Share

TERPISAH

"Hei tunggu! apa kau nggak bisa berjalan sedikit pelan?" Katnis berusaha mengejar Eden dengan berjalan cepat. 

Sore yang indah, di kota yang baru dia jajaki. Katnis menebar pandanganya ke sekeliling sambil berjalan. Dia nampak kagum dengan dekorasi kota yang sedang merayakan hari kebesaran. 

Ribuan massa turun kejalan dengan kostum kebanggan mereka. Nampak indah dengan warna-warni juga karakter pakaian adat itu tersendiri. 

"Waaaao bagus sekali," ungkap Katnis kagum. 

Pawai berirama musik khas daerah berdendang keras sepanjang jalan. Tanpa sadar, dia sudah tertinggal jauh dengan Eden yang sudah lebih dulu di depan. 

Katnis menambah kecepatanya berjalan, mengejar Eden. 

"Hei tunggu, apa kau tidak menikmati hari ini yang begitu indah?" 

Eden tak menghiraukan. Dia terus berjalan tanpa peduli ada perempuan cantik bak model Miss Universe sedang mengajaknya berbicara. 

"Wuaaaaah bagussss baaaanget," ungkap Katnis kagum, melihat banyak costum-costum unik yang dikenakan oleh peserta pawai. 

"Kau tidak tertarik?" tanya Katnis, sangat antusias sekali. 

"Tidak ada waktu untuk bermain," balas Eden sekenanya. 

"Serius banget. Hidup itu jangan serius-serius, nanti cepat mati." 

Eden menatap datar sambil geleng-geleng kepala. Dia sangat tidak tertarik dengan pembicaran receh ini. 

Eden terus menerobos keramaian tanpa peduli sekitaranya. Sementara Katnis sibuk menebar pandangan dengan mengungkap kagum. Bagaikan anak kecil yang dibawa ke dunia fantasi oleh keluarganya. 

"Dasar gadis kurang bahagia," umpat Eden. Katnis jelas mendengarnya. "apa? Kau mengatakan aku kurang bahagia?" protesnya. 

"Melihat ini saja seperti melihat surga. Ck. Aneh!" 

Tidak terima dikatakan seperti itu, Katnis menarik lengan Eden kasar lalu menghadang jalanya. Katnis menatap Eden serius. "Memangnya kalau masa kecilku kurang bahagia, kenapa?" 

Eden tersenyum tipis. "Pantas saja," balasnya sambil menepis pundak Katnis. Katnis kembali menahan lengan Eden. "Pantas apa? Iya. Memang masa kecilku tidak pernah bahagia seperti mereka yang lengkap memiliki keluarga. Semenjak kecil, aku hanya dirawat oleh nenekku yang miskin. Dan setelah aku dewasa, ketika aku tau papaku seorang pengusaha sukses, namun seseorang membunuhnya. Puas!" 

Eden berkerut kening. Menatap Katnis dengan wajah datar. "Dibunuh? Oleh siapa? Siapa papamu?" 

"Apa perlu kau tau semua itu?" Katnis berkaca-kaca. 

Seketika Eden seperti mengenal betul sosok Katnis. Kepolosanya, sikapnya dan semua kepribadian Katnis yang secara mendadak seperti melekat di diri Eden. 

Katnis tidak bisa menahan ulu hatinya yang terus memancing air mata untuk menetes. 

"Jangan lemah!" ucap Eden penuh penekanan. Katnis menatap Eden tajam. 

Di saat yang bersamaan, sebuah motor melintas sangat cepat mendekati Eden. Eden kehilangan tas kopernya. 

Dengan sigap, dia mengejar pengendara motor itu. Eden berlari layaknya kuda liar, sangat cepat menerobos keramain. 

Melihat ada sebuah motor menganggur, Eden mengambil lalu mengendarainya. Dia mengejar pengendara yang telah mencuri tas miliknya. 

Kejar-kejaran pun terjadi. Karena jalan cukup ramai, membuat Eden sedikit sulit mengendarai motor dengan maksimal. 

Melibas jalan di antara padatnya kendaraan, sepeda motor yang ditunggangi Eden melaju dengan lincah. Walaupun sesekali menyenggol body mobil yang sedang menunggu antri di kemacetan. 

Sampai di ujung pembatas jalan, yang di mana dihadapanya ada sebuah danau. Si pengendara yang mencuri tas Eden terjebak dalam jalan buntu. Lalu, mereka pun terpaksa turun dari motornya dan menghadapi Eden. 

Perkelahian pun terjadi. Dengan tangan kosong, Eden menghadapi dua pencuri. Salah-satu dari pencuri melepaskan timah panas dan mengenai lengan Eden. Namun, Eden cukup lincah untuk membalikan keadaan. Dan setelah mereka berhasil dilumpuhkan, Eden mengambil kembali tas miliknya. 

Darah kental terus menetes di lengan Eden. Eden membalutnya sementara dengan kain agar darah tidak terus mengalir. Dan kemudian, dia kembali mencari Katnis. 

Sesampainya di tempat tadi, Eden sudah tidak melihat Katnis. "Kemana gadis bodoh itu?" gumamnya. 

Dan kemudian, Eden beranjak meninggalkan tempat itu. Namun ketika kakinya hendak melangkah, Eden melihat sebuah kalung tepat di tempat Katnis berdiri tadi. 

Dia mengambil kalung itu lalu membuka mata Kalung yang berbentuk hati. Eden tercengang ketika melihat isi dalam mata kalung itu adalah poto Katnis dengan seorang pria. Pria yang sangat dia kenal. Iya, seorang pemilik perusahaan Calagher Corporation Grup, Tuan Rey Alibaba. 

Ternyata tua bangka itu papanya, gumam Eden dalam hati. Eden menatap kosong sambil menggenggam erat kalung milik Katnis. 

"Ah bukan urusanku," ucap Eden, dan kemudian dia pun beranjak pergi. 

****

Sebuah mobil Van hitam memasuki pelataran rumah. Katnis ditutup matanya sambil diikat tanganya. 

"Turunkan gadis itu," perintah Kal, pengawal pribadi Tuan Almond. 

Katnis dibawa masuk ke dalam kediaman Tuan Almond dan diletakan di dalam gudang dengan mata tertutup juga tangan terikat. 

"Lepaskan pengikat matanya," perintah Tuan Almond. 

"Siapa anda?" tanya Katnis dengan wajah takut. 

Tuan Almond tersenyum kepadanya. "Maafkan anak buahku yang terlalu kasar memperlakukanmu, Nona manis," ucapnya. 

Tuan Almond mendekati Katnis, lalu berjongkok. Dia mengelus pipi Katnis dengan lembut sambil tersenyum. 

"Cantik sekali kamu. Aku tidak mengira kamu akan secantik ini ketika dewasa," ungkapnya. 

"Tolong lepaskan aku ... " mohon Katnis.

"Kamu tidak perlu takut. Aku tidak akan menyakitimu jika kamu mau diajak kerja-sama baik denganku." 

"Kerja sama? kerja sama apa?" 

Tuan Almond terkekeh. "Sabar. Nanti kamu akan tau sendiri." 

Dan kemudian, Tuan Almond menyuruh pelayan perempuan untuk membawa Katnis untuk bebersih diri. 

Dua pelayan perempuan pun datang menghampiri. 

"Aku akan melepaskan ikatan tanganmu. Aku harap kamu jangan betindak bodoh untuk lari dari tempat ini," ucap Tuan Almond santai, namun nadanya mengandung penekanan. 

Katnis pun tidak punya pilihan. Di antara banyak pengawal Tuan Almond yang berbadan besar dan juga lengkap memegang senjata, dia terpaksa mengikuti kemauan Tuan Almond. 

Katnis dibawa oleh dua pelayan perempuan dengan pengawalan ketat menuju ruang pembersihan diri. 

"Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Katnis kepada pelayan, setelah berada di ruang pembersihan diri. 

"Kami akan membantumu, Nona," jawab salah-seorang dari mereka. 

"Membantu apa?" 

Seorang pelayan menunjukan sebuah bath tup besar, yang biasa digunakan mandi untuk para pembesar. 

"Mandi? Kalian akan membantuku mandi?" Katnis menatap heran kedua pelayan. Mereka pun tersenyum sambil mengangguk. 

"Gila! Mana mungkin sebesar ini aku dimandikan oleh kalian," bantah Katnis. 

"Sudah ikuti saja, Nona. Karena semua ini perintah Tuan besar," balasnya. 

Dengan terpaksa, Katnis pun menghampiri tempat pemandianya. Selain air hangat yang menggenang di dalam bath tup, nampak juga warna-warni dan juga beberapa jenis bunga bertaburan di atasnya. 

"Kenapa harus seperti ini?" tanya Katnis penasaran. 

Kedua pelayan itu saling pandang. "Silakan, Nona," katanya. 

Perlahan, Katnis pun merendamkan kakinya ke dalam air, lalu tangan hingga sampai ke seluruh badan, namun tubuhnya masih terbungkus dengan pakaian yang melekat. 

"Sungguh gila!" ucap Katnis, pasrah. 


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status