Share

SAVE MY LIFE

Gerry menghunuskan tatapan licik. Membuat bulu kuduk Katnis merinding. Tidak ada satu makanan pun disentuhnya. Seakan perut Katnis sudah terisi penuh. 

Bersamaan dengan itu, letupan keras menembus tengkorak kepala salah seorang pengawal Tuan Almond. Darah merah kental berceceran, sebagian menciprat ke hidangan. Keadaan menjadi panik seketika. 

"Berlindung," seru Tuan Almond, yang sudah lebih dulu melindungi dirinya dibalik sofa. Semua orang berlindung, menghindari jendela kaca dekat meja makan mencari tempat aman. 

Katnis sangat ketakutan. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Sementara dirinya sudah dibawa ke tempat yang lebih aman. Tuan Almond bersama Gerry dan anak buahnya, bersiap diri menghadapi serangan selanjutnya dari seseorang. 

"Siapa dia?" tanya Gerry. 

"Penembak runduk. Aku sepertinya tau siapa dia," sahut Tuan Almond. 

"Siapa pa?" tanya Gerry penasaran. 

"Orang yang akan merebut gadismu."

"Sial! Rupanya anak buahku telah gagal membunuhnya," geram Gerry. 

Satu letupan lagi, tepat di kepala Ty, salah-satu anak buah andalan Tuan Almond. Ty tewas seketika. 

Semua peluru menembus kepala. Memang terlihat kalau si penembak sangat menguasai betul senjata laras panjang yang mematikan itu. 

"Matikan lampu!" perintah Tuan Almond. Seketika ruangan pun padam. 

"Dengan begini, dia akan kesulitan melihat titik target. Kalian, persiapkan senjata dan cari si keparat itu!" perintah Tuan Almond. 

Dan kemudian, Gerry bersama Tuan Almond pun bergerak dari tempatnya. 

"Berani sekali si sialan itu melawan kita," ucap Gerry. 

"Dia sangat terlatih. Sebaiknya kau hati-hati denganya," ujar Tuan Almond mengingatkan Gerry. 

"Aku tidak takut. Sekali ku lihat kepalanya, akan aku pecahkan sampai habis," ucap Gerry dengan angkuh. 

Sementara itu, semua anak buah Tuan Almond gencar mempersiapkan diri dengan senjata lengkap. Sebagian mereka, sudah ada yang pergi mencari di mana posisi Eden. 

Akan tetapi, sebagai seorang Assasin yang terlatih dengan baik, Eden tau bagaimana menempatkan diri dengan aman. 

"Lepaskan aku!" Katnis menepis tangan pengawal. "Kau diam di sini! Awas kalau kau berani macam-macam!" ucapnya tegas. Dan kemudian, pengawal itu menutup rapat pintu kamar. 

Katnis mondar-mondir. Hatinya gelisah. Pikiranya berusaha keras untuk keluar dari tempat ini, namun tidak ada celah. Semua kaca jendela dalam kamar ini tertutup rapat dengan teralis besi yang kokoh. Begitu juga dengan pintu yang terkunci. 

"Aaargh!" 

Telinganya mendengar suara baku tembak saling bersahutan di luar sana. Hatinya semakin takut. Dia berpikir kalau ini adalah perang antar geng. Yang nantinya siapapun yang menang tidak akan berpengaruh apa-apa denganya. Bisa jadi akan semakin mempersulit keadaanya. 

Pintu kamar terbuka. Gerry pun menjemput Katnis. "Ayo ikut!" Gerry menarik paksa tangan Katnis. 

"Lepaskan aku! Aku nggak mau ikut denganmu!" Katnis meronta. Dia menahan kakinya agar tidak terseret oleh Gerry. Hal itu membuat Gerry murka. Dia memukul leher Katnis hingga pingsan. Lalu mengangkat Katnis dan diletakan di atas pundaknya. 

"Gadis bodoh! Diajak hidup enak malah tidak mau." 

Korban dari anak buah Tuan Almond banyak berjatuhan. Sepertinya Eden berhasil melumpuhkan banyak anak buah Tuan Almond dengan senjata andalanya. Namun, batang hidung Eden belum nampak. 

"Pa, kita harus segera pergi dari sini," kata Gerry. 

"Kenapa? Kau takut? Dia hanya seorang diri." 

"Pa, aku tidak takut. Tapi aku harus membawa Katnis pergi." 

"Kau lebih memikirkan perempuan itu dari pada keluargamu," ucap Tuan Almond penuh dengan penekanan. 

"Pa, bagiku Katnis adalah segalanya. Lagipula, apa yang papa inginkan juga sudah papa dapatkan, bukan? Papa ingin papanya Katnis mati agar bisnis papa tidak terganggu, dan papa sudah dapatkan itu. Dan aku, aku hanya menginginkan Katnis pa, tidak yang lain." 

Tuan Almond memandang Gerry datar. Dia nampak kecewa dengan putra satu-satu yang akan meneruskan usahanya. 

Dan kemudian, Gerry pun beranjak pergi. 

Tepat setelah kakinya melangkah masuk ke dalam mobil, sebuah letupan senjata api terdengar lagi. Kali ini, suaranya dari dalam rumah. Gerry menahan  diri. Wajahnya seketika hampa seirama dengan perasaan khawatir yang datang tiba-tiba. 

Di saat yang sama, Eden pun muncul menghadang mobil Gerry sambil menodongkan senjata api. 

Gerry menoleh ke arah dalam rumahnya, di mana tempat keluar Eden yang ternyata sudah membunuh ayahnya. 

"Serahkan gadis itu!" kata Eden lantang. 

Gerry mengunuskan wajah marah menatap Eden. 

"Jangan bertindak bodoh!" tegas Eden, ketika melihat Gerry seperti ingin mengambil sesuatu dari belakang pinggangnya. 

"Tiga tahun dirawat dan diperlakukan seperti keluarga oleh keluargaku, ini balasanmu!" ucap Gerry menatap Eden serius. 

"Aku tidak punya waktu mendengar ceramahmu, cepat serahkan gadis itu!" 

Gerry menoleh ke arah Katnis yang masih belum sadarkan diri dari pingsan. 

"Cepat!" bentak Eden keras. 

"Oke. Oke." Gerry mengambil Katnis lalu meletakanya di tanah. 

"Apa sekarang aku boleh pergi?" 

Eden menggerakan tanganya, memberi arahan kalau Gerry sudah diijinkan untuk meninggalkan tempat ini. 

Mobil Gerry pun berlalu. Dan Eden gegas mengambil Katnis lalu menggendongnya, membawa Katnis ke dalam mobil. 

****

Eden memberikan wewangian aroma terapi ke hidung Katnis setelah sampai di motel. 

Perlahan, Katnis pun menggerakan tubuhnya. Sampai mengerjapkan pelupuk mata lalu membukanya. 

"Aaargh!" teriak Katnis setelah dia sadar. 

"Ssat!" Eden segera mendekap mulut Katnis. 

Katnis pun memperjelas siapa laki-laki yang ada di depan matanya ini. "Kau!" Dan kemudian, dia mencoba untuk menopang tubuhnya untuk duduk. 

"Bagaimana aku bisa berada di sini? Apa kau yang telah menyelematkanku?" ocehnya. 

Eden tidak menanggapi. Lalu, dia beranjak dari hadapan Katnis dan membakar tembakau. 

Sementara Katnis masih berada dalam pikiranya. Bagaimana bisa, dia berada di tempat ini di mana sebelumnya dia bersama Gerry? 

"Kenapa kau nggak menjawabku?" 

"Istirahatlah, besok kita akan mengalami perjalanan jauh." 

Katnis menghela napas kasar. Lalu menyibak rambutnya. 

"Apa kau yang menyebabkan keributan di rumah Gerry?" 

Eden tetap tidak menanggapi apa-apa. Dia hanya menikmati sebatang rokok yang membuatnya tenang. 

"Laki-laki aneh!" umpat Katnis geram. 

Eden melirik sambil tersenyum tipis. Dan kemudian, dia mematikan tembakaunya. Lalu, dia meluruskan tubuhnya sejajar dengan sofa. Di mana kedua tanganya diletakan sebagai sandaran kepala. 

"Untuk apa kau selamatkan aku tapi sikapmu acuh seperti itu. Dasar laki-laki aneh!" ketus Katnis sambil melempar bantal dengan keras ke tubuh Eden. 

Eden menangkap bantal itu lalu diletakan sebagai sandaran kepala olehnya, menggantikan tanganya. Perlakuan itu membuat Katnis semakin geram melihat sikap Eden. 

Eden memiringkan tubuhnya, membelakangi Katnis. "Semoga kau mimpi buruk!" sumpahnya. 

Eden tersenyum tipis lalu dia memejamkan mata. 

Suasana sepi dan tenang, membuat perut Katnis mulai terasa lapar. Katnis beranjak dari kasur untuk mencari makanan. Dia membuka plastik-plastik yang dikira itu adalah bungkusan makanan, seperti yang pernah dia terima waktu itu. Namun bukan, membuat Katnis kecewa. 

Di dalam motel ini, tidak ada lemari es seperti hotel mewah pada umumnya sebagai harapan terakhir tempat penyimpanan makanan. Katnis pun kembali ke atas ranjang. Dia memiringkan tubuhnya menatap Eden dengan wajah kesal. 


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status