sedikit berdebar jantungnya, karena takut ketahuan. Tapi, mengingat Eden baru saja pergi, membuat Katnis cukup berani. 


"Ah terkunci," gumam Katnis, sambil kedua tanganya sibuk mencari cara untuk membuka tas itu. Segala macam cara dilakukanya, dari membuka paksa kunci sampai mengetuk-ngetuk tas itu. Tapi sama sekali tidak membuahkan hasil apa-apa. 


Katnis menghela napas setelah cukup lelah berupaya untuk membuka tas itu. Tanpa sadar, Eden sudah berdiri di belakangnya. 


Katnis tercengang. "Kau kenapa seperti hantu selalu datang tanpa suara!" ucap Katnis lantang. 


"Apa yang kau lakukan?" tanya Eden, menatap Katnis tajam. 


Katnis salah tingkah. "Ak. Aku ... Aku hanya-." 


Dengan cepat, Eden mengambil tas koper miliknya dari tangan Katnis dengan kasar. "Jangan pernah kau sentuh barangku!" 


Wajah Eden sangat dekat dengan wajah Katnis, menatapnya tajam, membuat Katnis tidak dapat berkutik. Bersamaan dengan tangan Eden mencengkram kuat tangan Katnis, membuatnya semakin gelagapan. 


"Ma-Maaf. Ak-." 


Eden meninggalkan Katnis begitu saja dengan membawa tas kopernya. 


Katnis meringis, sambil menggerak-gerakan pergelangan tanganya karena sakit. "Laki-laki gila!" umpatnya. 


Namun, perhatian Katnis berpaling ke arah bungkusan di depan matanya. Katnis meraih bungkusan itu. Lalu membukanya. Dan kini wajahnya berbinar setelah melihat isi dari bungkusan itu adalah seporsi makanan. Katnis pun lahap menyantapnya. 


"Enak sekali," ungkap Katnis, sambil mengunyah. 


Hanya beberapa menit, makanan itu pun habis ditelanya. 


"Baik juga rupanya dia," gumamnya. 


"Hei, terima kasih atas makananya," ucap Katnis kepada Eden yang asik menatap jendela sambil merokok. 


Eden tidak menanggapi. Bahkan menoleh pun tidak. 


Katnis cemberut. Hatinya tergerak untuk menyentuh kembali tas itu. Perlahan dia menggerakan tanganya untuk mengambil tas yang ada di sebelah Eden. Namun, tangan Eden lebih cepat menangkap tanganya. Katnis hilang keseimbangan ketika tangan Eden menggapainya. Lalu, dia pun jatuh ke pangkuan Eden. Tanpa sengaja, dua pasanga mata saling menatap. Saling diam, seakan membiarkan bias cahaya menerobos menyampaikan pesan yang tersirat. Mereka pun saling memandang dengan jarak dekat cukup lama. 


Setelah beberapa saat, Eden melepaskan tanganya dari tubuh Katnis. 


Tampan juga pemuda ini, ungkap Katnis dalam hati. 

"Aku minta maaf. Aku hanya-." 

"Sekali lagi kau berani menyentuh barangku, aku tidak akan segan-segan membunuhmu!" ucap Eden serius. Katnis berkerut kening sambil membuka mata lebar. 

Kau memang tampan, apa kau tega membunuh gadis malang sepertiku, gumam Katnis dalam hati. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status